Liga Champions 2022/23 akan berakhir dengan bertemunya Inter Milan versus Manchester City pada babak akhir pekan ini. Ternyata, Liga Champions musim ini adalah musim-musim terakhir sebelum formatnya akan diubah dalam 2 musim medatang. Seperti apa format baru yang nantinya akan dijalankan?
Pada pertemuan di Wina, Austria, Komite Eksekutif UEFA telah menandatangani format baru kompetisi teratas klub Eropa. Selama dua tahun terakhir, ada banyak anggapan bahwa inilah bentuk tindak lanjut akan rumor Liga Super Eropa dan bagaimana UEFA menanggapinya dengan konkret.
Format baru ini akan dilakukan pada musim 2024/2025, dengan lebih banyak kesebelasan yang ikut ambil bagian dan juga menghadirkan lebih banyak pertandingan. Format ini juga dinilai untuk memungkinkan para kesebelasan besar untuk mendapatkan keuntungan secara finansial.
Akan seperti apa Liga Champions 2024/2025?
Jumlah tim yang bersaing dalam kompetisi akan bertambah dari yang mulanya berjumlah 32 kesebelasan menjadi 36 kesebelasan, yang berarti akan ada 189 pertandingan. Ini meningkat dari format yang saat ini yang mempertandingkan 125 laga. Babak penyisihan grup akan digantikan oleh fase liga atau dikenal sebagai “Model Swiss”.
Setiap kesebelasan akan memainkan delapan pertandingan di fase liga. Sebenranya jumlah ini turun dari 10 pertandingan yang diusulkan setelah pembicaraan di Wina, di mana para kesebelasan ini akan bermain home dan away.
Delapan tim teratas di liga akan lolos secara otomatis ke babak sistem gugur. Mereka yang finis di urutan kesembilan hingga ke-24 akan bersaing dalam play-off dua leg (home dan away) untuk menentukan siapa yang mencapai babak 16 besar kompetisi.
Dua dari empat slot tambahan dalam kompetisi akan diberikan kepada negara-negara yang klubnya mencapai performa kolektif terbaik di musim sebelumnya. Untuk menyelesaikannya, total poin yang diperoleh akan dibagi dengan jumlah tim yang bersaing di kompetisi klub Eropa.
Hal ini disinyalir untuk menjawab kritikan terhadap UEFA mengenail poin koefisien dari setiap liga-liga di Eropa yang dinilai kurang fair.
Sebagai contoh, Jika aturan baru diterapkan pada musim 2022/2023 saat ini, maka dua tempat tambahan akan diberikan kepada klub-klub dari Inggris dan Belanda. Dalam tiga dari empat musim terakhir, satu kesebelasan di Premier League akan menerima salah satu slot tambahan. Pasalnya, untuk proses kualifikasi musim depan, slot tersebut diterima oleh kesebelasan dari Inggris dan Italia.
Secara teori, dalam beberapa tahun Premier League bisa berakhir dengan total tujuh tim di Liga Champions karena poin koefisien yang diberikan pada performa klub dan pemenang kompetisi klub terbesar di Eropa dan kompetisi Eropa lainnya.
Dampak perubahan lainnya, klub-klub dari negara yang sama kini dapat bermain melawan satu sama lain di babak sistem gugur awal. Pertemuan sesama klub dari negara yang sama tidak akan terjadi hingga ke babak perempat final.
Delapan pertandingan dengan format seperti liga akan tersebar selama 10 pekan, itu berarti Liga Champions, Liga Europa, dan Liga Konferensi Eropa akan memiliki minggu eksklusif yang didedikasikan untuk turnamen mereka.
Apa bedanya dengan format saat ini?
Setiap tim yang mencapai Liga Champions saat ini bermain di babak grup empat tim, dengan dua tim teratas mencapai babak sistem gugur. Tim yang finis di urutan ketiga akan turun ke Europa League.
Mereka yang melaju kemudian bermain di babak sistem gugur, dan jika sebuah tim bisa lolos ke babak 16 besar, perempat final, semifinal dan memenangkan final, mereka dinobatkan sebagai juara Eropa.
Satu elemen yang tidak akan berubah saat sistem baru diperkenalkan pada 2024 adalah babak semifinal dalam format dua leg (home dan away).
Siapa yang akan merasa “dirugikan” dengan perubahan format ini?
Ada rumor yang berpendapat bahwa UEFA hanya mendengarkan masukan dari klub-klub Premier League dan La Liga ketika mereka harus “membuang” fase liga dengan 10 pertandingan dan menguranginya menjadi 8 (delapan) laga saja.
Perwakilan kesebelasan dari Ligue 1 Prancis menginginkan 10 pertandingan dan penambahan satu tempat bukan didasarkan pada koefisien klub. Mereka menulis kepada UEFA dan Asosiasi Klub Eropa (ECA) untuk mengatakan itulah mengapa mereka mengurangi jumlah pertandingan di liga domestik mereka menjadi 18, yaitu untuk mengantisipasi peningkatan jumlah pertandingan di kancah Eropa.
Mereka ingin salah satu dari dua tempat tambahan diberikan kepada juara domestik dari liga menengah dan satu lagi ke liga terbesar kelima sehingga memiliki empat tempat, seperti empat liga teratas. Saat ini, liga terbaik kelima di Eropa adalah Ligue 1 Prancis. Sampai saat ini, para kesebelasan Prancis tidak memiliki cukup bargaining untuk melakukan perubahan yang mereka inginkan.
UEFA mewacanakan penambahan pendapatan peserta UCL
Mengutip dari The Athletic, pada bulan Mei kemarin, UEFA menyarankan agar mereka mengharapkan peningkatan pendapatan sekitar 33 persen dari format sebelumnya.
Liga Champions saat ini menghasilkan 3,6 miliar Euro untuk setiap musimnya dari tiga musim antara 2021 dan 2024.
Ketika berbicara tentang pendapatan yang diproyeksikan Selasa lalu, direktur kompetisi UEFA, Giorgio Marchetti mengatakan: “Kami sedang mengerjakan (keduanya) proyeksi konservatif dan lebih optimis dalam kisaran yang saya katakan antara €4,6 miliar dan €4,8 miliar.”
UEFA sedang berdiskusi dengan ECA dan grup Liga Eropa untuk memutuskan bagaimana mendistribusikan uang hadiah tambahan.
Pembicaraan akan perubahan besar Liga Champions ini mencapai puncaknya semenjak 2019. Ada lebih dari cukup manuver politik dari tim-tim terbesar Eropa, yang puncaknya pada upaya diadakannya Liga Super Eropa (European Super League) yang akhirnya dipastikan gagal pada April 2021 lalu.
Maret lalu, Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, menggambarkan plot Liga Super yang gagal sebagai “proyek non-sepakbola” dan memandang format baru Champions League 2024 ini sebagai kemenangan atas klub-klub yang berkonspirasi untuk menerapkan perubahan besar pada sepak bola Eropa.
“Kami yakin bahwa format yang dipilih memberikan keseimbangan yang tepat dan itu akan meningkatkan keseimbangan kompetitif dan menghasilkan pendapatan yang solid yang dapat didistribusikan ke klub, liga, dan sepak bola akar rumput di seluruh benua kami,” ujar Ceferin seperti dikutip The Athletic.
UEFA tahu kompetisi yang mereka buat, tidak dapat “dipasarkan” tanpa Real Madrid, Barcelona dan para raksasa Eropa lainnya bersaing di dalamnya (baca: klub peserta Liga Super Eropa). Bisa dikatakan, perubahan ini didasarkan pada kompromi dan kesepakatan yang dihasilkan untuk membuat semua pihak merasa sama-sama untung.
Apa dampak perubahan format Liga Champions ini?
Yang pasti, tim-tim dari negara yang sama juga bisa bertemu jauh lebih cepat, dan ada keadaan yang membuat para penggemar sepakbola akan “terpaksa” mendukung rival mereka di kompetisi domestik pada ajang Champions League.
Dengan banyaknya laga yang dipertandingkan, tentu saja dari sisi finansial kesebelasan ini tentu akan lebih diuntungkan. Dengan banyaknya laga yang disiarkan, otomatis nilai kontrak hak siar akan jauh lebih tinggi. Belum lagi, apabila klub-klub ini mampu melangkah lebih jauh.
Kita lihat saja, apakah langkah UEFA untuk mengubah format ini mampu “memenangkan” semua pihak di industi sepakbola adalah tindakan yang tepat.