Mengenal Aksi “Shithousery” dalam Pertandingan Sepakbola

Aksi-aksi tak lazim terkadang terjadi dalam pertandingan sepakbola. Fans tentu masih ingat tandukan legendaris dari Zinedine Zidane pada Marco Materazzi di final Piala Dunia 2006. Belakangan diketahui bahwa aksi pemain yang dikenal kalem itu rupanya dipicu omongan sang musuh yang menyinggung saudara perempuannya dengan bahasa kotor. Alhasil bintang Prancis itu mendapatkan kartu merah.

Atau, tindakan pemain Timnas Indonesia Asnawi Mangkualam yang menghampiri pemain Singapura, Faris Ramli dan tampak seperti mengejeknya usai gagal mengeksekusi penalti dalam semi final leg kedua Piala AFF 2020. Sikapnya itu kemudian dicela banyak orang, karena dianggap tidak bersimpati pada lawan. Tetapi, itu sebenarnya adalah bagian dari permainan sepakbola, disebut shithousery.

Asal-Usul Shithousery

Istilah shithousery sebenarnya sudah ada sejak lama. Namun, dalam dunia sepakbola, mungkin baru dalam dekade ini saja mulai sering terdengar, meski berbagai tindakan yang mengarah pada aksi itu sebenarnya juga sudah ada sejak bertahun-tahun silam, dilakukan oleh para pemain dengan berbagai cara. Paling gampang misalnya, kiper yang melakukan apapun untuk mengganggu pengambil penalti.

Lalu, dari mana ungkapan shithousery tersebut berasal? Liverpool English Dictionary Tony Crowley pernah menelusurinya ke bahasa gaul scouse yang digunakan di Inggris era 1960-an. The Concise New Partridge Dictionary of Slang atau Kamus Bahasa Slang Partridge Terbaru menuliskan istilah shithousery dengan definisi “individu yang sangat tidak menyenangkan” dan “seorang pengecut”.

Istilah shithousery ini memang sedikit samar-samar. Tapi dalam bahasa modern masa kini, mungkin bisa dibilang termasuk dalam bagian bullying atau psywar. Secara umum, dalam bentuk yang paling sederhana, semua aktivitas di lapangan sepakbola yang mengacu pada tindakan para pemain yang bermaksud untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak adil adalah aksi shitshousery.

Berbagai upaya itu mulai dari diving hingga sundulan dengan mencaci-maki wasit dan membuang-buang waktu, termasuk berpura-pura cedera di lapangan. Bahkan, shithousery ternyata disebut juga mencakup hampir semua ilmu hitam yang digunakan di lapangan sepakbola, misalnya seperti pernah terlihat dalam pagelaran Piala Dunia pertama kali di benua Afrika, Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.

Aksi Provokasi

Setiap pesepakbola tentu saja memiliki target untuk memenangkan pertandingan di lapangan, dan mereka dipastikan siap untuk melakukan semua cara demi mewujudkannya. Pada akhirnya, seni gelap shitshousery pun dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang akan menguntungkan timnya. Bahkan, mereka tak peduli apa pendapat orang, atau seberapa jelas tindakan shithousery itu terjadi.

Coba lihat kembali tayangan ulang momen ketika Neymar berguling-guling di pinggir lapangan dalam laga Brasil kontra Meksiko di Piala Dunia 2018. Saat itu, dia pun tampak seolah-olah sedang terbakar. Sebenarnya, sang striker adalah korban shithousery dari setelah lawan dengan sengaja menginjaknya. Tetapi, sekaligus dia juga mencoba memanfaatkan peristiwa itu dan jadi pelaku kejahatan yang sama.

Awalnya, Neymar terjatuh di pinggir lapangan. Miguel Layun lalu mendekat, dan diam-diam rupanya dia menginjak pergelangan kaki pemain Brasil itu. Tiba-tiba, Neymar bereaksi dengan berteriak dan berguling-guling. Semua penonton, termasuk yang menyaksikannya di rumah melalui televisi, jelas melihat respon Neymar itu terlalu berlebihan. Tetapi, Neymar tentu saja masa bodoh di lapangan.

Ini pada dasarnya adalah tindakan klasik yang direncanakan untuk membuat pemain terkecoh dalam upaya memprovokasi aksi agresi yang lebih nyata sehingga lawan mendapat kartu merah. Soal aksi provokasi lawan ini, selain insiden Materazzi yang berbuah kartu merah untuk Zidane, sebelumnya legenda Argentina Diego Simeone ternyata juga pernah melakukannya pada bintang Brasil, Romario.

Peristiwa itu terjadi di Liga Spanyol, antara Sevilla yang dibela Simeone menjamu Barcelona. Dalam satu momen di babak kedua, tiba-tiba Romario menghantam wajah lawan dengan tinju. Simeone jatuh dan kartu merah harus diterima striker Barcelona itu. Setelah pertandingan, dia mengungkap musuhnya itu sudah menghina ibunya dengan menyebut “kecoak”, dan sempat menendang kakinya.

Diego Simeone

Simeone mungkin adalah orang pertama yang mengakui bahwa dia memang menyukai seni gelap shithousery. Bahkan, yang paling terkenal, sang gelandang telah menggambarkan dirinya bermain seperti seorang pria yang “memegang pisau di antara giginya”; tentu saja maksud dia menjadikan mulutnya sebagai senjata untuk memprovokasi lawan demi mendapatkan keuntungan bagi tim.

David Beckham juga pernah jadi korban saat Argentina bersua Inggris di Piala Dunia 1998. Sepanjang laga, dia terus diprovokasi Simeone. Satu waktu, lawan menabrak dari belakang ketika berebut bola. Wasit tampak akan mengeluarkan kartu kuning. Tapi, Beckham yang mulai emosi, menyenggolkan kakinya ke Simeone hingga jatuh, yang lalu memprovokasi wasit hingga memberinya kartu merah.

Jika Simeone sengaja mengasah kemampuannya melakukan shitshousery hingga mendefinisikannya sebagai pemain, maka Atletico Madrid dianggap sebagai tim ahli dari seni gelap itu, dan tentu juga karena dia adalah pelatih klub Spanyol itu sejak 2011. Selain itu, Timnas Italia juga disebut sangat mahir melakukan seni gelap tersebut, baik lewat aksi-aksi diving yang dilakukan para penyerangnya, maupun upaya apapun yang akan diusahakan para pemain bertahan untuk meraih kemenangan.

Sumber: The Guardian, Goal, Planetfootball