Hubungan Rumit Celtic dan Israel

Foto: Daily Record

Menjual Kieran Tierney ke Arsenal, Neil Lennon membangun ulang fondasi lini belakang Celtic. Hingga 9 Agustus 2019, Celtic telah melepas sembilan pemain. Tidak termasuk Dorus de Vries yang gantung sepatu di akhir musim 2018/2019. Dari sembilan pemain tersebut, tujuh di antaranya berposisi sebagai bek.

Kehilangan Tierney tentu menjadi pukulan terbesar bagi Lennon. Namun, dirinya juga telah mendatangkan berbagai wajah baru untuk mengisi lini belakang Celtic. Bahkan sejauh ini, semua pemain yang mendarat di Glasgow merupakan seorang bek.

Mulai dari Boli Bolingoli yang berposisi sebagai bek kiri seperti Tierney. Hingga Christopher Jullien dan Hatem Abd Elhamed yang mengisi pos Dedryck Boyata serta Marvin Compper di depan gawang Craig Gordon. Dari tiga muka baru itu, satu memicu kontroversi: Elhamed.

Diboyong dari Hapoel Be’er Sheva dengan dana 1,6 juta Pauns, Elhamed mengaku senang bisa bergabung dengan Celtic. “Saya tahu Celtic merupakan kesebelasan legendaris. Saya merasa terhormat bisa bergabung dengan tim ini. Celtic memiliki tradisi untuk main secara menghibur. Menyerang dan cepat. Jika Anda ingin mencapai puncak dengan menjadi versi terbaik dari diri sendiri, ini adalah klub terbaik,” kata Elhamed.

“Saya senang Elhamed bergabung dengan kami. Saya rasa dirinya adalah pemain yang bisa memberikan kontribusi besar untuk klub. Dia kuat dan juga cepat,” puji Lennon. Tapi tidak semua merayakan kehadiran Elhamed. Menurut laporan yang beredar, suporter Celtic sempat meminta klub kesayangan mereka berhenti melakukan bisnis dengan kesebelasan Israel. Termasuk membatalkan kesepakatan dengan Elhamed.

Ketika The Green Brigade Salah Kaprah

Foto: Sunday Post

Salah satu kelompok suporter Celtic, the Green Brigade, memang dikenal aktif dalam menyuarakan pendapat politik mereka. Mendukung Skotlandia lepas dari Britania Raya. Akrab dengan pendunkung Barcelona dan membela kemerdekaan Katalonia. Juga pro-Palestina dalam perang yang tak berkesudahan dengan Israel.

Pada kualifikasi Liga Champions 2016/2017, Celtic bertemu dengan Be’er Sheva. The Green Brigade kemudian memampangkan bendera Palestina sepanjang tribun. Membawa pesan-pesan politik ke dunia sepakbola, Celtic pun didenda oleh UEFA. Denda itu dibayar tunai oleh the Green Brigade yang melakukan galang dana dan mengumpulkan uang lebih dari 100.000 Paun.

Salah satu suporter Celtic, Will Gardner, menjelaskan kepada Guardian bahwa kesebelasan favoritnya memang punya tempat khusus untuk orang-orang tertindas. Termasuk Palestina.

“Ini bukan pertama kalinya Celtic didenda karena masalah serupa. Kesebelasan ini selalu mendukung mereka yang tertindas. Memberikan suara kepada mereka yang dibungkam. Itu sudah menjadi karakter klub,” kata Gardner.

Meski demikian, dirinya tidak setuju dengan sikap the Green Brigade. “Saya senang UEFA memberikan denda dari hal ini. Perlu diingat bahwa aksi yang terjadi melawan Be’er Sheva seharusnya adalah aksi pro-Palestina. Bukan anti-Israel,” jelasnya.

Menjadikan laga kontra Be’er Sheva sebagai panggung untuk memprotes hubungan Israel dan Palestina merupakan kesalahan besar dari pihak Green Brigade. Pasalnya, Be’er Sheva adalah salah satu kesebelasan yang menjaga harmoni Palestina-Israel di negaranya. Jika menarik sejarah klub di Israel, semua kesebelasan yang diawali dengan ‘Hapoel’ cendrung damai. Beda dengan mereka yang diawali dengan ‘Maccabi’.

Israel Sebagai Pasar Favorit Celtic

Tidak semua suporter Celtic juga mendukung sikap Green Brigade. Beberapa dari mereka memiliki darah Yahudi. Apalagi jika melihat sejarah Celtic di era modern, Israel merupakan salah satu distributor talenta utama the Bhoys.

Menurut data Transfermarkt, sudah ada empat pemain Israel yang membela Celtic sebelum Elhamed bergabung. Mulai dari Eyal Berkovic (1999-2001), hingga Nir Bitton yang masih terdaftar dalam skuad Lennon untuk di musim 2019/2020. Ia didaratkan dari FC Ashdod, kesebelasan Israel yang juga pernah memberikan jasa bek Nigeria, Efe Ambrose, kepada Celtic.

Menyumbang empat pemain terdengar sedikit memang. Tapi perlu dilihat juga bahwa Wales selaku negara tetangga, juga hanya mengirimkan empat pemain ke Celtic: John Hartson, Craig Bellamy, Joe Ledley, dan Adam Matthews. Dengan kehadiran Elhamed di Celtic, Israel menjadi salah satu dari 10 distributor terbesar the Bhoys.

Pemain-pemain Israel ini tidak sekedar lewat di Kota Glasgow. Berkovic, Beram Kayal, Rami Gershon, dan Bitton mengumpulkan 330 penampilan untuk Celtic. Bahkan pemain-pemain Irlandia Utara (12) dan Denmark (8) yang pernah berseragam Celtic pun tak bisa mencapai angka tersebut meski menyumbang lebih banyak pemain.

Kayal Terkena Dampak Green Brigade

Foto: UEFA

Mereka, terutama Bitton dan Kayal bisa disebut sebagai pahlawan di Kota Glasgow. Tapi karena ulah the Green Brigade, Kayal harus dicoret dari tim nasional Israel. Kayal berusaha menggunakan jalur damai untuk memberi pengertian kepada suporter Celtic.

“Saya adalah seorang Muslim keturunan Arab yang hidup di Israel. Banyak orang mengira saya seorang  Yahudi, padahal bukan. Bukan itu juga intinya. Pada dasarnya, keturunan Yahudi dan Arab pun bisa hidup berdampingan dengan tenang,” kata Kayal.

Tidak lagi membela Celtic sejak 2015, Kayal tetap merasa dekat dengan the Bhoys. Dirinya bahkan menjadi alasan utama Elhamed mendarat di Celtic. “Saya bicara dengan Bitton dan Kayal. Mereka mengatakan klub ini seperti keluarga. Mereka juga yakin bahwa Celtic dapat memaksimalkan talenta saya,” jelas Elhamed.

“Untuk membela klub besar seperti Celtic, kita butuh pengalaman. Elhamed sudah punya pengalaman itu dengan menembus tim nasional Israel. Dia merupakan pemain yang bisa mengisi pos bek tengah ataupun kanan. Ia juga nyaman ketika diminta menguasai bola,” puji Kayal.

Sikap Bitton dan Lennon

Ketika Kayal berusaha meyakinkan the Green Brigades dengan jasa Abd Elhamed. Bitton yang masih membela Celtic justru geram dengan perlakuan oknum suporter. “Saya cukup lama mendapat perlakuan kejam dari beberapa orang yang mengaku suporter. Awalnya, semua tenang,” buka Bitton.

“Saya juga melihatnya sebagai banter. Tapi kemudian mereka mengancam keluarga saya. Itu sudah di luar batas. Saya hanya ingin mengatakan bahwa kita jangan mencampurkan politik dengan sepakbola,” jelasnya.

Hal serupa juga diutarakan oleh Kepala Pelatih Celtic Neil Lennon. Ia mempertanyakan sikap suporter yang memprotes kehadiran Elhamed dan pemain-pemain Israel lainnya. Padahal mereka juga yang menikmati jasa talenta-talenta tersebut.

“Pemain Israel sudah banyak berjasa buat kita dalam beberapa tahun terakhir. Kayal dan Bitton adalah contohnya. Ambrose juga kita datangkan dari klub Israel. Waktu menangani Hibernian, saya juga mengandalkan penjaga gawang Israel, Ofir Marciano. Pemain bagus. Mungkin mereka tidak datang dengan reputasi besar, tapi Israel merupakan pasar yang menguntungkan buat kita,” kata Lennon.

Terlepas dari sikap the Green Brigade, jika Elhamed bisa melanjutkan tradisi positif yang telah dibangun oleh Kayal dan Bitton, tidak ada alasan untuk Celtic meninggalkan salah satu kolam talenta utama mereka, Israel.