Mengenang Stan Lee lewat Cristian Carrasco

Foto: Time.com

13 November 2018, Stanley Martin Lieber atau yang lebih dikenal dengan sapaan Stan Lee meninggal dunia pada usia 95 tahun. Sosok yang bisa dikatakan sebagai ‘Bapak Pahlawan Super’ itu menderita radang paru-paru atau pneumonia. Kondisi di mana kantung udara mengecil dan mulai sering merasakan sakit pada bagian dada, kesulitan bernafas, demam, dan batuk. Setidaknya, begitulah tanda-tanda gejala yang dijelaskan dalam Eksiklopedia Penyakit Infeksi.

Stan Lee merupakan kreator dari penulis dan pemimpin redaksi dari Marvel Comics. Buku komik asal Amerika Serikat yang kini populer juga di layar lebar. Ia adalah kreator X-Men, Avengers, Spider-Man, dan lain-lain. Karakter fiksi yang menjadi inspirasi berbagai orang dan kini semakin populer setelah kerja sama dengan Disney membuat Marvel Cinematic Universe (MCU).

Stan Lee mungkin tidak memiliki pengaruh langsung ke dunia sepakbola atau olahraga. Tapi, para atlet termasuk pesepakbola juga manusia. Manusia yang terkespose kepada media dan kultur populer, termasuk komik dan pahlawan super. Mereka juga menikmati karya-karya dari Stan Lee.

Foto: SB Nation

Saat Diego Simeone masih bermain untuk Atletico Madrid, sebelum Rojiblancos berhasil merusak tatanan sepak bola di Spanyol, mereka menjadikan kostum tim sebagai alat pemasaran film Spider-Man 2. Versi Tobey Maguire bukan Andrew Garfield. Versi dari Andrew Garfield berjudul ‘The Amazing Spider-Man’. Lagipula Andrew Garfield menjadi Spider-Man, Simeone sudah melatih.

Lalu, Paul Pogba dan Jesse Lingard pernah melakukan perayaan ‘Salam Wakanda’ atau “Wakanda Forever” setelah terinspirasi dengan film ‘Black Panther’. Selebrasi tersebut dilakukan setelah Lingard mencetak gol ke gawang Chelsea awal tahun lalu.

Ada pula penyerang asal Brasil, Givanildo Vieira de Sousa atau Hulk. Yep, Hulk! Monster berwarna hijau yang tidak diakui sebagai pelopor MCU karena film-nya dianggap gagal. Hulk yang tenar bersama FC Porto dan kini membela klub asal Tiongkok, Shanghai SIPG mendapat nama julukannya karena mirip dengan Lou Ferrigno. Ferrigno memerankan monster buatan Stan Lee pada 1977-1982 di serial televisi dan lima film.

Padahal saat periode tersebut, Givanildo Vieira de Sousa belum lahir. Ia baru lahir pada 1986. Tapi dirinya menyukai julukan Hulk tersebut bahkan pernah melakukan perayaan dengan pamer otot seperti binaragawan, profesi Ferrigno sebelum menjadi aktor.

Foto: Mirror

Bicara soal perayaan gol, kita belum mengungkit tentang topeng Spider-Man. Perayaan topeng Spider-Man ini sangat populer di dunia sepakbola. Pierre-Emerick Aubameyang melakukan selebrasi tersebut saat membela Borussia Dortmund. Mantan pemain Newcastle United dan tim nasional Argentina, Jonas Gutierrez, juga pernah melakukan hal serupa. Bahkan mantan penjaga gawang Saint-Etienne, Jeremie Janot mengenakan kostum Spider-Man saat berada di bawah mistar Les Verts.

Kini sudah gantung sepatu, Janot juga mengucapkan terima kasih kepada Stan Lee yang ia sebut sebagai sosok inspirasional. “Stan Lee menginspirasi segala usia,” tulis Janot di akun Twitter miliknya. Tapi, bicara soal topeng Spider-Man, tidak akan ada yang lebih identik dari seorang Cristian Carrasco.

Spider-Man Indonesia

Foto: BolaSport / Twitter

Andai kata ada yang asing dengan nama Cristian Carrasco, dia bisa disebut sebagai Spider-Man Indonesia. Setidaknya di atas lapangan. Ia bukan warga Indonesia, melainkan legiun asing dari Cile. Tapi, dirinya begitu dicintai oleh penggemar sepakbola Indonesia. Selebrasi Spider-Man menjadi salah satu alasannya.

Sebuah ciri khas tak akan terbentuk jika hanya dilakukan satu, dua, atau tiga kali. Namun, Carrasco berhasil membuat topeng Spider-Man sebagai salah satu ciri khas. Hal itu sudah cukup untuk menjelaskan betapa tajamnya penyerang ini.

Pertama datang ke Indonesia dengan membela Persim Maros Makassar, nama Carrasco mulai naik saat bersama Persebaya Surabaya pada 2004. Saat itu Carrasco menjadi pencetak gol terbanyak di Liga Indonesia dan berhasil mengantarkan Bajul Ijo keluar sebagai juara. Bersama Persebaya inilah ia mulai memperkenalkan perayaan gol Spider-Man.

“Selebrasi topeng itu mulai 2004 di Persebaya. Sejak kecil saya memang menyukai Spider-Man. Kemudian ada pikiran untuk menggunakan topeng itu untuk selebrasi. Pasti menarik, lagipula anak-anak di sini juga senang dengan Spider-Man,” akunya ke Gramedia.com.

Ia bahkan meminta orang tua di Cile untuk mengirim topeng tersebut ke Surabaya. “Orang tua kirim dari Cile. Bagaimana saya bisa masih memiliki topeng itu di Cile adalah rahasia,” katanya.

Topeng Spider-Man diminta Carrasco dari kampung halamannya untuk menghibur para suporter dan anak-anak di Surabaya. Menjadikan hal tersebut sebagai ciri khas. Bukan hanya di Kota Pahlawan, bahkan seluruh Indonesia.

“Banyak pemain yang selebrasi dengan biasa, jadi saya sukses membuat sebuah ciri khas. Sampai sekarang orang mengenal saya karena selebrasi Spider-Man itu,” aku Carrasco.

Ancaman bagi Carrasco Si Spider-Man

Foto: Syfy.com

Ini akan memerlukan sedikit imajinasi. Pada saat ‘Civil War’ di dunia Marvel komik, bukan film. Peter Parker sempat berpindah-pindah aliansi, sampai harus mengungkap identitas aslinya. Melawan semua prinsip pahlawan super menggunakan topeng untuk melindungi orang-orang yang dekat dengan diri mereka.

Cristian Carrasco juga pernah merasakan hal yang mirip seperti itu. Publik sudah tahu identitas aslinya, dia pesepakbola bukan pahlawan super. Tapi topeng Spider-Man adalah ciri khas dirinya. Sial bagi Carrasco setelah satu tahun kembali merumput di Cile bersama Deportes Arica, ia membela PSM Makassar pada 2009/2010. Sialnya, Carrasco tidak dapat menggunakan topeng Spider-Man di PSM.

Kepada Goal Indonesia, Carrasco mengaku diancam kartu merah oleh wasit yang menjadi pengadil laga PSM kontra Persitara Jakarta Utara. “Saya mendapat bisikan dari wasit jelang pertandingan. Andai menggunakan topeng itu untuk selebrasi, saya akan langsung diusir.”

Masa hidup Cristian Carrasco di PSM tidak lama. Ia dilepas oleh klub meski menjadi pemain tersubur Juku Eja dengan lima gol. Dirinya merasa berjuang sendirian di sana, dan memilih untuk pergi. “Saya seperti main sendiri di sana. Kurang didukung teman-teman. PSM juga tanpa target musim ini, jadi itu membuat saya kurang termotivasi,” jelasnya.

Persita Tangerang Rumah Baru Carrasco

Foto: Bola.net

Setelah mencoba peruntungan di beberapa klub Indonesia setelah dilepas PSM, Carrasco memilih Thailand sebagai destinasi berikutnya. Namun beberapa bulan kemudian kembali mewarnai sepak bola Indonesia bersama Persita Tangerang.

Bersama Pendekar Cisadane inilah Carrasco kembali menjadi Spider-Man yang dikenal oleh pecinta sepak bola Indonesia. Meski sempat mendapat ancaman kartu merah ketika masih membela PSM, Carrasco menegaskan bahwa dirinya akan kembali menjadi Spider-Man di awal musim Divisi Utama 2011/2012.

“Pertandingan melawan PSIM Yogyakarta harus jadi momentum. Saya ingin berperan untuk tim ini karena kita sudah lama di Divisi Utama. Selebrasi mengenakan topeng Spider-Man akan tetap saya gunakan (jika mencetak gol), karena saya sangat senang melakukannya dan telah menjadi ciri khas,” katanya ke Bola.net.

Meski gagal meraih gelar juara setelah kalah 1-2 dari Barito Putera di partai final, Persita dan Carrasco tetap sukses mencapai target mereka untuk meninggalkan Divisi Utama ke Liga Super sebagai juara dua. Carrasco mencetak 17 gol selama satu musim. Hanya kalah satu dari legiun asing Barito asal Liberia, Sackie Doe yang mencetak gol ke-18 pada partai final. Mereka bertahan di Liga Super Indonesia hingga 2014 masih bersama Carrasco dan topeng Spider-Man miliknya.

Hingga dua tahun lalu saat diwawacarai oleh Gramedia, ia masih sering latihan dengan Persita meski tidak berstatus sebagai pemain. “Ini klub besar dengan suporter luar biasa. Saya berhasil membantu Persita kembali ke Liga Super. Lalu para suporter di sini selalu menyapa saya. Bahkan memanggil dengan sapaan ‘legend’. Itu membuat saya senang di sini,” katanya.

Si Tetangga yang Ramah

Entah secara sadar atau tidak, Cristian Carrasco sudah menjelma jadi Spider-Man di dalam ataupun luar lapangan. Peter Parker sebagai Spider-Man memiliki panggilan ‘Your friendly neigbourhood, Spider-Man’ alias tetangga yang ramah. Carrasco juga memiliki sikap yang sama. Tujuan awal dia mengenakan topeng Spider-Man saat selebrasi adalah menghibur anak-anak.

Ia juga terbawa serta nyaman dengan keramahan orang-orang di Indonesia. Orang-orang yang ia anggap membuat dirinya merasa aman. “Orang-orang di sini selalu punya waktu untuk membantu. Itu membuat orang di luar merasa aman. Mereka baik-baik dan ramah. Indonesia sudah seperti rumah kedua saya, bukan hanya Tangerang,” katanya.

Kabar terakhir, dirinya masih aktif mengolah kulit bundar lewat permainan futsal dan jadi pelatih di SSB Gapas, Tangerang. Membantu anak-anak muda Indonesia belajar sepak bola.Bermodalkan lisensi C AFC, Carrasco menerpa pemain-pemain muda 14-19 tahun untuk jadi profesional. Setidaknya itu tujuan dia.

“Saya senang sekali anak-anak di sini sangat bersemangat untuk belajar sepak bola. Mudah-Mudahan saya bisa bantu mereka jadi pemain profesional di Indonesia,” kata Carrasco ke Goal Indonesia pada Oktober tahun lalu.

Akhir dari Spider-Man

Foto: EmosiJiwaku.com

Saat itu dirinya mengatakan masih belum mau pensiun. Targetnya adalah berkarier sebagai pesepakbola usia 40. Kini Carrasco sudah 40 tahun, genap berkepala empat di Bulan Juli lalu. Tapi, Spider-Man Indonesia masih sering terlihat ada di lapangan. Baik sebagai pelatih SSB ataupun turnamen antar kampung (Tarkam).

Tapi sekarang topeng Spider-Man yang biasa ia yang gunakan saat masih berlaga di liga sepak bola Indonesia sudah tidak digunakan. Topeng itu pensiun dua tahun lalu, Carrasco memberikannya ke museum di Surabaya. “Mereka membuat museum di Surabaya. Topeng itu saya berikan ke mereka.”

Hingga saat ini, Persebaya sedang berusaha untuk memiliki museum sendiri. Ide tersebut didorong oleh pemerhati sejarah Bajul Ijo, Yunanta Erwahyudi dan didukung Segar Sutrisno salah satu pemain yang paling loyal kepada Pesebaya. Membela klub selama 16 tahun dari 1985-1996. “Jangankan Persebaya dengan sejarahnya yang luar biasa. Saya juga menjaga semua piagam, medali, kliping artikel, dan penghargaan yang didapat. Itu cara saya untuk menghargai klub dan prestasi yang didapat,” katanya ke Surya.co.id.

Apabila nantinya menjadi kenyataan, dan topeng itu ada di museum salah satu klub yang pernah dibela Cristian Carrasco, benda tersebut bukan hanya sebuah barang bersejarah dari penyerang Cile. Tapi juga sebuah pengenalan kepada legenda seperti Stan Lee. Tanpa karya Stan Lee, tidak akan ada Cristian ‘Spider-Man’ Carrasco.