Siklus Kerja Transfer Sepakbola: dari Scouting Hingga Contract Signing

Tentu banyak fans yang merasa deg-degan selama bursa transfer sepakbola dunia dibuka, baik saat musim panas atau juga musim dingin. Selama pembukaan jendela transfer itu akan ada banyak isu seputar kepindahan para pemain ke klub baru. Itulah yang membuat para penggemar menjadi tak sabar menunggu kepastian masa depan pemain idolanya, baik di klub lama ataupun di klub baru.

Tetapi, di balik itu semua, mungkin belum banyak orang yang mengetahui seperti apa siklus kerja dalam transfer sepakbola. Fans hanya tahu ketika isu mulai terdengar hingga pemain menyepakati tawaran dan menandatangani kontrak dengan klub baru. Padahal, jauh sebelum itu semua terjadi, prosesnya telah berawal dari kerja panjang tanpa suara para scout, mencari bakat-bakat yang baru.

Berawal dari Scouting

Perjuangan sebuah klub, termasuk untuk mengejar gelar juara kompetisi, bahkan bisa dibilang sudah ditentukan sebelum pertandingan pertama. Itu dimulai sejak rentang waktu hanya tiga bulan jendela transfer musim panas, disusul sebulan bursa transfer musim dingin. Masa yang terbilang pendek dari satu musim kompetisi itu diisi dengan hiruk-pikuk kegembiraan dan ketidaksabaran banyak orang.

Tapi, urusan transfer yang seperti permainan tebak-tebakan sebenarnya telah dimulai jauh sebelum itu. Hanya saja, proses panjangnya itu masih berada di luar jangkauan para penggemar. Meski tahap pendekatan pemain hingga penandatanganannya bisa dalam waktu hanya hitungan hari, tapi segala sesuatu telah terjadi sebelumnya dengan memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Pekerjaan itu bermula dari scouting alias pencarian bakat. Prosesnya tidak bisa dianggap enteng, karena kesuksesan seorang pelatih klub, bisa disebut diawali dan turut bergantung pada para pencari bakatnya, atau tim scout.

“Para pencari bakat ada di sana dalam segala cuaca, kapan pun,” kata Michael Calvin, penulis The Nowhere Men yang mengisahkan tentang para pencari bakat sepakbola.

Konvensional dan Teknologi

Di Premier League Inggris, sebuah klub biasanya akan memiliki total sekitar 10 sampai 15 pencari bakat. Hubungan antara pemimpin divisi pencari bakat dengan pelatih akan sama kuatnya dengan siapa pun di klub selama aktivitas transfer; memiliki visi bersama yang jelas tentang apa yang mereka cari dan tujuan bersama yang sejalan untuk mendapatkan pemain sesuai dengan kebutuhan tim.

Jelas, ini bukan permainan Football Manager. Kemampuan bermain sepakbola jadi prioritas utama. Namun, terkadang hanya setengah dari alasan seorang pemain bisa masuk radar, dan para pencari bakat mungkin hanya memberikan rekomendasi karena bahasa tubuh yang buruk saat pemanasan atau saat merayakan gol. Lebih dari itu, laporan panjang akan diminta pelatih terkait pemain incaran.

“Tak ada pencari bakat yang baik yang hanya menonton 10 pertandingan dan tahu apa yang mereka lakukan, saya bisa menjanjikan hal itu kepada Anda,” kata mantan pelatih Milton Keynes Dons saat di League One periode 2010-2016, Karl Robinson yang sekarang menjadi asisten pelatih Leeds United di Championship League 2023/2024.

“(Dan) Saya memercayai mereka melakukan sebagian besar itu.”

Ribuan mil, ribuan tiket dan ribuan pemain harus dilalui. Lalu, apakah ada yang lebih mudah dari cara-cara konvensional itu? Kebanyakan klub juga sudah menggunakan database seperti kumpulan pencari bakat; Prozone, WyScout, Scout7, DataScout, bahkan versi terbaru dari Football Manager. Namun, apakah kemampuan teknologi sepenuhnya bisa menggantikan tinta dan kertas para scout?

“Anda harus pergi ke pertandingan, Anda harus punya naluri, Anda tak bisa menonton pertandingan di laptop, itu tidak mungkin,” ucap pencari bakat West Bromwich Albion pada 2015, Mel Johnson, yang kini bekerja untuk Queens Park Rangers di Championship League sejak 2021. Karena, apa yang muncul di layar kaca sebenarnya tak bisa menggambarkan sepenuhnya apa yang terjadi di lapangan.

Berakhir dengan Contract Signing

Dari perjalanan panjang dan berlembar-lembar laporan scouting itu, manajer akan memahami siapa targetnya.

Apa selanjutnya? “Kami menelepon manajer dan bertanya, kami tahu latar belakangnya (pemain itu), kami menelepon agen dan mencari tahu seperti apa kepribadiannya,” jelas Robinson lagi, masih dalam video serial Art of Scouting di Sky Bet, yang dilansir Sky Sports pada 2015 silam.

Kemudian, tawaran akan mulai masuk ke klub pemilik pemain. “Biasanya akan ada tiga atau empat penawaran yang dilakukan dengan sangat sederhana melalui email. Tawaran pembuka akan ditolak dalam 99,9 persen kasus. Tawaran kedua semakin dekat, dan lalu satu atau dua tawaran terakhir. Ini seperti permainan poker,” ungkap James Lippett pula, salah seorang agen dari World in Motion.

Namun, dalam beberapa kasus, tak jarang klub peminat sudah lebih dulu melakukan pembicaraan dengan agen pemain. Mulai terkait gaji dan bonus, hingga “mobil apa yang akan didapat pemain?” kata Lippett.

Atau, “terkadang pemain akan meminta bantuan dan saran untuk sekolah (anak-anak mereka) dan sebagainya,” tambahnya. Tak jarang kasus melangkahi klub ini terjadi di bursa transfer.

Untuk pekerjaannya itu, biasanya seorang agen mengambil komisi lima persen, meski kini peraturan FIFA merekomendasikan batas tiga persen. Tapi, tugas agen juga tak mudah, termasuk meyakinkan klub pemilik untuk melepas pemainnya itu. Selanjutnya, pemain akan menjalani tes medis secara tertutup, dan berlanjut dengan contract signing alias penandatanganan kontrak. Konferensi pers dan pengumuman pemain baru di media sosial, hingga penjualan replika jersey akan segera menyusul.

Sumber: Skysports