Sejarah Sponsor di Jersey Sepakbola

Banyak dari penggemar sepakbola yang punya kenangan terhadap desain jersey beserta sponsornya. Misalnya, jersey Manchester United dengan sponsor “Sharp” akan mengingatkan pada Eric Cantona. Jersey Chelsea dengan sponsor “Autoglass” mengingatkan pada Gianfranco Zola atau Roberto di Matteo.

Melihat fenomena tersebut, sponsor di jersey pemain tampak sudah dianggap sebagai bagian dari klub itu sendiri. Apalagi bagi klub yang punya kerja sama panjang dengan sponsor tertentu. Misalnya saja Arsenal dengan “JVC” yang berlangsung dari 1981/1982 hingga 1998/1999, dan Arsenal dengan “Fly Emirates” 2006/2007 hingga saat ini.

Hubungan sponsor di jersey pesepakbola terlihat begitu erat. Padahal, pernah ada masa di mana federasi sepakbola melarang penggunaan sponsor di jersey sepakbola.

Dikuatkan Karena Utang

Kesebelasan Uruguay, Penarol, dianggap sebagai klub pertama yang mengenalkan sponsor di jersey pemain di era 1950-an. Namun, pengaruhnya baru terasa 20 tahun kemudian ketika Jaegermeister mengesponsori kesebelasan Jerman, Eintracht Braunschweig.

Jaeger menukar 500 ribu marks dengan pemasangan logo di jersey Braunschweig. Di Jerman sendiri, sponsor di jersey masih terasa tabu. Akan tetapi, Jaeger berani membayar tinggi untuk pemasangan logo, karena sang CEO, Gunter Mast, sadar kalau sepakbola punya potensi sebagai bagian dari pemasaran.

Mengapa Braunschweig? Karena itu adalah kota terdekat dari Wolfenbuttel, kota asal Jaeger, yang jaraknya cuma 12 kilometer dan punya klub profesional. Mereka bahkan mengangkat trofi Bundesliga pada 1967. Namun, pada 1971, Braunschweig mengalami masalah finansial dengan utang yang besar.

Kerja sama dengan Jaeger adalah simbiosis mutualisme. Keduanya sama-sama mendapatkan keuntungan. Saat Braunschweig mengemukakan ide ini ke Federasi Sepakbola Jerman, DFB, untuk dilegalkan, sayangnya ide ini ditolak.

Namun, Braunschweig dan Jaeger tak kehabisan ide. Mereka pun mengubah skema kerja sama dengan mengganti logo klub dari singa menjadi logo Jaeger, yakni rusa. Ukurang logo pun diperbesar menjadi 18 sentimeter dan diletakkan di tengah jersey.

Tentu, DFB menolak mentah-mentah. Mereka memerintahkan wasit untuk tak memulai pertandingan kalau Braunschweig tetap pakai jersey tersebut. Sampai akhirnya, Jaeger membawa pengacara dan mempermasalahkannya ke jalur hukum.

Braunschweig menang. Bukan karena menang di pengadilan, tapi karena DFB melunak. DFB memperbolehkan kasus Braunschweig dengan maksimal ukuran logo adalah 14 sentimeter. Di akhir musim, DFB bahkan memperbolehkan sponsor di jersey kesebelasan.

Kontroversi Lain di Inggris

Saat ditunjuk sebagai CEO Kettering Town, Derek Dougan mulai mencari sponsor buat klub. Yang paling utama, ia mendekati perusahaan ban terbesar di kotanya, Kettering Tyres. Tyres membayar sejumlah uang, sementara Town memasang logo Tyres di jersey pemain.

Pertandingan pertama dengan jersey baru terjadi pada 21 Januari 197 menghadapi Bath City di Southern League. Empat hari kemudian, FA mengirim surat perintah agar nama perusahaan dibuang dari jersey Kettering.

Tentu, Kettering Town tak mau begitu saja membuat logo yang memberi mereka uang segar. Akhirnya mereka punya ide: menulis logo di jersey menjadi “Kettering T”. Town mengklaim kalau kepanjangan “T” di jersey mereka merujuk pada “Town” bukan “Tyres”.

Namun, FA bersikeras. Mereka mengancam akan mendenda Kettering Town sebesar 1000 paun. Dougan tak mau ambil pusing mereka menuruti keinginan FA, dengan komentar sinis: “Tidak terbayangkan kalau para birokrat picik itu hanya mempermasalahkan masalah ini.”

Kettering kemudian mengadu ke klub besar lain seperti Derby County dan Bolton Wanderers. Derby sendiri punya kerja sama dengan produsen mobil “Saab”. Para pemain menggunakan produk “Saab”, sementara logo “Saab” terbatas hanya digunakan di pertandingan pramusim.

Akhirnya FA menyerah. Pada musim 1977/1978, FA akhirnya memperbolehkan sponsor di jersey kesebelasan Inggris.

Perkembangan Sponsor di Jersey Sepakbola

Di awal perkembangannya, masalah muncul dari stasiun televisi yang menyiarkan Liga Inggris. ITV dan BBC menolak menyiarkan highlights dari kesebelasan dengan sponsor di jersey mereka. Agaknya stasiun televisi memandang ini tak adil karena mereka justru menjadi media yang menyebarkan sponsor tersebut tapi tak mendapatkan kompensasi.

Pada 1979, Liverpool menjadi klub dengan biaya sponsor jersey terbesar. Mereka melakukan kerja sama sekitar 100 ribu paun untuk kontrak selama dua tahun, dengan perusahaan Jepang, Hitachi.

Apa yang dilakukan Liverpool tak dilakukan Arsenal. Chairman The Gunners saat itu, Peter Hill-Wood, menyebut kalau dirinya menentang kehadiran sponsor. Alasannya, karena sponsor bisa membuat klub kehilangan sedikit identitasnya.

Tak lama seteah komentar tersebut, Arsenal memakai jersey dengan sponsor “JVC”. Rupanya, 500 ribu paun bisa mengubah pendirian Hill-Wood soal identitas klub.