50 tahun lalu, tidak ada yang berpikir untuk liburan ke Qatar. Karena untuk apa? Negaranya gersang, tidak boleh ada alkohol pula. Sebagai negara teluk, keamanan Qatar juga dipertanyakan.
Namun, puluhan tahun berselang, Qatar berubah menjadi salah satu negara terkaya di dunia. Nama mereka kian bersinar ketika berhasil menyelenggarakan Piala Dunia; sesuatu yang hampir mustahil, bahkan tak akan berani mereka mimpikan.
Qatar Tidak Menarik Secara Geografis
Qatar punya lokasi yang menarik. Ia terletak dalam semenanjung Teluk Persia. Sebagian besar wilayahnya hanyalah dataran rendah yang tandus, yang tertutupi oleh pasir.
Karena terletak di lintang utara, Qatar punya suhu ekstrem saat musim dingin dan musim panas. Januari menjadi bulan terdingin dengan suhu berkisar 14-22 derajat celsius. Sementara Juli jadi bulan terpanas dengan suhu 31-42 derajat celsius.
Masyarakat Qatar umumnya fokus bekerja sebagai nelayan maupun pemburu kerang. Sampai akhirnya, minyak ditemukan pada 1940 yang mengubah Qatar, dari negara tak perlu, menjadi negara maju.
Qatar Maju Karena Minyak
Minyak bikin Qatar kaya raya. Mereka bahkan tak menerapkan pajak pendapatan. Pada Juni 2013, tingkat pengangguran di Qatar cuma 0,1 persen!
Negara jelas punya kontrol penuh terhadap perusahaan. Setiap perusahaan wajib dimiliki oleh warga negara Qatar minimal 51 persen kepemilikan. Dalam bidang industri dan perdagangan semua diatur dan diawasi oleh Kementerian Bisnis dan Perdagangan.
Berdasarkan data IMF pada 2016, Qatar adalah negara dengan GDP perkapita terbesar keempat di dunia. Pertumbuhan ekonomi Qatar didorong oleh industri minyak bumi dan gas alam.
Wajar kalau pada 2012 mereka menjadi negara dengan penduduk terkaya di dunia selama tiga tahun beruntun! Paritas daya beli mereka mencapai 106 ribu USD pada 2012, jauh melampaui Luxemburg dengan 80 ribu USD dan Singapura dengan 61 ribu USD.
Walau demikian, Qatar sangat bergantung pada pekerja dari luar negeri untuk membangun ekonomi mereka. Ini yang membuat 88 persen populasi mereka akan pekerja migran. Bahkan, warga asli Qatar cuma 6 persen dari total tenaga kerja mereka.
Qatar dan Kebudayaannya
Pada 2017, Qatar ditinggali oleh 2,6 juta jiwa. Namun, cuma 313 ribu jiwa yang berekwarganegaraan Qatar, sisanya adalah ekspatriat. Karena kebanyakan adalah pekerja migran, ini yang bikin jumlah pria dia Qatar sangat banyak. Jumlahnya berkisar 3/4 dari total populasi.
Agama resmi Qatar adalah Islam. Meski demikian, Pemerintah Qatar membebaskan warganya untuk beragama apapun.
Pemerintah Qatar memakai syariat Islam sebagai dasar hukum mereka, walau tidak seketat di Arab Saudi, juga tidak seliberal di Dubai. Mereka ingin membangun masyarakat Islami kontomporer serta membina syariat Islan dan warisan budaya. Walau kental ke-Islam-annya tapi, Qatar tetap membolehkan warga non-muslim mebangun rumah ibadah seperti gereja, bahkan dibantu pembangunannya oleh pemerintah.
Bahasa resmi di Qatar adalah bahasa Arab dengan dialek lokal Qatar. Sementara bahasa Inggris menjadi bahasa kedua.
Kebudayaan di Qatar mirip dengan negara lain di timur Arab yang terpengaruh dengan budaya Islam. Hari Nasional Qatar digelar setiap 18 Desember. Ini dilakukan untuk mengingat apa yang dilakukan Jassim bin Mohammed Al Thani saat naik takhta.
Ada fakta unik karena Qatar adalah pembeli terbesar dalam pasar seni. Benda-benda seni tersebut kemudian dipamerkan di sejumlah museum yang ada di Qatar.
Pendidikan di Qatar
Angka buta huruf di Qatar hanya 3,1 persen, atau yang terendah dari negara-negara Arab. Soalnya, masyarakat harus masuk sekolah dari TK sampai SMA.
Pemerintah Qatar mengontrol penuh pendidikan dari tingkat pra-sekolah sampai level universitas. Meski demikian, skor OECD Qatar ada di tiga terbawah meski merupakan negara dengan pendapatan perkapita terbesar di dunia. Indonesia ada di bawah Qatar yakni peringkat ke-64.
Karena itu, Qatar membuat rencana dengan jangka 10 tahun untuk meningkatkan tingkat pendidikan mereka. Program tersebut bernama Al-Bairaq. Uang pajak pun disalurkan ke organisasi Qatar National Research Fund yang tugasnya melakukan penelitian ilmiah.
Entah ada hubungannya atau tidak, tapi pada tes PISA 2022, peringkat Qatar naik ke-50, sementara Indonesia melorot ke peringkat 69.