Kompleksitas Peran Wing Back dan Full Back

Foto: Squawka.com

“Tidak ada yang mau bermain seperti posisi Gary Neville”, ungkap Jamie Carragher suatu ketika.

Kalimat ini merujuk pada posisi Gary Neville yang berposisi sebagai full-back. Di era sebelum sepakbola semakin kompleks secara permainan, pemain seperti Gary Neville atau Marcelo, dianggap hanya pelengkap. Mereka yang berposisi sebagai full back sering dideskripsikan sebagai pemain yang tidak terlalu tangguh untuk menjadi bek tengah dan tidak terlalu cepat menjadi pemain sayap.

Sebenarnya masih banyak disambiguitas antara full back dengan wing back. Mundur di era sepakbola diperkenalkan era1800-an. Formasi yang digunakan seperti 2-3-5, 2-3-2-3 dan W-M, mengenal istilah full back sebagai pemain terakhir di depan penjaga gawang. Full back dalam formasi 2 pemain belakang, biasanya dilindungi 2 pemain halfback di depannya. Perannya mirip dengan gelandang bertahan di era sepakbola modern.

Kemudian muncul istilah Limited fullback. Posisi yang familiar bagi pemain Football Manager (FM), dalam FM limited fullback tidak memiliki kemampuan menyerang dan lebih sering menjaga kedalaman, mirip dengan fullback dalam formasi dengan formasi dua pemain belakang.

Sedangkan istilah wing back, muncul ketika awal formasi 5-3-2, 5-4-1 dan variannya. Pemain belakang terluar diisi oleh wing back. Di mana wing back melindungi 2 bek tengah dan 1 sweeper. Wing back kemudian digunakan dalam formasi 3 pemain bertahan, dengan 2 wing back memiliki kemampuan membangun serangan dan bertahan dengan sama baiknya, mengisi celah antara gelandang dan pemain tengah di posisi sayap. Di sinilah muncul perdebatan mengenai istilah wing back dan full back dalam sepakbola era modern.

Full back di era modern juga dituntut lebih menyerang bukan lagi sekadar bertahan. Mereka dituntut juga memiliki kemampuan untuk menyerang mirip dengan yang dilakukan wing back.

The Telegraph dalam kasus ini menyalahkan Arsene Wenger sebagai biang keladi perubahan fungsi full-back. Sebelum kedatangan Wenger pada musim 1996/1997, dua full back Arsenal, Nigel Winterburn dan Lee Dixon, lebih sering menjaga kedalaman dan secara bergantian membangun serangan. Namun Arsene Wenger merubah pakem tersebut, dengan memberikan lisensi bagi keduanya membangun serangan.

Ketika Lee Dixon dan Nigek Winterburn terlambat turun, maka dua gelandang bertahan,  Patrick Viera dan Roy Parlour bermain melebar. Setelahnya semua klub memaksimalkan posisi full back dalam formasi 4 pemain bertahan untuk membantu penyerangan. Munculnya Ashley Cole juga bagian dari dampak adanya perubahan ini.

Posisi wing back pun sedikit mengalami perubahan. Ironisnya, pemain yang memainkan wing back lebih dianggap sebagai tim yang bermain bertahan. Alasannya? Karena wing back ketika sebuah tim bertahan, juga membantu pertahanan dan berdiri sejajar dengan bek tengah. Membuat wilayah pertahanan seolah-olah menjadi penuh.

Kemudian muncul istilah Complete Wing Back di era 2000-an. Dalam Fantasy Manager, posisi ini mengakomodasi posisi menyerang bagi para wing back untuk lebih menusuk pertahanan. Perbedaan signifikan dari wing back pada umumnya, Complete Wing Back lebih berani melakukan tusukan dan lebih argresif dalam melakukan serangan.

Biasanya para pemain dengan posisi ini diletakkan dalam formasi 3-5-2. Contohnya adalah posisi Ashley Young dan Antonio Valencia di Manchester United, James Milner di Liverpool, keduanya tidak ragu melakukan tusukan hingga kedalam kotak penalti. Alih-alih melakukan umpan silang, mereka tidak segan melakukan tendangan langsung ke gawang.

Belum selesai masalah full back dan wing back yang menjadi perubahan makna. Muncul posisi baru: Wide Midfielder. Berbeda dengan winger, posisi Wide Midfielder lebih bertahan. Istilah ini muncul ketika Pep Guardiola dalam formasi 3-4-3 memposisikan Philip Lahm, Rafinha, atau Julian Bernat, ditengah namun memiliki pergerakan hanya di tengah dan tidak diberikan lisensi melakukan serangan atau tusukan hingga ke depan.

Hal yang direplikasi Chelsea dibawah Antonio Conte. Di mana Moses dan Azpilicueta atau Alonso secara bergantian menjadi Wide Midfielder. Ringkasnya, apabila Azpilicueta atau Alonso membantu serangan, maka Moses akan menjadi Wide Midfielder pun sebaliknya. Formasi ini sukses membuat tim-tim kebingungan. Karena serangan lebih variatif dan mengacaukan penjagaan zonasi yang biasa dilakukan lawan.

Menurut Guardiola, apa yang dilakukannya diambil dari mahaguru Marcelo Bielsa. Bielsa meletakkan satu wide midfielder di salah satu posisi sayap dan wing back posisi disayap lainnya. Dalam formasi 3-3-1-3, membuat 1 gelandang kreatif diberikan lisensi mengobrak abrik pertahanan lawan tanpa diberikan tanggung jawab untuk bertahan atau biasa disebut Enganche.

Chelsea memiliki Eden Hazard di posisi ini. keuntungannya, pemain bertahan lawan akan “kalah jumlah” terutama mereka yang menggunakan formasi 4 pemain bertahan dengan 2 full back. Serangan tidak hanya monodimensional namun bisa berubah tergantung penjagaan lawan.

Baca juga: Profesor Sepakbola Itu Bernama Marcelo Bielsa

Sedemikian rumit posisi dari pemain seperti Gary Neville, karena selain makna yang bergeser. Secara taktik pun perubahan posisi ini juga membuat permainan menjadi lebih kompleks dan membuat para pemain lain juga harus berevolusi untuk menyesuaikan taktik yang dikembangkan. Lalu masihkah Jamie Carragher mengesampingkan posisi ini?