Pesepakbola, Hidup Mewah Dahulu, Bangkrut Kemudian

Pesepakbola Bangkrut

Pesepakbola profesional di Eropa mungkin terlihat hidup dibalut dengan kemewahan. Namun, segalanya berbanding terbalik saat mereka pensiun dari dunia yang melambungkan namanya. Salah satunya adalah Kevin Gallen.

“Sungguh tidak mudah mengakhiri semua. Ketika Anda memperoleh limpahan uang dan terpaksa harus berhenti karena usia, Anda akan merasa begitu banyak tekanan. Jurang menuju penjara akan sangat dekat dengan Anda,” ungkap mantan striker Queens Park Rangers yang mencetak 90 gol dari 369 penampilannya tersebut.

Gallen mengungkapkan keresahannya bersama dengan banyak mantan pesepakbola lain yang akan mengakhiri karier. Namun, Robbie Keane berpandangan sebaliknya.

“Ketika Anda memiliki semua dan kekuatan secara financial, Anda tidak mungkin menghabiskannya dalam satu malam. Anda butuh berfikir apa yang terjadi setelah semua ini selesai? Apa yang harus dilakukan setelahnya, Anda harus memiliki semua jawabannya,” kata Keane.

Data yang dirilis PFA (Professional Football Association) pada 2014 lalu, gaji yang diterima pemain Premier League berkisar antara £25,000-£35,000 per pekan. Angka ini sangat timpang dengan Championship Division (£4.000-£5.000 per pekan), League One (£1.700- £2.500 per pekan) dan League Two (£1.300-£1.500) per pekan, dengan rataan umur pensiun di usia 35 tahun.

Sepakbola memang menjanjikan pada awal karir. Di usia 17-19 tahun gaji yang diterima bisa mencapai sebesar £100 – £125, dan akan melonjak ke angka £1.200 apabila dikontrak secara resmi.

Dengan lonjakan gaji sebesar itu, banyak pemain yang mengubah gaya hidupnya. Banyak yang kemudian menghabiskan uang tanpa pernah berpikir jangka panjangnya. Tekanan finansial akan hadir ketika karir semakin mendekati akhir. Beberapa pemain professional kemudian membentuk sebuah lembaga bernama Xpro pada 2011 lalu. Xpro sendiri berfungsi sebagai lembaga konsultasi keuangan bagi mantan pemain professional untuk menghindar dari kebangkrutan.

Viv Anderson, mantan pemain bertahan Nottingham Forest dan Manchester United yang menjadi penggagas Xpro menyatakan, “Anda dibayar £40.000 per pekan. Ketika Anda pensiun, dalam lima tahun Anda akan bangkrut.”

“Anda memiliki rumah dan mampu liburan tiap musim panas. Anda masih menginginkan gaya hidup itu. Pesepakbola biasa melakukan itu. Mereka digaji £100, dan akan menghabiskan £101. Di usia 35 atau 36 tahun, agen akan mengucapkan perpisahan dan klub akan memberikan penghargaan lalu pergi. Anda akan sendirian menghadapi semua ini, kecuali Anda adalah David Beckham atau Steven Gerrard yang memiliki brand image yang luar biasa, Anda akan kesulitan karenanya.”

Pemain-pemain top, bahkan juga menghadapi situasi kebangkrutan yang sangat kontras dengan pendapatan ketika aktif menjadi pesepakbola. David James, mantan penjaga gawang nomer satu Inggris, dinyatakan bangkrut pada 2011 lalu. Padahal selama berkarir, James diperkirakan memiliki pendapatan sebesar £20 juta. Setali tiga uang, mantan pemain Aston Villa yang sempat merumput di Indonesia, Lee Hendrie, dinyatakan bangkrut, padahal pendapat Hendrie ketika bermain adalah £30.000 per pekan.

Lee Hendrie

Namun kebangkrutan bisa dihindari dengan persiapan yang matang, seperti yang dilakukan Robbie Keane, melakukan investasi properti dan penanaman saham. Keane diperkirakan memiliki total £28 juta di rekeningnya, atau seperti yang dilakukan mantan pemain belakang Manchester United, Gary Neville, yang memiliki beberapa perusahaan bidang properti bersama dengan rekan setimnya, Nicky Butt.

Xpro sendiri merilis data hanya sebanyak 64% mantan pemain professional yang melanjutkan karirnya tetap di sepakbola, sisanya memilih memulai karirnya ditempat baru. XPro sendiri menjelaskan adanya titik jenuh untuk melanjutkan karir tetap di sepakbola, sehingga sebagian  yang meniti karir di luar sepakbola.

Beberapa mantan pemain yang sudah merasa nyaman dengan sepakbola memutuskan untuk melanjutkan karirnya tidak jauh dari sepakbola, Paul Scholes misalnya mendapatkan kontrak selama 3 tahun dengan BT Sport sebagai pundit, atau Jamie Carragher yang mengambil lisensi kepelatihan dengan mimpinya melatih Everton satu saat nanti terwujud. Gareth Southgate yang menjadi pelatih timnas Inggris saat ini, merupakan sedikit contoh dari banyaknya pemain yang melanjutkan karirnya tetap di sepakbola.

Beberapa bahkan sangat jauh dari hingar bingar sepakbola, seperti David May, mantan pemain Manchester United ini melakukan usaha wine di Afrika Selatan. Espen Baardsen mantan kiper Tottenham Hotspur memilihi menjadi manajer keuangan dan analis keuangan mikro di salah satu lembaga keuangan swasta, atau Arjan De Zeeuw mantan kapten Wigan Athletic yang mengantar Wigan di final Piala Liga 2006, menjadi Polisi Detektif di Alkmaar, Belanda.

Viv Anderson kembali menegaskan pentingnya pengelolaan finansial jangka panjang dan perhitungan yang matang pasca menyelesaikan karir sebagai pemain. Bersama XPro, Anderson berharap mampu mencegah mantan pemain sepakbola dari kebangkrutan.

“XPro bekerjasama dengan PFA, akan mencoba menimalisir pesepakbola dari kebangkrutan setelah pensiun, target kami, ketika pensiun nanti mereka memiliki finansial yang tangguh dan bisa berkarir dibidang apapun yang mereka mau,” tutupnya.