Saat Pantai Gading Juarai Piala Afrika Tanpa Pelatih Utama

Pantai Gading berhasil menjuarai Piala Afrika 2023 dengan cara yang aneh. Mereka dua kali kalah di babak grup lalu memecat sang pelatih utama. Ini adalah jalan paling rumit menuju rute juara, tapi Pantai Gading berhasil melaluinya.

Semuanya dimulai dari sebuah target: hasil apapun kalau tidak mencapai semifinal dianggap sebagai kegagalan. Ini wajar. Pantai Gading adalah raksasa Afrika di sepakbola. Para pemainnya familiar di telinga kita semua. Kini, mereka menjadi tuan rumah.

Petaka di Babak Grup

Pantai Gading dinahkodai oleh Jean-Louis Gasset yang pernah menangani Saint-Etienne dan Bordeaux. Dalam skuadnya, sejumlah nama ternama dibawa: Jean Michael Seri, Seko Fofana, Franck Kessie, Willy Boly, Serge Aurier, Christian Kouame, sampai Sebastian Haller.

Pantai Gading mengawali kompetisi dengan menang 2-0 dari Guinea-Bissau. Namun, di dua laga selanjutnya, mereka kalah: 0-1 dari Nigeria dan 0-4 dari Equatorial Guinea.

Hasil satu kemenangan tentu tak cukup membawa mereka ke dua teratas. Untungnya, sama seperti Piala Asia 2023, jumlah peserta yang 24 negara membuat peringkat ketiga masih berpeluang lolos. Sama seperti Indonesia di Piala Asia, Pantai Gading lolos secara dramatis.

Ghana yang sudah menang 2-0, justru ditahan imbang 2-2 Mozambik lewat dua gol di injury time. Padahal, kalau salah satu di antara mereka menang, pasti akan lolos. Sementara itu, di Grup F, Zambia kalah 0-1 oleh Maroko. Padahal, hasil imbang sudah cukup untuk mereka lolos.

Dengan hasil ini, Pantai Gading lolos ke babak gugur. Namun, mereka harus menghadapi pemuncak Grup C, Senegal.

Rentetan Kemenangan Tipis Menuju Final

Di babak gugur, Pantai Gading menang adu penalti atas Senegal usai main imbang 1-1. Mereka lalu menang 2-1 atas Mali, 1-0 dari Kongo, dan menang tipis 2-1 dari Nigeria di final. Setipis dan sesulit apapun, hasil akhir-lah yang pada akhirnya akan dinilai. Pantai Gading akhirnya menjadi juara di rumah sendiri.

Gelar juara ini jelas mengagetkan. Pantai Gading baru saja memecat Jean-Louis Gasset sebagai pelatih utama. Posisinya kemudian digantikan Emerse Fae yang sebelumnya adalah asisten Gasset.

Pantai Gading menjadikan Piala Afrika 2023 sebagai kompetisi yang penuh plot twist. Selain drama pemecatan pelatih, ada juga soal pencetak gol mereka di final, Sebastien Haller. Striker Borussia Dortmund tersebut mencetak gol saat laga hanya tersisa sembilan menit. Namun, bukan itu yang jadi sorotan.

Haller beristirahat panjang sejak Juli 2022. Ia didiagnosis kanker testis yang bisa mengancam karier sepakbolanya. Ia kemungkinan besar tak akan bisa main bola lagi. Akan tetapi, pada Januari 2023 ia kembali merumput setelah pengobatannya sukses.

Haller bukan cuma berhasil menyelamatkan nyawa dan kariernya, tapi juga memberikan kebahagiaan bagi masyarakat Pantai Gading. Ini adalah gelar Piala Afrika ketiga Pantai Gading sepanjang sejarah. Lebih dari itu, gelar ini amat mengejutkan setelah melihat perjalanan Pantai Gading di sepanjang Piala Afrika 2023 ini.

Menurut The Guardian, tidak pernah ada klub sebelumnya yang memecat manajer mereka di tengah turnamen lalu berhasil menjadi juara. Pemecatan itu sempat membuat publik marah dan kesal karena Piala Afrika 2023 digelar di tanah air mereka sendiri.

Pemecatan Gasset juga tidak melegakan. Karena meskipun Pantai Gading lolos ke babak gugur, belum ada ceritanya manajer pengganti bisa meraih trofi. Apalagi, Emerse Fae belum pernah melatih tim utama sepanjang kariernya.

Sampai akhirnya, Fae dianugerahi penghargaan Pelatih Terbaik di Piala Afrika 2023 tersebut. Ia kemudian menjadi pahlawan bagi negaranya. Fae melampaui ekspektasi; dari yang harusnya membawa tim keluar dari situasi terpuruk, ia malah mengajak mereka ke final dan berpesta semalam suntuk.

Kesempatan Fae mungkin cuma satu laga melawan Senegal. Namun, ia berhasil memaksimalkannya dengan memenangi seluruh empat laga tersebut.

Gaya main Pantai Gading mungkin berantakan, tapi mereka punya semangat yang sulit dijelaskan. Di hadapan suporter mereka sendiri, Pantai Gading memaksimalkan setiap kesempatan. Tekanan sudah mereka kalahkan, tanpa pelatih pun mereka bisa menjadi juara.

Lawan yang dihadapi Pantai Gading di final adalah Nigeria yang mana belum pernah terkalahkan. Nigeria bahkan mengalahkan Pantai Gading 1-0 di fase grup. Mereka adalah favorit utama untuk menjadi juara. Prediksi ini hampir benar saat mereka mencetak gol lewat sundulan William Troost-Ekong.

Kebobolan lebih dahulu ternyata tidak seberat apa yang menimpa Pantai Gading di fase grup. Mereka melakukan comeback yang diawali gol Franck Kessie yang membuat atmosfer di stadium kembali bergelora. Lalu, semuanya menjadi tak disangka usai Haller mencetak gol kemenangan.

Ini adalah gelar Piala Afrika ketiga Pantai Gading. Tampaknya, tak akan ada lagi negara yang akan menyamai cara mereka: hancur di babak grup, pelatih dipecat, tapi berakhir menjadi juara.