Sepakbola perempuan kerap dipandang sebelah mata. Ini yang membuat sepakbola perempuan dianggap tak akan mampu menyaingi, atau setidaknya mendekati, kepopuleran sepakbola yang dimainkan laki-laki. Namun, anggapan itu jelas sirna setelah Wanda Metropolitano terisi 88 persen dari total kapasitas kursinya.
Sore itu, Wanda Metroplitano menyajikan pertandingan antara tuan rumah Atletico Madrid menghadapi rival berat mereka, Barcelona. Untuk ukuran sepakbola pria, jumlah suporter yang hadir memang wajar. Namun, mereka yang bertanding adalah tim perempuan kedua kesebelasan.
Dalam pertandingan tersebut, rekor dunia yang bertahan selama 99 tahun terpecahkan. Rekor tersebut adalah jumlah penonton yang hadir mencapai 60 ribu, melampaui rekor yang dibuat pada 26 Desember 1920 ketika 53 ribu orang memadati Goodison Park ketika Kerr Ladies mengalahkan St. Helens 4-0.
Jumlah penonton yang hadir ini merupakan yang terbanyak di level klub. Sebelumnya, pada 30 Januari lalu, sebanyak 48 ribu orang hadir di kandang Athletic Bilbao saat menghadapi Atletico Madrid. Sementara tahun lalu, sebanyak 51 ribu orang menghadiri final Liga MX antara Tigres menghadapi Monterrey.
Rekor dunia sendiri tercipta pada 1999 antara Amerika Serikat menghadapi China di final Piala Dunia. Dalam pertandingan yang dihelat di Rose Bowl Pasadena ini, sebanyak 90 ribu penonton tumpah ruah. Agaknya, rekor ini akan amat sulit untuk dilampaui.
Sejatinya ada banyak hal yang berpengaruh dari kesuksesan Atletico Madrid mendatangkan 60 ribu penonton. Hal yang paling utama adalah stadion yang mudah diakses, tiket yang murah, dan pertandingan yang mempertunjukkan sepakbola tingkat atas. Meskipun demikian, mereka perlu memaksimalkan kinerja marketing dalam bentuk mengajak suporter untuk datang langsung ke stadion.
Tim perempuan Atletico biasanya bertanding di tempat latihan mereka yang memang menjadi kandang utama yakni Mini Estadio Cerro del Espino. Hal ini yang juga mereka lakukan di semifinal Copa de La Reina menghadapi Barcelona. Melihat jadwal yang tidak pas, tim perempuan Atletico lebih memilih bertanding di Cerro del Espino dan menjual habis 3800 tiket yang beredar.
Pemilihan tempat, waktu, dan lawan, ini menjadi penting mengingat kesebelasan perempuan di Spanyol jarang menggunakan stadion besar, atau stadion yang biasa digunakan kesebelasan pria. Untuk itu, mesti ada satu momen yang tepat, waktu, dan lawan yang tepat, agar stadion bisa penuh.
Dikutip dari The Guardian, jurnalis spesialis sepakbola perempuan, Bea Redondo, menyatakan ada dua alasan utama mengapa klub bisa mendatangkan banyak suporter. Yang pertama karena sorotan dari media yang besar. Ini membuat suporter penasaran dan ingin menonton langsung meski tak mengikuti secara detail sepakbola perempuan. Alasan kedua seperti yang dipaparkan di atas, yakni pemilihan lawan dan waktu yang tepat.
Atleti sendiri melakukan promosi dengan menempatkan wajah para pemain mereka di sekitar kota Madrid. Mereka juga membuat acara klub yang membuat suporter mulai tertarik, dan yang terutama promosi besar-besaran di media sosial.
Redondo pun menyoroti apa yang terjadi di Spanyol dengan di Inggris hanya sama tingkat kehebohannya ketika final Piala FA di Wembley. Selebihnya, di pertandingan besar seperti Chelsea menghadapi Liverpool, marketing yang dilakukan terkesan biasa saja. Namun, ia menyoroti soal pentingnya akses terhadap informasi. Karena informasi menjadi penting bagi mereka yang memang tak biasa menyaksikan sepakbola perempuan.
Di negara lain pun agaknya kondisi ini amat serupa, apalagi di negara yang sepakbola perempuannya tak punya prestasi yang membuat mereka tak populer. Mendatangkan 1000 penonton saja akan sulit luar biasa. Kualitas permainan yang masih berada di bawah sepakbola pria memang jadi soal. Namun, persoalan utamanya adalah tidak adanya perhatian dari pemangku kebijakan. Karena pada akhirnya segala sesuatu membutuhkan modal, dan masyarakat bisa apa.