Ini kisah orang-orang biasa yang mendapatkan momen terbaik dalam hidup mereka. Ben Crabtree, seorang Evertonian pada tiga musim lalu. Yusuf Sheikh dari Tanzania dua tahun lampau. Musim kemarin, giliran pengacara 53 tahun dari Selandia Baru, Adam Levy.
Mereka juara gim Fantasy Premier League (FPL) dalam tiga tahun terakhir. FPL, permainan selalu mengiri keseruan kompetisi Premier League setiap tahunnya. Gim ini saban kali membuat ketegangan menonton Liga Inggris meningkat berkali-kali lipat.
Memasang 15 pemain terbaik, memilih 11 di antaranya, menunjuk kapten, dan menggunakan chip untuk mendulang poin sebanyak mungkin. Poin diraup berdasarkan hasil pertandingan sungguhan. Mulai dari nirbobol (cleansheet), mencetak gol dan asis, dihitung ganda saat menjadi kapten, sampai perhitungan sistem bonus yang kompleks.
Ketiganya berhasil meraih hadiah utama liburan ke Inggris selama satu minggu dan menyaksikan dua laga Premier League. Impian bagi siapapun penggemar salah satu liga sepak bola terbaik di dunia. Belum lagi hadiah tambahan yang juga tidak kalah menguntungkan. Tidak kalah penting, prestise mengalahkan jutaan pemain alias manajer di seluruh dunia.
Bagaimana mungkin Crabtree bisa melenggang ke puncak tanpa satupun pemain Liverpool? Mengapa orang Tanzania sanggup menjadi juara dunia? Keduanya, baru juara di detik-detik terakhir pula.
Sementara Levy? Laki-laki Selandia Baru ini bakal menginjakkan kaki di Stadion Olimpiade London untuk menyaksikan West Ham United yang selama ini dia dukung dari jauh. Mengapa West Ham? Sebab neneknya pendukung klub tersebut. Kapten Negeri Kiwi, Winston Reid juga bermain bagi The Hammers.
Dia kikuk saat mendapati banyak media mendadak menghubunginya setelah dipastikan juara. Popularitas yang sama sekali tidak dia sangka. Musim ini, dia berniat ikut serta lagi, tapi tidak dengan identitas aslinya. Sebab dia pun yakin, dia tidak bakal juara dunia lagi. Semacam paham kalau keberuntungan yang lebih banyak berbicara.
Apa memang gim ini semacam kebetulan? Bukankah apapun dapat dianalisis sampai menghasilkan pola berulang? Lantas setelah mendapatkan polanya, prediksi akurat bisa dipetik untuk diterapkan.
Oleh sebab itu, mari simak kesuksesan mereka dalam bentuk infografis Ligalaga. Di dalamnya terdapat info yang bisa membantu mengarungi FPL 2019/2020. Musim lalu, pemain dari Indonesia yang finis tertinggi, yakni Arifiansyah R. di posisi ketujuh. Setidaknya, ada dua pekan saat manajer Indonesia menjadi yang terbaik.
Siapa tahu, musim ini giliran perwakilan Indonesia yang juara!