Mengapa Tak Banyak Pemain Arab Saudi Berkarier di Eropa?

Arab Saudi dikenal sebagai salah satu raja sepak bola Asia. Mereka punya tradisi cukup kuat di Piala Dunia, sudah enam kali berpartisipasi sama seperti Iran dan Australia; hanya kalah dari Korea Selatan (11 kali) dan Jepang (7 kali). Bahkan, negara Timur Tengah itu sempat mengejutkan di Piala Dunia 2022 dengan memukul Argentina di laga pembuka, satu-satunya kekalahan bagi sang juara dunia itu.

Di kawasan benua kuning, mereka lebih disegani. Bersama Iran, sudah tiga kali menjuarai Piala Asia; meski kini kalah dari Jepang yang punya satu trofi lebih banyak usai terakhir kali juara pada 2011 lalu. Arab Saudi pun sudah enam kali menembus final, sama seperti Korea Selatan yang hanya bisa dua kali memenangkannya. Namun, mengapa tak banyak pemain Arab Saudi yang berkarier di Eropa?

Tak Banyak

Berbeda dengan pesepakbola dari negara-negara Asia lain, bahkan juga dari Timur Tengah, hingga sekarang memang tak banyak pemain Arab Saudi yang berkarier di Eropa, apalagi di klub-klub besar.

Pada 2023, hanya tujuh orang yang main di benua biru, menurut laman Soccerway. Itu pun di klub-klub kecil yang tampil di kasta bawah di luar liga top Eropa, seperti Yunani, Portugal, dan Kroasia.

Jauh sebelumnya, winger Fahad Al-Ghesheyan menjadi pemain Arab Saudi pertama yang bermain di Eropa saat dipinjam klub Belanda, AZ Alkmaar dari Al Hilal pada 1999. Dia sempat membuat sembilan penampilan tanpa gol. Lalu, striker Sami Al-Jaber “disekolahkan” klub yang sama ke Wolverhampton Wanderers di First Division, kasta kedua Liga Inggris pada 2000, namun hanya lima kali diturunkan.

Pada 2008/2009, bek kiri Arab Saudi dan Al-Ahli Hussein Abdulghani menjajal peruntungan di Swiss. Meski bukan liga top, dia mendapat kesempatan lebih banyak dengan kontrak permanen, dan disusul ke Bulgaria pada 2017/2018. Kapten Green Falcons di Piala Dunia 2018, bek Osama Hawsawi juga pernah dipinjamkan Al-Hilal ke klub raksasa Belgia, Anderlecht pada 2012, tapi hanya dua kali main.

Protektif

Kepindahan Al-Jaber ke Wolves bisa dibilang paling mencuri perhatian. Diawali dengan peminjaman, tapi ada opsi kontrak senilai 1,3 juta paun sampai 2004. Meski awalnya sempat terhambat karena masalah izin kerja, namun akhirnya dia menjalani debut di Liga Inggris hingga mencatatkan empat penampilan pengganti dan sekali starter di Piala Liga Inggris. Sayangnya, hanya bertahan lima bulan.

Wolves mengembalikan Al-Jaber ke Al-Hilal bukan karena sang pemain tak mampu bersaing. Bahkan, saat itu mereka masih ingin melanjutkan peminjaman sang striker. Lalu, apa yang terjadi? “Klub (Arab Saudi) tak ingin memberi (pemainnya) apa yang pantas mereka dapatkan,” kata Al-Jaber dilansir The Guardian pada 2002, menjelang penampilan ketiga Arab Saudi di ajang Piala Dunia secara beruntun.

Pemain yang saat itu usia 28 tahun tersebut tampaknya menyindir klubnya sendiri. Pasalnya, meski berhasil mengesankan pelatih Wolverhampton, tetapi Al-Hilal malah memblokir rencana kontrak permanen untuk Al-Jaber.

“Tapi jika Arab Saudi ingin memiliki pemain bagus di masa depan, maka mereka harus melepasnya,” katanya lagi mengomentari soal klub Arab Saudi yang sangat protektif.

Kembali ke masa lalu, Federasi Sepak Bola Arab Saudi (SAFF) bahkan pernah melarang skuat timnas mereka di Piala Dunia 1994 untuk pindah ke luar negeri. Saat itu, mereka baru membuat penampilan pertama di ajang tersebut dan sukses lolos fase grup. Meskipun larangan itu dicabut empat tahun kemudian, tetapi fakta dari Al-Jaber membuktikan tak ada yang benar-benar berubah di Arab Saudi.

Bayaran Besar

Seperti belajar dari masa lalu, pada Oktober 2017 SAFF berinisiatif meminjamkan sembilan pemain secara gratis ke La Liga Spanyol. SAFF membayar gaji semua pemain itu sementara klub barunya bisa memakai tenaga mereka. Di antaranya, winger Fahad Al-Muwallad ke Levante dan Salem Al-Dawsari ke Villarreal yang sempat menjalani debut, dan Yahya Al-Shehri ke Leganes tanpa bermain sekalipun.

Proyek “sekolah” ke La Liga itu tampaknya tidak berhasil, karena tak satupun pemain yang bertahan. Sebagian besar tak sempat membuat penampilan dalam pertandingan resmi, sebelum kembali lagi ke Arab Saudi untuk menikmati kenyamanan luar biasa. Di negeri sendiri, mereka jadi bintang dengan bayaran besar; sangat jelas sebagai pilihan paling baik dibanding harus berjuang lagi di luar negeri.

Presiden SAFF, Yasser Al-Misehal telah mengakuinya. “Alasan utama tak ada pemain Arab Saudi yang bermain di luar negeri adalah karena pemain terbaik di sini diberikan penawaran yang sangat, sangat menarik oleh klub-klub Arab Saudi,” katanya. “Selalu ada persaingan mendapat pemain terbaik Arab Saudi, terutama ketika kontrak habis, sehingga mereka mendapat tawaran sangat tinggi,” ungkapnya.

Pernyataan ini diperkuat seorang agen yang dulu sering bernegosiasi dengan klub-klub Timur Tengah. Menurutnya, para pemain bintang Arab Saudi cukup berbakat untuk main di level tinggi Eropa. Tapi masalahnya, tak ada klub Eropa yang akan mampu menyamai bayaran yang mereka terima selama ini. Pelatih timnas Arab Saudi di Piala Dunia 2022, Herve Renard tidak membantahnya. “Dengan apa yang mereka dapatkan di sini, mungkin mereka harus main di Manchester City,” ucapnya tertawa.

Sumber: The Guardian, Vogue, Irish Examiner, Wikipedia