Di era sepakbola sekarang ini, agaknya sulit untuk melepaskan peran agen dalam segala hal yang berhubungan dengan pemain, seperti transfer, gaji, hingga nilai kontrak. Agen menjadi perpanjangan tangan pemain agar tak merasa dirugikan.
Satu hal yang menarik adalah ketika Kevin de Bruyne menegosiasikan kontraknya oleh dirinya sendiri. Agennya, Patrick de Koster tak mendampingi atau mewakilinya. Soalnya, ia tengah menjalani proses hukum di Belgia.
Hasilnya tidak buruk. De Bruyne berhasil menaikkan gajiya hingga 85 ribu paun perpekan dengan durasi kontrak hingga 2025 mendatang. Artinya, dalam kontrak yang baru tersebut, De Bruyne akan mendapatkan 385 ribu paun perpekan! Atau menjadi salah satu yang tertinggi di Premier League.
Hal ini dikonfirmasi oleh jurnalis yang menjadi sumber utama berita transfer, Fabrizio Romano. Dalam cuitan di akun Twitternya, ia menulis: “Kevin de Bruyne telah menegosiasikan kontrak barunya di Manchester City tanpa keterlibatan agen. Ini sesuatu yang aneh, mungkin luar biasa di sepakbola saat ini.”
Romano melanjutkan: “Langkah selanjutnya buat negosiasi kontrak Man City: Raheem Sterling dan Gabriel Jesus. Phil Foden, tak tersentuh.”
Setelah sukses mengamankan De Bruyne, langkah selanjutnya yang akan diambil Pep Guardiola adalah memagari bintang City lainnya. Salah satunya Raheem Sterling yang kontraknya habis pada 2023 nanti. Apalagi pemain sayap timnas Inggris ini berperan amat penting bagi kesuksesan City pada musim lalu.
Pun halnya dengan Phil Foden. Pemain berusia 21 tahun ini diyakini akan menjadi pemain masa depan The Citizens. Apalagi, ia juga sudah menunjukkan performa bagus di lini tengah City dengan menjadi pemain reguler.
Di sisi lain, Pep tak begitu ingin mendaratkan Erling Haaland. Salah satu alasannya karena keterlibatan agen yang meminta persenan. Apalagi Haaland diurus oleh agen yang punya reputasi buruk di kalangan para manajer: Mino Raiola.
Banyak yang berminat pada Haaland, tapi semua terganjal oleh agennya. Konon, Raiola meminta 20 juta euro sebagai kompensasi biaya agen agar transfernya terlaksana.
Pemain Tanpa Agen
Karena sang agen tengah menjalani proses hukum, De Bruyne dan ayahnya merekrut sejumlah orang untuk menyediakan data yang mereka perlukan. Mereka merekrut pakar data untuk menyusun analisis yang relevan untuk membuktikan kalau De Bruyne bernilai buat City. Data ini juga menunjukkan kalau City adalah tempat yang tepat buat De Bruyne menuntaskan ambisinya.
De Bruyne juga merekrut pengacara dari Belgia untuk memeriksa secara detail kontrak senilai 83 juta paun tersebut. Artinya, De Bruyne sebenarnya tidak bekerja sendirian. Ia juga menggunakan sejumlah pakar dalam negosiasi kontraknya. Yang berbeda adalah City tidak perlu mengeluarkan sepeser pun untuk membayar komisi yang biasanya diberikan untuk agen.
De Bruyne seolah bertindak sebagai karyawan yang nego kontrak untuk bisa naik gaji. Agaknya, De Bruyne percaya diri dengan kemampuan dirinya dan kemampuan finansial City. Ia tak butuh tukang jualan kelas dunia untuk bisa meyakinkan City kalau dirinya layak digaji lebih tinggi.
Di sisi lain, kehadiran agen bikin klub harus mengeluarkan setidaknya 10 persen dari total biaya. Praktik ini lazim dilakukan. Ketika pandemi menyerang, kesebelasan Premier League masih mengeluarkan 272 juta paun buat biaya agen untuk periode Februari 2020 hingga 2021.
Soal pemain tanpa agen ini yang juga merintangi Haaland untuk pindah dari Dortmund. Soalnya, harga pembukanya saja sudah di 120 juta paun. Artinya, hanya klub dengan finansial berlebih yang bisa merekrutnya. Angka ini belum termasuk gaji dan komisi buat Raiola yang angkanya mungkin bisa menyamai nilai transfernya tersebut.
Reputasi Raiola sendiri tak begitu bagus di kalangan para manajer. Salah satunya Sir Alex Ferguson yang enggan menghabiskan energi untuk bernegosiasi dengan Raiola. Sementara untuk pemain, nama Raiola amat harum. Ia berhasil bikin para pemainnya mendapatkan klub dan kontrak yang menggiurkan.
Buat pemain, peran agen mungkin saja penting. Soalnya, pemain tak perlu dipusingkan dengan urusan di luar sepakbola, utamanya yang bersangkutan dengan kontrak baik bersama klub, maupun soal endorsement. Namun, buat klub, agen tampaknya tak lebih sebagai parasit.
Uang di sepakbola, utamanya Premier League, amatlah besar. Tentu wajar bila pemain ingin ambil bagian dari keuntungan tersebut. Namun, di sisi lain, biaya transfer yang besar justru meningkatkan nilai sebenarnya dari sang pemain itu sendiri. Alias mengalami inflasi.
Klub yang kondisi finansialnya sulit, akan kesusahan untuk membeli pemain bagus atau mempertahankan pemain bintangnya. Dampaknya akan terlihat dari bagaimana nilai kompetitifnya suatu liga.
Lantas, setelah De Bruyne memperpanjang kontraknya sendiri, mungkinkah peran agen bisa lebih ditekan di kemudian hari?