Banyak yang menyindir Inggris di Euro 2020 ini. Soalnya, Inggris hampir selalu main di kandang mereka sendiri, di Stadion Wembley, sepanjang gelarang Euro 2020 ini. Hanya satu kali Inggris main di luar Wembley, yaitu ketika mengalahkan Ukraina 4-0 di babak perempatfinal.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Inggris mendapatkan “keuntungan” dengan menggelar pertandingan di rumah sendiri?
Format Euro 2020 yang Aneh
Sebetulnya ini bisa dilihat dari format Euro 2020 itu sendiri. Berbeda dengan gelaran sebelumnya, Euro 2020 tidak dipusatkan di satu atau dua negara, melainkan Eropa secara keseluruhan.
Awalnya, UEFA memang akan membuat Euro 2020 seperti turnamen-turnamen sebelumnya. Ini terbukti dengan UEFA yang membuka pendaftaran sejak 21 Maret 2012. Tujuannya, agar pengumuman tuan rumah Euro 2020 bisa dilakukan pada akhir 2013 atau awal 2014.
Turki, gabungan Skotlandia, Irlandia, serta Wales, dan gabungan Azerbaijan dengan Georgia, tertarik untuk menjadi tuan rumah. Mereka sudah mengirimkan proposal kepada UEFA.
Namun, di akhir 2012, UEFA lewat presidennya, Michel Platini, memastikan kalau Euro 2020 akan digelar di seantero Eropa. Akan tetapi, prosesnya masih tetap menggunakan bidding yang dilakukan negara yang tertarik menjadi tuan rumah. Bedanya, tuan rumah yang terpilih tidak akan langsung lolos ke babak utama.
Proses Bidding Euro 2020
Proses pendaftaran tuan rumah Euro 2020 digelar pada 12 September 2013. Calon tuan rumah ini diumumkan oleh Exco UEFA delapan hari kemudian.
Tentu sulit untuk memilih kota mana yang menjadi tuan rumah di fase grup, mana yang di babak 16 besar, atau di final. Oleh karena itu, UEFA membuat dua paket bidding.
Paket yang pertama adalah “Standard Package”. Paket ini menyelenggarakan tiga pertandingan di fase grup, serta satu di babak 16 besar atau di perempatfinal. Paket yang kedua adalah “Finals Package”. Paket ini menyelenggarakan dua pertandingan semifinal dan final.
UEFA menerapkan standar khusus untuk tuan rumah di Finals Package. Yang paling utama adalah kapasitas stadion minimal 70 ribu kursi. Sementara untuk perempatfinal 60 ribu kursi, dan 50 ribu kursi untuk babak grup dan 16 besar.
Dalam prosesnya, 32 negara mengirimkan proposal untuk menjadi tuan rumah. Belgia, Inggris, Jerman, Spanyol, dan Wales, tertarik untuk mengambil dua paket sekaligus. Belgia menyiapkan stadion baru berkapasitas 60 ribu kursi, sementara Spanyol menyiapkan empat stadion sekaligus!
Turki dan Ukraina tertarik untuk hanya mengambil Final Package. Sementara 25 negara sisanya hanya mengambil Standard Package.
Seiring waktu berjalan, sejumlah negara menarik proposalnya, seperti Finlandia dan Republik Ceko. Sementara Italia menarik San Siro dan hanya menyiapkan Stadio Olimpico Roma. Pun dengan Turki yang tak jadi mengambil Finals Package, karena ingin fokus pada bidding Euro 2024.
Hanya Inggris yang Masuk Kriteria
Exco UEFA kemudian mengumumkan tuan rumah Euro 2020 pada 19 September 2014. Mereka menyeleksi dua negara untuk Finals Package yakni Inggris dan Jerman.
Inggris terpilih menjadi pemenang Finals Package. Namun, bidding mereka di Standard Package tak jadi diajukan. Sebaliknya, meski gagal menggelar semifinal dan final, Jerman dengan Allianz Arena-nya berhasil menyelenggarakan pertandingan di Standard Package.
Proses pemilihan tuan rumah ini dilakukan lewat skema pemungutan suara alias voting. Voting pertama menentukan pemenang Finals Package. Voting kedua menentukan pemenang Standard Package yang juga berhak menjadi tuan rumah perempatfinal. Voting ketiga dan keempat menentukan sisanya.
Pada hari pengumuman itu, dihasilkanlah keputusan seperti ini:
Final dan semifinal: London.
Perempatfinal dan babak grup: Munich (Jerman), Baku (Azerbaijan), St. Petersburg (Rusia), dan Roma (Italia).
Babak 16 besar dan babak grup: Copenhagen (Denmark), Bucharest (Romania), Amsterdam (Belanda), Dublin (Irlandia), Bilbao (Spanyol), Budapest (Hungaria), Brussels (Belgia), Glasgow (Skotlandia).
Dalam proses voting, Inggris menang secara aklamasi, soalnya Jerman mengundurkan diri. Bisa jadi karena ada lobi tertentu, sehingga Jerman yang memuncaki voting kedua untuk menentukan tuan rumah perempatfinal.
Mengapa Inggris Menjadi Tuan Rumah Fase Grup?
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa Inggris menjadi tuan rumah fase grup, padahal mereka tidak mengambil Standard Package?
Seiring berjalannya waktu, ada hal-hal yang tidak sesuai rencana. Salah satunya pembangunan Eurostadium di Brussels. Karena hingga 2017 pembangunannya masih tertunda, Exco UEFA memilih untuk menanggalkan Brussels sebagai tuan rumah, dan memberikannya pada Inggris.
Karena hal ini, Inggris jadi ketiban rezeki dengan menyelenggarakan pertandingan di fase grup dan babak 16 besar. Total, Inggris menjadi tuan rumah di tujuh pertandingan.
Keputusan UEFA akhirnya tepat. Soalnya, renovasi Eurostadium akhirnya dibatalkan karena tak mendapatkan izin lingkungan.
Pada 23 April 2021, karena tidak adanya garansi soal jumlah penonton yang boleh masuk stadion, UEFA memutuskan mencopot Dublin dari tuan rumah. Semua pertandingan fase grup di Dublin dipindahkan ke St. Petersburg.
Karena Dublin juga menggelar pertandingan babak 16 besar, maka pertandingan ini dialihkan ke London. Ini yang jadi alasan mengapa Inggris main di Wembley pada babak 16 besar, serta pertandingan Italia vs Austria juga digelar di London di babak yang sama. Soalnya, Roma akan menjadi tuan rumah di perempatfinal.
Apakah Inggris diuntungkan dengan keputusan ini? Tentu saja. Namun, itu semua terjadi karena ada alasan yang jelas di belakangnya, bukan karena konspirasi atau segala macamnya.