Invasi Suporter, Ancaman Sepakbola Inggris

Foto: FourFourTwo.

Salah satu yang menjadi ciri paling terlihat dari kompetisi sepakbola Inggris adalah jarak antara suporter dengan lapangan yang seperti tanpa batas. Hal ini terbilang aneh mengingat hooliganisme sempat tumbuh subur di Inggris yang membuat suporter berlaku seenaknya. Ketiadaan batas ini seperti menguji tingkat kedewasaan sepakbola Inggris itu sendiri.

Akan tetapi dalam beberapa hari terakhir ini kita disajikan pemandangan kurang mengenakan dari sepakbola Inggris. Pertama ketika penggemar Birmingham City menyerang kapten Aston Villa, Jack Grealish. Dalam pertandingan Derby Birmingham tersebut, Grealish diserang tanpa peringatan, tanpa adangan.

Suporter yang menginvasi lapangan tersebut bernama Paul Mitchell. Ia masuk ke lapangan dan memukul Grealish dari belakang ketika pertandingan berjalan 10 menit di St Andrew. Paul mengakui penyerangan itu di Pengadilan Birmingham. Hukuman penjara pun menanti pria berusia 27 tahun tersebut.

Grealish sendiri mampu melanjutkan pertandingan. Ia bahkan mencetak gol kemenangan untuk Aston Villa. Birmingham City pun meminta maaf baik kepada Grealish maupun Villa langsung setelah pertandingan. Mereka memastikan kalau Paul akan dihukum tak bisa masuk ke stadion seumur hidup. Birmingham menyatakna kalau tak ada maaf atas perilakunya. Birmingham pun kini tengah meninjau ulang prosedur keselamatan di St Andrews.

Dalam pembelaannya, Pengacara Paul, Vaughn Whistance, menyatakan karena hal ini ancaman secara online pun ditujukan pada kliennya. Keluarga Paul yang bekerja di pub pun memilih meninggalkan tempat mereka karena takut mereka akan mendapatkan kerusakan serius atau bahkan kematian.

Di sisi lain, Whistance mengatakan kalau kliennya tak bisa menjelaskan mengapa ia melakukan hal tersebut. “Awalnya, pikiran bodohnya hanya ingin masuk ke lapangan dan membangkitkan penonton,” kata Whistance.

Sementara itu, Grealish mengatakan kalau dirinya merasa beruntung akan kejadian tersebut. Pasalnya, ia bisa saja mendapatkan serangan yang lebih parah andai si penyerang punya senjata.

Setelah kejadian Grealish, invasi lapangan lain terjadi di Emirates Stadium. Kali ini menerpa bek Manchester United, Chris Smalling. Kejadian ini terjadi sesaat setelah Pierre-Emerick Aubameyang menuntaskan tugasnya sebagai algojo penalti pada menit ke-69. Gol tersebut membuat Arsenal menang 2-0 atas United.

Penggemar Arsenal tersebut mendatangi Smalling lalu mendorongnya. Setelahnya, ia berlari ke kerumunan pemain Arsenal yang merayakan gol. Smalling sendiri tak terluka sementara si penginvasi ditarik keluar dan ditahan.

Arsenal pun memberikan pernyataan resmi yang mengutuk kejadian tersebut. Arsenal meminta maaf kepada Smalling dan Manchester United serta berjanji akan bekerja sama dengan kepolisian andai diperlukan.

“Ia akan dilarang menyaksikan pertandingan Arsenal kandang dan tandang. Staf kami akan dilatih untuk menangani insiden semacam ini,” kata juru bicara Arsenal.

Sebelum Smalling, hal serupa juga terjadi pada pemain Rangers, James Tavernier, yang juga berkonfrontasi dengan suporter di Liga Premier Skotlandia pekan lalu.

Hal ini mendapatkan perhatian serius dari Pelatih Timnas Perempuan Inggris, Phil Neville. Ia merasa kalau Inggris sudah mencapai pada titik di mana melarang penggemar nonton karena melanggar aturan itu tak cukup untuk sebuah hukuman.

“Hukuman itu tak bisa menjadi penengah yang cukup, karena itu terus terjadi dan kekhawatiranku adalah kejadian di mana pemain ditusuk atau terluka parah sebelum semuanya berubah,” kata Phil Neville kepada BBC.

Neville menyarankan aksi yang terasa secara drastis seperti mengurangi poin tim atau menghukum klub dengan sanksi tanpa penonton. Ia juga menganjurkan kalau kejadian ini terjadi, tim yang terdampak berhak untuk walk out.

“Sebagai manajer, aku bertanya-tanya ketika hadir masa saat Anda memutuskan sudah cukup dan para pemain tak bisa melanjutkan pertandingan karena mereka tak cukup aman untuk melakukannya,” tutur Phil.

Phil pun menyarankan agar saat ini FA mulai mencoba menjaga pemain secara pantas karena bukan tidak mungkin ada penginvasi yang membawa pisau atau senjata tajam lainnya. Kalau sudah begini, siapa yang rugi?