Mengapa Pesepakbola Dianjurkan untuk Tidak Kekar (Bulking)?

Foto: SBnation.com

Seperti apakah badan ideal seorang pesepakbola?

Pertanyaan tersebut tentu ada di benak Anda. Ini adalah pertanyaan yang bahkan bukan saja menjadi keingintahuan para penikmat, tetapi juga mereka-mereka yang terjun dan terlibat aktif dalam sepakbola. Terutama mereka yang berkecimpung di dunia kepelatihan fisik atau fitness coach.

Berbeda dengan basket, tennis, atau sang sepupu American Football, atlet sepakbola memiliki bentuk tubuh yang boleh dibilang beragam. Ada yang kurus, kekar, tinggi, dan ramping. Berbeda dengan misalnya basket yang didominasi oleh para pemain yang tinggi besar, atau American Football yang rata-rata pemainnya memiliki tubuh kekar berisi.

Salah satu fenomena yang sedang hangat adalah bagaimana penyerang Manchester United, Romelu Lukaku, mengalami perubahan fisik yang masif. Bagaimana ia berubah dari penyerang tinggi jangkung menjadi penyerang raksasa. Di mana fenomena Lukaku ini kemudian menjadi perdebatan. Sebelumnya kita sempat disuguhkan sosok Adebayo Akinfenwa yang memiliki tubuh raksasa dan bermain di low division sepakbola Inggris.

Soal bulking atau proses membuat badan kekar dari Romelu Lukaku ini kemudian menjadi perdebatan. Beberapa pundit dan pengamat beranggapan bahwa ini akan sangat bagus untuk bertarung di Liga Primer Inggris yang penuh dengan physicality.

Tetapi kemudian pihak lain juga menyanggah bahwa fisik Lukaku kini justru membebani dirinya untuk bergerak, bahkan melakukan sentuhan. Seperti yang kita lihat di pekan ke-14 Liga Primer Inggris. Bagaimana Lukaku bahkan seperti begitu berat bergerak. Sentuhannya pun kacau, di mana kemudian kesalahan sentuhan membuat ia cedera dan mesti ditandu keluar lapangan. Lantas, bagaimana tubuh pesepak bola yang ideal?

Yang Dibutuhkan adalah ‘Ramping Berisi’

Dalam buku yang berjudul “The Global Art of Soccer”, Richard Witzig menyebutkan bahwa jenis ideal bagi pesepakbola adalah yang memungkinkan bisa bisa bergerak cepat dan berlari. Berat dan tinggi badan disesuaikan, terutama yang bisa memudahkan pemain untuk lebih luwes bergerak. Dengan kata lain, interpretasi penulis pribadi, badan yang ramping menjadi ideal.

Well, terkait yang dituliskan oleh Richard Witzig, kita bisa lihat bagaimana pesepakbola top. Memiliki badan yang ramping berisi. Kita tidak melihat Cristiano Ronaldo, Neymar, atau Klylian Mbappe, memiliki otot yang masif (kekar). Meskipun kita semua tahu bagaimana mereka melakukan latihan otot yang luar biasa. Badan ketiga pemain top tersebut masuk dalam kategori ramping berisi.

Oh ya, lagi-lagi kategori ideal ini ‘ramping berisi’. Bukan jenis cungkring seperti kebanyakan pesepakbola di Indonesia.

Pesepakbola yang melakukan bulking, di mana yang banyak terjadi adalah penambahan massa otot di bagian bahu, lengan, dan sayap. Kemudian menjadi permasalahan bagi pesepakbola. Dari sisi strength, memang akan ada peningkatan yang signifikan bahkan besar. Karena melatih otot-otot bagian ini memang akan berpengaruh terhadap endurance, tenaga, dan ketahanan fisik. Soal ini Anda bisa bertanya kepada instruktur gym atau teman Anda yang biasa melakukan latihan fisik.

Tetapi kemudian menjadi masalah karena massa otot dia area tersebut akan membebani tubuh Anda. Karena otot-otot di area lengan dan sayap ini juga digunakan untuk berlari. Akan ada pengaruh besar dalam akselerasi dan kelincahan. Ledakan kecepatannya mungkin akan luar biasa. Tetapi para pemain kekar tidak memiliki kelincahan yang serupa degan para pemain yang ramping.

Bagaimana dengan Xherdan Shaqiri, Wayne Rooney atau Diego Maradona?

Tetapi kemudian tentu menjadi pertanyaan bagaimana dengan para pemain seperti Xherdan Shaqiri, Diego Maradona, atau di sepakbola lokal kita pernah melihat Carlos De Melo, Christian Gonzales, dan Safee Sali. Mereka bertubuh kekar bahkan De Melo boleh dibilang tambun. Tetapi pergerakan mereka rasanya tetap lincah dan luwes.

Yang berbeda antara para pemain seperti Lukaku atau Akinfenwa dengan Shaqiri atau Maradona adalah soal proporsionalitas massa otot dan juga rampingnya otot kaki. Shaqiri dan Maradona terlihat kekar karena tubuh mereka tidak terlalu tinggi. Bantet, mungkin istilah yang sesuai. Di massa otot sama dengan tubuh yang lebih tinggi, mungkin Shaqiri, Rooney, atau Maradona, tidak akan terlalu terlihat kekar.

Poin penting lain dan sebuah detail yang sering luput adalah, soal massa otot kaki. Merupakan pengetahuan yang dasar dan begitu umum bagaimana kaki adalah tumpuan bagi para pesepakbola.

Apabila dilihat kembali, Maradona atau Rooney meskipun kekar mereka memiliki kaki-kaki yang ramping. Inilah yang kemudian membedakan mereka dengan Lukaku atau Akinfenwa. Kaki yang ramping tersebut yang kemudian memudahkan pemain untuk bisa bergerak lebih lincah dan cepat. Contoh lain adalah Diego Forlan, ia punya badan bagian atas kekar, tapi bagian bawah tubuhnya ramping berisi. Ini kemudian memudahkan Forlan untuk tidak saja memiliki pergerakan yang luwes tetapi juga bertenaga.

***

Terkait kasus Lukaku yang kemudian menjadi pertanyaan adalah bagaimana staff kepelatihan klub terutama di area fisik bisa memperbolehkan Lukaku memiliki badan sekekar itu.

Well, meskipun pada akhirnya jenis kategori dan atribut pemain memang disesuaikan dengan kebutuhan tim. Tetapi kita semua bisa sepakat bahwa kekarnya badan Lukaku adalah salah satu masalah yang kemudian memengaruhi penampilannya di lapangan. Pun pertanda lain, bagaimana sepak bola semakin modern dan kompleks. Bukan badan tambun saja yang kemudian menjadi masalah, tapi badan yang kelewat berotot pun jadi masalah tersendiri.