Mengapa Ada Tiang di Pojok Lapangan Sepakbola?

Kalau bisa dilahirkan kembali, mungkin tiang di pojok lapangan sepakbola ingin menjadi gawang saja. Setidaknya, tiang gawang jelas lebih berguna ketimbang mereka. Apalagi kalau melihat reaksi semua orang saat bola membentur mistar. Serunya bukan main.

Lalu, kenapa di sudut lapangan sepakbola ada tiang dengan bendera di atasnya? Apa sebenarnya fungsi tiang tersebut?

Sejarah Tiang di Sudut Lapangan

Tendangan sudut pertama kali diatur dan disertakan dalam sepakbola versi Aturan Sheffield pada 1868. Awalnya, gawang di Aturan Sheffield memiliki panjang 3,6 meter dengan tinggi 2,7 meter dengan bendera dipasang di kedua sisinya.

Ada pula sistem bernama “rouges” di mana apabila bola ditendang di antara dua bola tersebut, lalu disentuh di belakang gawang, maka satu poin diberikan buat tim penyerang. Sistem ini mirip dengan yang dilakukan di Australian Football.

Tiang dalam Australian Rules Football.

Akan tetapi pada 1868, sistem “rouge” ini dihilangkan, diganti dengan tendangan gawang dan tendangan penjuru.

Di Inggris, terdapat sejumlah aturan sepakbola tergantung daerah asal mereka. Ini menjadi membingungkan karena setiap daerah punya aturannya masing-masing.

Di sini, FA mulai menunjukkan kekuatannya. Kesebelasan yang bergabung dengan FA dipersilakan menggunakan aturannya masing-masing. FA lalu meninjau aturan mana yang terbaik untuk digunakan. Salah satunya adalah aturan soal tendangan penjuru yang secara resmi menjadi bagian dari aturan FA pada 1872.

Pada aturan 1863 tertulis: “Maksimal panjang lapangan adalah 200 yards (182 meter) dengan lebar 100 yards (91 meter). Panjang dan lebar harus ditandai dengan bendera”. Karena sistem “rogues”, maka tiang gawang dengan bendera ini ditarik ke pojok yang dijadikan batas ujung lapangan.

Di Law of the Game dijelaskan secara rinci bagaimana tiang di pojok lapangan seharusnya ditempatkan. Yang pertama adalah tiang di pojok lapangan tak boleh dipindahkan. Di area tersebut digambar seperempat lingkaran dengan radius satu yard. Tinggi tiang di pojok lapangan setidaknya 1,5 meter tingginya, dengan ujung tiang tumpul dan setiap tiang harus dipasang bendera. Tiang bendera juga bisa ditempatkan di garis tengah lapangan setidaknya 1 meter dari garis.

Soal “tiang yang tak boleh dipindahkan” berarti tiang ini mesti ditanam di dalam lapangan. Biasanya tiang ini menggunakan per sehingga tidak kaku saat ditabrak bola ataupun pemain.

Area seperempat lingkaran ini berfungsi sebagai batas bola saat dilakukan tendangan penjuru. Sementara ujung tiang yang tumpul untuk mengurangi risiko pemain mendapatkan kecelakaan karena mengenai tiang di pojok lapangan.

Ada yang menarik soal bendera yang digunakan di pojok lapangan. Menurut Football Stadium, ada dongeng kalau hanya klub yang sudah memenangi Piala FA yang diperbolehkan menggunakan bendera berbentuk segitiga di tiang pojok mereka. Sementara itu, tim lain harus menggunakan bendera berbentuk kotak.

Realitanya, hal ini tidak diatur sama sekali dalam Law of the Game. Sehingga soal bentuk bendera itu tergantung dari klubnya sendiri. Contohnya Liverpool menggunakan bendera kotak saat awal dilatih Brendan Rodgers. Namun, sang pelatih ingin agar tradisi yang dulu dibawa kembali ke Anfield. Salah duanya adalah menggunakan jaring berwarna merah, serta menggunakan bendera berbentuk segitiga.

Perayaan di Tiang Penjuru

Meski sepi, tapi tiang penjuru terkadang digunakan pesepakbola untuk merayakan golnya. Sebut saja Tim Cahill yang sering menjadikan tiang penjuru sebagai samsak untuk berlatih tinju. Ada pula Roger Milla yang menjadikan tiang penjuru sebagai teman dansa.

Sama seperti Milla, Lee Sharpe juga biasanya berlari ke arah tiang penjuru untuk merayakan golnya sembari menari. Pernah ia menjadikan tiang penjuru sebagai mikrofon dengan meniru Elvis Presley.

Frank Lampard juga pernah berinteraksi dengan tiang penjuru, seperti pada final Piala FA 2009. Ia merayakan gol dengan satu tangan memegang tiang, sementara badannya memutari tiang tersebut. Ini ia lakukan sebagai penghormatan atas perayaan gol ayahnya di pertandingan melawan Everton pada semifinal Piala FA 1980.

Ada pula yang memperlakukan tiang penjuru dengan kasar. Contohnya saja John Carew dan Christian Benteke yang kompak menendang tiang penjuru usai mencetak gol. Benteke bahkan merusak tiang penjuru tersebut saking kerasanya tendangannya.

Selain untuk merayakan suka cita, tiang penjuru juga bisa menghadirkan kontroversi. Contohnya terjadi pada 2009 ketika Nottingham Forest menjamu rival mereka, Derby County.

Kedua suporter mereka tidak ramah saat bertemu. Dan hal ini diperparah ketika Nathan Tyson mengangkat tiang penjuru dengan bendera Nottingham di atasnya, dan mengibarkannya di depan suporter Derby. Karena hal ini, kerusuhan pecah, termasuk pertengkaran di bench kedua kesebelasan.