Merayakan Berdirinya Kesebelasan Perempuan Real Madrid dan Manchester United

Jika laman Facebook boleh dijadikan patokan sementara untuk mengetahui seberapa banyak penggemar suatu klub, Manchester United saat ini memiliki kurang lebih 73 juta penggemar di muka bumi. Banyak? Sudah pasti. Namun ternyata, Real Madrid, lebih gila lagi. Klub asal ibukota Spanyol tersebut memiliki fans yang me-like halaman mereka sebanyak 107 juta orang. 100-an juta orang!

Jumlah-jumlah tersebut sudah pasti tidak akurat, karena bisa jadi dari sekian juta akun ada yang berupa kloningan saja. Belum lagi para penggemar yang tidak berkecimpung dengan facebook serta internet. Satu hal yang pasti, dua klub ini sudah melebihi esensi klub itu sendiri, melainkan sudah menjadi brand global di seluruh penjuru dunia. Ini sudah pasti tak terbantahkan.

Namun di balik kegemilangan mereka secara bisnis maupun secara prestasi, ternyata mereka mempunya aib kecil yang sebetulnya tidak terlalu terlihat jika tak diungkap. Baik United maupun Madrid keduanya tak memiliki klub sepakbola perempuan, di saat rival-rivalnya seperti Liverpool, City, Barca atau Atletico memiliki klub sepakbola perempuan. Sebelumnya, mungkin United dan Madrid berpikir jika sepakbola pria pun sudah cukup membesarkan nama mereka di dunia olahraga industri ini.

Sepakbola Perempuan ala Real Madrid

Setelah banyaknya cibiran serta desakan dari berbagai pihak, tak disangka-sangka kedua klub ini memutuskan untuk membuka klub sepakbola perempuan. United mengumumkannya secara resmi di laman mereka pada bulan Maret 2018 lalu. Sedangkan Madrid masih dalam pembicaraan hasil wawancara bersama sang presiden, Florentino Perez. Sebagai info tambahan saja, Perez jugalah orang yang pernah ‘secara tidak langsung’ untuk tidak menghendaki adanya klub Real Madrid perempuan beberapa tahun lalu dengan alasan ‘kurang menjual’.

Tapi seakan mendapatkan hidayah, Flo Perez kini malahan sedang berpikir untuk membangun klub sepakbola perempuan yang dimulai dari akar rumput. Maksudnya, ia tidak medahulukan untuk membuat tim utama untuk langsung bersaing melawan rival-rivalnya. Pada wawancaranya bersama harian Marca bukan Juni 2017 lalu ia telah mengonfirmasi hal tersebut.

“Kami tidak akan langsung membeli tempat dan mulai menandatangani pemain. Ide kami adalah untuk melakukannya dari bawah, dari kategori yang lebih rendah. Kami ingin membantu pelatihan anak perempuan seperti yang kita lakukan dengan anak-anak, tetapi untuk ini kita harus memiliki struktur yang memadai. Mulai menyediakan Valdebebas (area tempat latihan Madrid) dengan infrastruktur yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan terbaik. Kami ingin perkembangan itu dalam beberapa tahun mendatang. ”

Ini jelas kabar yang baik bagi sepakbola Spanyol terutama para gadis asal ibukota yang bermimpi menjadi pesepakbola. Janji kualitas yang akan disuguhkan Real Madrid lewat fasilitas serta pembinaannya pastinya akan memanjakan para pemain untuk berkembang sedari dini, mulai dari level akar rumput. Setelah sepakbola perempuan Madrid sudah berkembang setahap demi setahap, maka melangkah lebih profesional lagi seperti klub pria mereka pun bukan jadi angan-anagn semata di masa depan.

Belum lagi rivalitas antara El Clasico antara Barca dan Madrid atau Derby Madrileno antara Madrid dan Atletico akan tersaji juga di lapangan sepakbola perempuan. Kita tentu sudah tahu bagaiman popularitas El Clasico di dunia sepakbola. Lewat sepakbola perempuan, bumbu rivalitas ini bisa digoreng lebih matang lagi, baik secara kualitas kompetisi sepakbolanya atau dari segi bisnis kepopuleran El Clasico itu sendiri.

Manchester United dan Kesebelasan Perempuan

Lain Madrid, maka lain pula United. Lewat laman resmi mereka, pembukaan klub sepakbola perempuan United ini sudah didaftarkan untuk berkompetisi di FA WSL 2 (divisi dua Liga Inggris perempuan).

“FA telah memberikan dukungan yang sangat baik dan kami percaya bahwa meluncurkan sebuah tim di WSL2 akan memberikan lebih banyak lagi peluang bagi talenta lulusan kami dari klub regional untuk berkesempatan mengembangkan diri mereka sebagai pemain tim utama United,” ungkap Ed Woodward.

“Tim sepakbola perempuan Manchester United harus dibangun dalam citra yang sama dan dengan prinsip yang sama dengan tim sepakbola pria dan menawarkan rute terbaik untuk pemain akademi kami untuk bermain di level tertinggi klub sepakbola,” lanjutnya.

Sebetulnya, baik United maupun Madrid, cukup peduli dengan sepakbola perempuan mereka di level akal rumput. Artinya, mereka tak hanya membuat tim kuat dan instan di level teratas saja, melainkan turut mengembangkan gadis-gadis untuk berlatih serta bemain bola. Untuk level klub ternama, sudah seharusnya seperti itu. Jangan seperti sepakbola perempuan di negeri kita yang muncul hanya saat ada event tim nasional atau tim level daerah (provinsi) saja.

Pada akhirnya, meski baru langkah kecil, itikad baik untuk membuat klub sepakbola perempuan di lingkungan United dan Madrid sudah selayaknya dirayakan. Rasa-rasanya, jika sistem mereka sudah cukup stabil dari sisi fasilitas dan pembinaan, toh tak sulit dengan keungan yang cukup kuat, mereka bisa memboyong pemain-pemain kelas dunia ke Carrington ataupun ke Valdebebas.

United bisa bersaing dengan Arsenal Ladies (iya, Arsenal, Anda tidak salah baca) yang sudah lebih dulu pernah berjaya di Eropa ataupun Madrid barangkali mulai menyalip Barca di kompetisi domestik dan menjadi ratu-nya kompetisi Eropa menyaingi Wolfsburg Frauen dan Lyon Feminin untuk mendampingi tim pria Madrid yang kini masih merajalela di kompetisi benua biru tersebut.