“Tapping up”, Cara Curang Merekrut Pemain di Bursa Transfer

Dalam transfer pemain ada etika yang harus dihormati. Salah satunya menyangkut komunikasi dengan pemain sebagai target transfer. Klub peminat dilarang keras menghubungi langsung si pemain. Mereka hanya boleh berkomunikasi dengan klub pemilik.

Etika ini sangat mungkin dilanggar, baik itu dengan sengaja maupun tidak disengaja. Misalnya, klub peminat bertemu dengan si pemain di kafe. Dari awalnya, basa-basi lalu berlanjut bicara kontrak. Beberapa pekan kemudian, si pemain mengaku tak betah dan ingin dijual.

Definisi Tapping-up

Perilaku seperti ini disebut sebagai “tapping up”. Ini merupakan proses terlarang yang melibatkan perwakilan dari pemilik klub mendekati agen atau pemain tanpa bicara dengan klub penjual.

Cara resmi untuk merekrut pemain yang punya kontrak di klub lain adalah dengan membangun komunikasi dengan klub penjual. Setelah komunikasi tersebut, baru tawaran resmi dilayangkan.

Klub pembeli harus mendapatkan persetujuan dari klub penjual untuk membuka komunikasi dengan pemain atau agennya. Kecuali pemain tersebut sudah memasuki sisa enam bulan dalam kontraknya.

Akan tetapi, “tapping-up” masih kerap ditemui dalam proses transfer pemain. Dalam wawancara dengan BBC, salah seorang mantan manajer Premier League memastikannya.

“Dengan semua pekerjaan yang Anda lakukan, semua hal yang Anda inginkan adalah memastikan apakah pemainnya akan datang ke klub Anda. Banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencari tahu pada akhirnya kalau si pemain tak tertarik,” tutur manajer tersebut.

Jenis-Jenis Tapping Up

Biasanya, tapping up dilakukan oleh agen pemain di belakang layar. Namun, ada yang lebih sering ditemukan: memuji pemain target di media.

Selain itu, salah seorang pemain di klub pembeli yang satu negara dengan pemain target, biasanya diberi tugas. Tentu saja tugasnya adalah membujuk rekan senegaranya tersebut untuk pindah ke klub yang ia bela. Contohnya, Xavi yang membujuk Cesc Fabregas pindah dari Arsenal ke Barcelona.

Agen biasanya bilang ke klub pemilik kalau pemainnya ingin pergi. Ia bertanya berapa yang harus dibayar agar pemainnya bisa pergi. Informasi ini kemudian diberikan ke klub pembeli. Soalnya, klub pembeli biasanya tak akan melakukan pergerakan sebelum ada informasi yang memastikan kalau si pemainnya juga akan dijual oleh klub pemilik.

Aturan yang Melarang Tapping Up

Premier League sudah melarang dengan jelas tapping up. Mereka mengharuskan pemain yang sudah dikontrak tidak boleh secara langsung atau tidak langsung membuat pendekatan apapun tanpa mendapatkan persetujuan dari klubnya.

Intinya, pemain cuma boleh berkomunikasi dengan klub lain dan setuju untuk ditransfer, hanya kalau ia mendapatkan persetujuan tertulis dari klubnya saat ini. Sepanjang klub pemilik sudah setuju, ia bebas bicara apapun termasuk membahas kontrak. Meskipun belum ada biaya transfer yang dikonfirmasi.

Menggunakan Detektif Swasta

Saat ini, klub punya banyak sumber untuk menilai kemampuan seorang pemain, seperti dari statistik juga rekaman video. Akan tetapi, ada satu hal yang sulit dipastikan: kepribadian si pemain.

Transfer pemain melibatkan jutaan paun dalam bentuk biaya transfer dan kontrak. Klub ingin tahu apakah mereka akan menghabiskan uang sebanyak itu untuk seseorang yang akan menciptakan ketidakharmonisan di ruang ganti.

Untuk itu, terkadang ada klub yang menyewa detektif swasta untuk menyelidiki kebiasaan si pemain. Misalnya, apakah pemain tersebut pemabuk? Atau tukang judi dan menghabiskan waktunya di casino sampai pagi.

Pencarian informasi ini menjadi penting bagi klub pembeli. Namun, mereka tak bisa melakukannya dengan cara legal karena proses yang panjang.

Sumber: BBC.