Mengapa Mario Balotelli Mengenakan Jersey Nomor 45?

Ketika bergabung dengan Manchester City, Mario Balotelli sudah bukan lagi pemain muda dengan status rotasi atau pelapis pemain utama. Lihat saja nilai transfernya yang mencapai 21 juta euro, jelas ini bukan angka yang murah untuk seorang pemain pelapis. Namun anehnya, Balotelli tetap memilih nomor punggung yang sama seperti yang ia kenakan di Inter Milan: 45.

Nomor punggung “45” yang dikenakan Balotelli jelas tidak lumrah. Pemain utama biasanya memilih nomor 1-11 atau dari 12-23. Tidak jauh-jauh dari itu.

Di Inggris, soal nomor punggung tidak diatur secara saklek. Misalnya, pada musim 2019/2020, Manchester United tidak punya pemain dengan nomor punggung “7”. Di sisi lain, pemain utama berjumlah 25 orang, sehingga tidak mungkin mengurutkan dari 1-25 karena nomor “7” kosong. Ini yang membuat Nemanja Matic sejak lama mengenakan nomor “31”.

Namun, biasanya, pemain dengan nomor 30 ke atas adalah pemain U-21 atau pemain akademi. Lantas, mengapa Balotelli memilih nomor punggung “45”?

Kalau melihat skuat Manchester City pada musim 2010/2011 ada nomor kecil yang kosong yakni nomor “6”, “15”, “16”, “20”, dan “23”. Bisa jadi salah satu alasannya karena pemain utama justru mengenakan nomor besar. Sebut saja Kolo Toure “28”, Carlos Tevez “32”, Nigel de Jong “34” dan Yaya Toure “42”.

Melihat Balotelli memilih nomor “45” tentu membuat kita berpikir bahwa ada makna lain di belakangnya, sebuah makna besar nan filosofis. Namun, kenyataannya tidak serumit itu. Balotelli mengenakan nomor punggung “45” karena itu adalah nomor punggungnya semasa di Inter Milan.

Ketika itu, Balo mencetak empat gol di empat pertandingan dengan kostum bernomor “45”. Sejak saat itu, Balotelli merasa kalau nomor “45” adalah nomor yang memberinya keberuntungan di sepakbola. Selain itu, hasil dari “4” ditambah “5” adalah “9” yang merupakan nomor umum yang digunakan striker.

Apalagi jarang pesepakbola lain mengenakan nomor “45” sehingga menjadi mudah buatnya untuk mendapatkan nomor tersebut di klub barunya, seperti di AC Milan maupun Liverpool.

“Saat aku bermain di tiga atau empat pertandingan pertama bersama Inter Milan, saat aku masih muda, aku pakai nomor “45” karena nomor untuk pemain muda mulai dari nomor “36” sampai “50”. Aku mengambil nomor “45” karena aku bercanda kalau empat tambah lima adalah sembilan, dan aku mencetak gol di semua empat pertandingan itu,” jelas Balotelli.

“Nomor ini memberiku keberuntungan dan itulah kenapa aku selalu mengenakan nomor ’45’,” jelas Balotelli.

Namun, kasusnya berbeda ketika ia pindah dari Liverpool ke Ligue 1. Soalnya, ia tak lagi bisa mengenakan nomor punggung “45”. Mengapa? Karena di Ligue 1 ada aturan soal nomor punggung.

Aturan tersebut melarang pemain memilih nomor mereka sendiri dan pemain tak bisa mengambil nomor di atas “30”. Namun, ada beberapa kasus di mana aturan ini dikecualikan seperti David Luiz ketika mengenakan nomor “32” di Paris Saint-Germain. Aturan dikecualikan jika klub merekrut lebih dari 30 pemain profesional. Selain itu, nomor “1”, “16”, dan “30” hanya digunakan untuk kiper.

Lantas, apa yang dilakukan Balotelli?

Tentu saja ia mengubah nomor punggungnya, menjadi nomor punggung seorang striker yang sebenarnya: “9”.

Musim sebelumnya, nomor “9” di Nice digunakan oleh Hatem Ben Arfa. Untungnya, Balotelli datang di saat yang tepat. Dua bulan sebelum kedatangannya, Ben Arfa ditransfer ke Paris Saint-Germain.

Saat pindah ke Marseille pada musim dingin 2019, lagi-lagi Balotelli beruntung. Soalnya, sejak musim 2014/2015, tak ada yang mengenakan nomor punggung “9” di Marseille!

Namun, saat pindah ke Brescia di musim panas 2019, nomor punggung “9” sudah dipakai Alfredo Donnarumma. Tapi Balo tak bingung, karena ia bisa kembali mengenakan nomor “45” karena ini adalah Italia.

Sumber: Forza Italian FootballSportskeeda.