Saat Divisi 2 Liga Inggris “Masuk Desa”

Foto: Zimbio.com

Kompetisi sepakbola Inggris terkenal sebagai panutan dalam menyelenggarakan sebuah kompetisi sepakbola, ditambah antusiasme publik Inggris terhadap sepakbola sangatlah besar. Terbukti, dua liga teratas mereka, Premier League dan Divisi Championship, menempati posisi 3 besar liga dengan rataan penonton terbanyak yang hadir ke stadion.

Divisi Championship mengungguli liga-liga top lainnya seperti La Liga Spanyol dan Serie-A Italia dengan jumlah 11 juta penonton per musim.  Artinya, secara finansial klub-klub peserta Championship memiliki kesehatan finansial yang baik bila dibandingkan dengan klub-klub tingkat kedua di negara lainnya. Bahkan bukan hal yang aneh bila klub-klub divisi kedua Eropa terkena pailit, tapi lain dengan Championship.

Bahkan salah satu klub pesertanya, Sheffield United duduk di peringkat kesembilan  dalam peringkat UEFA Club Licensing Benchmarking. Sebuah laporan tahunan yang dirilis oleh konfederasi sepakbola Eropa yang melaporkan kesehatan keuangan klub di seluruh liga di Eropa. Maka tak salah, daya saing klub-klub Championship sangat tinggi.

Manajer sekelas Pep Guardiola pun pernah mengakui bahwa Championship adalah liga divisi kedua terketat di dunia. “Championship agaknya merupakan liga divisi kedua yang paling ketat di dunia karena memainkan 46 laga (semusim) dan play-off kemudian, jadi saya menaruh banyak respek,” ujar Guardiola pada interview pasca-pertandingan Piala Liga mengutip GetWestLondon.co.uk

TVRI Mencoba Mencuri Perhatian Publik dengan Siaran EFL

Kesempatan inilah yang mungkin dilirik oleh TVRI. Stasiun televisi Indonesia yang berdiri sejak 1962. Melalui kepemimpinan Helmy Yahya, yang dikenal publik sebagai presenter top, TVRI menyiarkan divisi Championship dan Piala Liga (Carabao Cup). Menariknya, TVRI mulai menyiaran Championship di pekan ke-18. Sepak terjang TVRI menyiarkan sepakbola Eropa yang diingat publik adalah ketika menyiarkan Serie-A pada 2012 silam.

Dulunya, TVRI digagas oleh Menteri Penerangan, Maladi, kepada Presiden Soekarno. Saat itu pemerintah pun memerlukan media untuk menayangkan pesta olahraga Asian Games 1962 dan selanjutnya menjadi alat komunikasi pemerintah. Selanjutnya ada masa Orde Baru, Presiden Soeharto mencanangkan program “Televisi Masuk Desa”. Televisi saat itu menjadi alat propaganda pemerintah. Ditambah dengan peluncuran satelit Palapa pada tahun 1976, pemerintah gencar melakukan penyebaran televisi. Sampai-sampai saat itu pemerintah menyediakan 3 ribu televisi untuk dibagikan ke daerah-daerah seluruh  Indonesia dan generator listrik untuk desa yang belum memiliki akses listrik.

Pada dekade 1980-an, budaya menonton televisi berubah dengan adanya antena parabola dan stasiun televisi swasta. Tepatnya pada 1986, pemerintah mengeluarkan kebijakan open sky policy dengan adanya pemberian izin kepada masyarakat untuk memiliki antena parabola berdasarkan keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. 49/PL.104/MPPT-86.

Sejak saat itu, muncul televisi swasta yakni RCTI dan SCTV. Kedua televisi swasta tersebut menyiarkan liga sepakbola Eropa yakni Serie-A dan Liga Inggris, sementara TVRI sempat menyiarkan Bundesliga meski tidak mendapat antusiasme yang sama dari masyarakat. Bisa dibilang, era kejayaan TVRI bisa dibilang tamat sejak kehadiran televisi swasta.

Sepakbola sudah barang tentu merupakan hiburan yang sangat digemari di tanah air. Karenanya, celah ini yang dimanfaatkan oleh TVRI dibawah kepemimpinan Direktur Utama mereka, Helmy Yahya yang bertekad mengembalikan kejayaan stasiun televisi yang berpusat di kawasan Senayan, Jakarta. Dengan anggaran tahunan yang tak telalu besar, pilihan menyiarkan Championship dan Piala Liga Inggris (Carabao Cup) merupakan alasan yang masuk akal mengingat harga hak siar liga top lain yang sangat tinggi. Pada awal musim ini sebenarnya TVRI sudah melakukan ‘pemanasan’ dengan menyiarkan turnamen pramusim International Champions Cup 2018.  Tampaknya, siaran EFL dan Championship adalah percobaan TVRI untuk mencuri perhatian publik.

Alternatif Tontonan Penggila Bola

Persoalan jam tayang kompetisi sepakbola Eropa yang terlalu larut juga bisa teratasi, mengingat kompetisi Inggris dikenal ‘bersahabat’ dengan penonton Asia. Sehingga, jumlah penonton bisa lebih menjanjikan daripada harus menyiarkan liga-liga lain yang kebanyakan memaksa kita untuk begadang. Publik juga bisa menyaksikan persaingan  klub-klub ‘legendaris’ yang sempat populer di Indonesia seperti Aston Villa, Blackburn Rovers, Middlesbrough, dan Leeds United. Sejauh ini, dengan menayangkan 4 laga per pekan, TVRI menjadi alternarif tontonan ketika kita sulit menonton liga-liga Eropa lain (Premier League dan La Liga) yang terkesan ogah-ogahan disiarkan TV swasta.

Sejauh ini, pertandingan yang disiarkan oleh TVRI memang tim-tim yang merupakan ‘nama besar’ di Inggris. Laga klasik seperti derby Aston Villa kontra Birmingham City pada pekan lalu dan juga laga derby Yorkshire, Sheffield United versus Leeds United, laga Blackburn Rovers kontra Sheffield Wednesday, dan Middlesbrough kontra Aston Villa telah mereka siarkan pada akhir pekan ini (1/12).

TVRI setidaknya punya keunggulan dibanding stasiun lainnya. Menurut klaim, mereka satu-satunya televisi yang jangkauannya mencapai seluruh wilayah Indonesia. Saat ini TVRI memiliki 29 Stasiun Daerah dan 1 Stasiun Nasional dengan didukung oleh 376 satuan transmisi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dengan kelebihan yang mereka miliki, bukan mustahil penonton di daerah terpencil seperti di Indonesia Timur bisa menikmati tayangan sepakbola alternatif. Lebih jauh, mungkin bisa meneladani bagaimana kompetisi sekelas divisi dua bisa berjalan dengan baik, ketat, dan sehat secara finansial.

Dengan keunggulannya menjangkau daerah terpencil sekalipun, maka  Championship bisa jadi akan populer di tanah air dibanding sebelumnya. Antusiasme publik sepakbola juga terlihat besar, terlihat dari banyaknya cuitan penggila bola yang di retweet oleh laman twitter resmi TVRI @TVRINasional

Terima kasih TVRI, karenamu liga kesukaanku Championship bisa masuk desa!