Usai mengakhiri kontrak Mauricio Pochettino, Chelsea mengumumkan pelatih baru. Dia adalah Enzo Maresca.
Penunjukkan Maresca terbilang mengejutkan. Maklum, ia baru tiga tahun melakoni jabatan sebagai pelatih utama. Sebagai pemain, prestasinya juga tak glamor, dan mungkin banyak orang yang sudah lupa. Ia adalah bagian dari Sevilla yang merengkuh dua UEFA Cup secara beruntun.
Karier kepelatihannya dimulai Ascoli yang main di Serie B pada 2017. Namun, karena belum punya lisensi kepelatihan, jabatannya saat itu adalah asisten pelatih. Pada Agustus 2020, ia ditunjuk Manchester City sebagai manajer tim Elite Development Squad mereka.
Di sini, kualitasnya teruji. Ia membawa City menjuarai Premier League 2. Setahun berselang, ia pulang ke Italia menjadi pelatih anyar Parma yang main di Serie B. Cuma bertahan beberapa bulan, Maresca dipecat. Soalnya, alih-alih menuju promosi, Parma terbenam di papan bawah.
Ia bilang kalau masih punya lebih banyak waktu, Parma bisa saja dibawanya promosi. “Aku telah mengidentifikasi pada Januari dan aku yakin kami akan melaju ke babak playoff,” kata Maresca.
Setahun kemudian, ia kembali ke Manchester City. Maresca menjadi salah satu asisten Pep Guardiola. Ia menggantikan Juanma Lillo yang menjadi manajer Al-Sadd. Selama setahun, ia bekerja langsung dengan Pep dan mendapatkan banyak hal dari sana.
Leicester City lalu menunjuknya sebagai manajer pada 16 Juni 2023 dengan kontrak selama tiga tahun. Tugasnya berat karena harus membawa The Foxes kembali ke Premier League.
Ia melakukan cara yang unik dengan menghabiskan dua bulan tinggal di tempat latihan. Capaian Maresca bersama Leicester terbilang bagus dengan memenangi empat laga awal dan membuatnya mendapatkan penghargaan EFL Championship Manager of the Month untuk bulan Agustus, Oktober, Desember, dan April.
Puncaknya tentu saja membawa Leicester City kembali ke Premier League. Ia mencatatkan 67 persen kemenangan dari total 53 laga.
Kapan Maresca Dipecat?
Belum juga melatih, Maresca sudah dihadapkan dengan sentimen media Inggris soal Chelsea. Mereka sudah mempertanyakan kapan kira-kira Maresca dipecat. Mengapa demikian?
Chelsea di era Todd Boehly nyatanya tidak jauh berbeda dengan era Roman Abramovich dalam hal tingkat kesabaran. Bagaimana tidak? Mereka mengganti pelatih semudah transfer pemain.
Chelsea memecat Thomas Tuchel yang membawa mereka juara Liga Champions untuk kali kedua. Ia digantikan pelatih bagus dari Brighton, Graham Potter, yang langsung dipecat sebelum setahun menjabat.
Musim lalu, Chelsea menjadikan Mauricio Pochettino sebagai pelatih mereka. Sempat porak poranda di awal musim, Pochettino menunjukkan bagaimana skuad mudanya berproses untuk mendapatkan satu tempat di Conference League musim ini.
Namun, apa yang terjadi? Pochettino kembali dipecat, digantikan oleh Maresca, pelatih yang sebetulnya belum benar-benar teruji menangani tim dengan tekanan yang super besar. Bagaimana tidak? Maresca baru menangani 67 laga yang kesemuanya di kompetisi tingkat kedua.
Kita tidak bisa memastikan masa depan, tapi ada satu hal yang menjadi keniscayaan: Maresca pasti dipecat.
Maresca Pelatih yang Cocok Buat Chelsea?
Di Leicester pada musim ini, Maresca membawa mereka promosi dengan 97 poin. Yang menonjol dari The Foxes adalah jumlah 11 kekalahan mereka di musim ini. Sementara Ipswich Town di peringkat kedua cuma mencatatkan enam kekalahan.
Masalah lainnya adalah soal gaya bermain. Jumlah mencetak gol Leicester tiga gol lebih rendah ketimbang Ipswich. Para penggemar Leicester kerap mengeluh karena gaya bermain mereka yang lambat, meski menguasai penuh bola. Saat melawan rival di papan atas, Leicester gagal meraih kemenangan dari empat kesempatan.
Menurut Jonathan Liew dari The Guardian, wajar kalau banyak penggemar Leicester yang tak terlalu sedih dengan kepergian Maresca ke Chelsea.
Tentu kita cuma bisa menduga. Mungkin, Maresca menerapkan itu di Leicester untuk memastikan mereka promosi; main membosankan, yang penting menang. Kita belum tahu bagaimana strategi Maresca di klub dengan skuad yang lebih baik seperti Chelsea. Ia sudah punya pemain muda berkualitas seperti Nicolas Jackson sampai Mykhailo Mudryk. Ia juga akan mendapatkan dana segar untuk mendatangkan pemain baru.
Lantas, kenapa Chelsea mendatangkan Maresca?
Chelsea menganggap kalau Maresca masih muda dan bisa dikembangkan. Kontraknya juga relatif lebih murah tapi punya potensi besar. Sebagai pelatih baru, Chelsea lebih mudah memengaruhinya. Setidaknya, ia tidak akan bicara aneh-aneh di konferensi pers.
Sejatinya, apa yang Chelsea lakukan memang menghadirkan kontradiksi. Mereka ingin kesuksesan secara instan. Namun, di sisi lain, mereka juga ingin sebuah tim yang bisa main bagus secara teknis; yang mana ini hanya bisa didapatkan melalui proses dan waktu yang panjang.
Akan tetapi, siapa yang peduli? Roman Abramovich sudah memberikan bukti. Pecat-pecat saja pelatih tak berguna, karena trofi akan datang dengan sendirinya.
Kriteria untuk menjadi pelatih Chelsea itu sulit. Ia harus bisa dikontrol pemilik, tapi ambisius dan punya visi. Jumlah pelatih macam ini sangat sedikit. Maka menjadi mengejutkan saat Chelsea tiba-tiba menganggap Maresca adalah kandidat terbaik.
Liew beranggapan kalau 21 trofi Chelsea sejak era Abramovich, kebanyakan di antaranya didatangkan oleh pelatih pragramatis, yang bisa beradaptasi, bisa berkompromi: Jose Mourinho, Thomas Tuchel, Carlo Anchelotti, sampai Guus Hiddink.
Kenapa harus bisa berkompromi? Karena menerima tawaran Chelsea saja sudah merupakan bagian dari kompromi yang pertama. Mengapa? Karena melatih Chelsea dan membawanya sukses adalah tugas yang penuh kemustahilan. “Chelsea pada dasarnya adalah tempat di mana prinsip-prinsip mati,” tulis Liew.
Pelatih yang diingkan Chelsea tidaklah ada. Yang muncul sampai saat ini merupakan bagian dari kompromi; dengan tujuan meraih trofi, dan Maresca dianggap punya potensi. Maresca pasti akan pergi, entah kapan yang jelas suatu hari nanti.
Sumber: The Guardian