Mengenal “Pay as You Play”, Skema Pembayaran Per Pertandingan

Pesepakbola adalah profesi dengan risiko tinggi. Selain soal penurunan performa, cedera juga bisa menghancurkan atau menghambat karier pemain. Salah satunya dengan tak digaji secara penuh.

Pemain dengan riwayat cedera terkadang dibayar sesuai dengan jumlah pertandingan yang ia lakoni. Apakah ini legal?

Skema Pay as You Play di Inggris

Klub biasanya mengeluarkan biaya transfer yang besar ketika mendatangkan pemain. Klub belum beres di biaya transfer karena masih harus mengeluarkan uang untuk menggaji pemain tersebut. Pengeluaran besar ini tentu dengan harapan sang pemain bisa “membayar” uang tersebut lewat permainan bagus sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga, klub bisa mendapatkan keuntungan dalam bentuk lain.

Sialnya, pesepakbola tak selamanya main bagus. Klub bisa saja mengeluarkan banyak uang dan si pemain tak tampil maksimal. Salah satunya karena cedera berkepanjangan yang tak bisa disembuhkan.

Untuk itu klub membuat skema “Pay as You Play”. Artinya pesepakbola hanya dibayar ketika ia bermain. Apakah ini legal? Di Inggris, legal.

Klub sendiri tak boleh memutus kontrak pesepakbola hanya karena ia cedera parah atau cedera panjang. Ini akan melanggar aturan ketenagakerjaan, di Inggris.

Untuk menanganinya, klub biasanya membiarkan kontrak pemain habis dan tak memperpanjangnya. Namun, kalau sang pemain bergaji besar tapi tak bisa lagi main bola dalam durasi kontraknya, klub bisa mendorong sang pemain untuk pensiun. Kalau ini terjadi, kontraknya secara langsung akan terputus.

Akan tetapi kalau si pemain masih bisa bertanding dan punya peran penting, klub bisa menawarinya skema seperti ini. Contohnya, Zlatan Ibrahimovic di Manchester United atau di AC Milan. Kedua kesebelasan bisa saja menawarinya skema “Pay as You Play” karena riwayat cedera Zlatan yang terbilang parah.

Meski skemanya dibayar sesuai pertandingan yang dijalani, tapi ada standar tertentu yang harus dipenuhi. Klub harus menetapkan kontrak sesuai standar FA. Perbedaannya hanya pada klausul di mana pembayaran gaji dilakukan hanya ketika sang pemain diturunkan. Ini yang membuat sang pemain biasanya tetap mendapatkan gaji mingguan/bulanan tapi dengan angka yang sangat rendah.

Siapa yang Diuntungkan?

Klub tentu jadi pihak yang diuntungkan. Mereka hanya mengeluarkan uang ketika “aset” mereka digunakan. Bagaimana dengan pemain?

Tentu tak ada pemain yang ingin cedera. Namun, pembayaran seperti ini jadi terkesan adil buat kedua belah pihak. Klub tak mengeluarkan uang secara percuma untuk seseorang yang terbaring di meja perawatan. Pemain pun tak mendapatkan uang cuma-cuma dengan rasa sakit di bagian tubuhnya.

Ini jadi bermanfaat bagi pemain dengan riwayat cedera parah atau yang sudah mulai menua. Pemain yang sudah memasuki usia senja biasanya sudah puas dengan gaji yang telah mereka terima pada masa jayanya. Sehingga, mereka menerima saja ketika ditawari skema seperti ini, asalkan mereka bisa main bola dan dibayar.