Gelandang jebolan La Masia, Sergi Samper resmi menandatangani kontrak berduarasi 10 bulan dengan kesebelasan asal Jepang, Vissel Kobe. Pemain kelahiran 20 Januari 1995 itu menyusul seniornya, Andres Iniesta yang sudah lebih dulu hidup di Kobe.
“Saya sudah berbicara dengan Iniesta. Dia mengatakan bahwa J.League merupakan liga yang sangat teknikal. Menurutnya saya bisa bersenang-senang di sana,” kata Samper di situs resmi Barcelona.
Iniesta bukanlah pemain ternama pertama yang pernah didatangkan Vissel Kobe. Sebelum pemain-pemain dari liga top Eropa mulai melihat pasar sepakbola Asia, nama-nama seperti Patrick M’Boma (eks-Cagliari) dan Michael Laudrup (mantan Real Madrid) sudah lebih dulu merasakan J.League bersama Vissel Kobe.
Sejak 2017, kesebelasan berjuluk Ushi atau Si Sapi, kembali mendaratkan pemain-pemain bintang dari Eropa. Penyerang asal Jerman, Lukas Podolski menjadi yang pertama. Setelah itu barulah Iniesta, David Villa, dan Sergi Samper menyusul.
Hanya dalam durasi dua tahun, empat pemain ternama didatangkan Vissel Kobe. Gilanya lagi, tiga dari empat pemain itu merupakan mantan punggawa Barcelona. Selain Villa yang diboyong dari New York City FC, dua nama lain langsung pergi meninggalkan Camp Nou ke Stadion Novier, Kobe.
J.League sebenarnya memang sering memboyong pemain-pemain populer dari Eropa. Tak hanya Vissel Kobe saja. Kesebelasan lain seperti Sanfrecce Hiroshima dibela oleh mantan pemain Burnley, Besart Berisha. Mantan penyerang tim nasional Inggris, Jay Bothroyd telah menghiasi J.League sejak 2015. Mitchell Langerak yang tercatat sebagai juara 1.Bundesliga bersama Dortmund juga kini bermain di J.League.
Namun, semua pemain tersebut hengkang ke Negeri Matahari Terbit setelah karier mereka redup di Eropa. Langerak gagal mempertahankan posisinya di Dortmund atau kesebelasan lain yang setara, ia membela Levante sebelum diboyong Nagoya Grampus.
Jo, pemenang Piala FA bersama Manchester City sudah tudak lagi ada pada masa-masa terbaiknya di CSKA Moscow. Merasakan atmosfer sepakbola Tiongkok dan Uni Emirat Arab sebelum satu tim dengan Langerak di Jepang.
Iniesta dan Samper masih memiliki kemampuan untuk bermain di level tertinggi Eropa. Tapi mengapa mereka hengkang sampai ke Jepang? Kenapa Vissel Kobe?
Pengaruh Area Sakral Barcelona
Foto: Rakuten
Ada sebuah perbedaan besar antara Barcelona dengan kesebelasan-kesebelasan lain di dunia. Slogan ‘mes que un club‘ atau ‘lebih dari sekedar klub’ bukan sekedar kata-kata mutiara semata di tanah Catalunya.
Barcelona bisa dikatakan lebih dari sekedar klub karena mereka dianggap sebagai tentara perlawanan untuk publik Catalunya. Mereka lebih dari sekedar klub juga karena bergerak sebagai komunitas. Bukan perusahaan seperti kesebelasan lainnya.
“Barcelona bukanlah bisnis. Barcelona adalah sebuah perusahaan. Kami tak akan berusaha untuk mengubah jam pertandingan hanya agar disaksikan oleh publik Tiongkok. Kami buka peluang untuk bisnis, tapi tidak akan melupakan akar klub ini. Itulah mengapa Anda tidak akan pernah mendengar kabar Barcelona dijual,” kata mantan Presiden Barcelona, Sandro Rosell.
Ucapan Rosell itu membuat dirinya seakan-seakan menjaga tradisi klub dengan nyawanya. Padahal dirinya juga yang mulai mengesampingkan tradisi lainnya dengan menjadikan area sakral di bagian dada kostum Barcelona sebagai tempat sponsor.
Joan Laporta menjadi presiden pertama yang membiarkan bagian dada kostum Barcelona diisi sponsor. Namun saat itu, sponsor yang ditunjuk adalah UNICEF. Menjadikan area itu sebagai alat kampanye kemanusiaan, sehingga masih diterima oleh publik.
Memasuki era kepemimpinan Rosell, UNICEF diganti dengan Qatar Foundation dan masih berbau aksi kemanusiaan. Pada masa-masa ini, bukan UNICEF dan Qatar Foundation yang membayar Barcelona. Tapi Barcelona yang membayar mereka berdua.
Namun, hal itu hanya menjadi pintu gerbang untuk menjadikan area sakral pada kostum Barcelona menjadi alat komersial. Pada 2013, Qatar Airways menjadi sponsor utama klub asal Catalunya tersebut dan untuk pertama kalinya area dada pada kostum Barcelona jadi salah satu sumber pemasukkan klub.
Perusahaan asal Jepang, Rakuten masuk pada 2017, memberi 188 juta paun ke Blaugrana. Lalu, tak lama kemudian, Andres Iniesta yang baru menandatangani kontrak seumur hidup dengan Barcelona hengkang ke Vissel Kobe.
Barcelona Sebagai Alat Transformasi Vissel Kobe
Foto: AS
Kepindahan Iniesta ke Vissel Kobe ini awalnya membuat pertanyaan besar. Akan tetapi, Rakuten yang menjadi sponsor utama kostum Barcelona ternyata jugalah pemilik Vissel Kobe. Itu membuat semuanya lebih masuk akal.
“Banyak kesebelasan memberikan saya tawaran untuk pindah. Namun, tim yang membuat saya yakin hanyalah Vissel. Mereka menjelaskan projek yang ingin dibangun untuk klub ini. Saya dan keluarga sangat bersemangat untuk memulai hidup baru di Jepang,” kata Iniesta.
Iniesta kemudian bukan hanya menjadi pemain di Barcelona, dia juga seperti seorang duta promosi bagi klub. Ketika Villa bergabung, ia mengatakan bahwa kehadiran Iniesta menjadi salah satu faktor kedatangannya.
“Saya selalu senang bermain dengan Iniesta. Kami sudah berteman sejak lama. Gaya yang diinginkan klub ini, menyerang dengan penguasaan bola tinggi juga sesuai bagi kami,” aku Villa. Hal serupa juga keluar dari mulut Sergi Samper.
Mikitani Hiroshi, pendiri Rakuten menyelamatkan Vissel Kobe dari bankrut pada 2004. Saat itu, ia mengakuisisi Crimson Group, pemilik klub yang mengaku tidak bisa lagi menjalankan tugas mereka setelah bencana gempa bumi di Kobe.
Setelah 10 tahun menjalankan klub lewat Crimson Group, ia akhirnya menjadikan Rakuten sebagai pemilik klub. Diasuh perusahaan terbaik yang memiliki pemasukkan mencapai 2,4 miliar dollar Amerika Serikat, Vissel Kobe pun bertransformasi.
Menurut Japan Times, Vissel Kobe kini menjadi kesebelasan J.1 dengan kostum replika termahal (20.000 yen) dan memiliki tiket spesial yang dijual hingga 300.000 yen. Tiket spesial itu akan memberikan suporter kesempatan untuk bertemu pemain, mendapatkan kostum dengan tanda tangan, tur stadion, dan duduk di area khusus selama pertandingan.
Per Maret 2019, meski Vissel Kobe memiliki harga tiket dan kostum replika yang mahal, jumlah pengunjung mereka terus bertambah. Sebelum era Iniesta, rata-rata pengunjung mereka adalah 17.000 pasang mata. Tapi setelah Iniesta datang, angka itu naik menjadi 25.000. Jelas sesuatu yang sulit dicapai jika Rakuten tidak memiliki koneksi ke Barcelona.
Talenta Lokal Mulai Terlantar
Foto: Vissel Kobe
Secara bisnis, hubungan Vissel Kobe dengan Barcelona lewat Rakuten sangat membantu popularitas klub. Namun, di sisi lain hal ini juga membuat pemain-pemain asli Jepang mulai tersingkir ke bangku cadangan.
Lini depan Vissel Kobe saat ini hanya memiliki satu pemain kebangsaan Jepang, Tanaka Junya. Ia harus bersaing dengan Villa, Podolski, dan mantan penyerang TSG Hoffenheim, Wellington. Alhasil pada 2018, Junya bermain kurang dari 1.000 menit di J.1 padahal ia merupakan salah satu penyerang dengan pengalaman juara di Jepang.
Kedatangan Sergi Samper bisa memberi efek serupa bagi gelandang-gelandang Vissel Kobe. Selama ini, satu-satunya pemain asing yang dimiliki adalah Iniesta. Hal itu menjadi celah bagi pemain-pemain asli Jepang tampil sebagai pendamping maestro Spanyol. Tapi dengan kehadiran Samper, mereka bisa digeser ke bangku cadangan.
Setelah mendatangkan Iniesta, Vissel Kobe bahkan mengubah aturan pemain asing yang diterapkan liga. “Kami ingin berdiskusi dengan pihak liga untuk menghapus pembatasan pemain asing. Kami tidak ingin lama membahas ini,” ungkap Hara Hiromi, Wakil Presiden Vissel Kobe pada Mei 2018. Tak lama kemudian, harapan mereka terpenuhi.
Sebelumnya, J.1 hanya mengizinkan setiap kesebelasan untuk mendatangkan lima pemain asing. Dari lima pemain itu, hanya empat boleh diturunkan secara bersamaan. Itu juga termasuk satu pemain dengan paspor Asia.
Pada 2018, aturan itu diubah menjadi lebih longgar. Mulai musim 2019, setiap kesebelasan J.1 tidak memiliki batasan untuk memboyong pemain asing. Dalam tiap laga, lima pemain boleh didaftarkan dan diturunkan secara bersamaan.
Wajar jika akhirnya pemain-pemain asli akademi Vissel Kobe seperti Iwanami Takuya dan Kobayashi Seigo memilih kesebelasan lain untuk melanjutkan karier mereka. Secara tidak langsung, itu membuat Vissel Kobe semakin memiliki paralel dengan Barcelona.