Spurs Menang Besar, Favorit Juara?

Tottenham Hotspur secara mengejutkan menang besar 6-2 atas Everton pada Minggu (23/12) lalu. Menang dengan skor besar atas Everton memang mengejutkan. Apalagi, The Toffees bukanlah kesebelasan yang mudah dikalahkan, meskipun musim ini sudah mengoleksi enam kekalahan.

Secara statistik, Spurs memang mendominasi, tapi tak sedominan itu. Spurs melepaskan 17 attemps, sementara Everton 10. Secara pengusaan bola, Spurs memang unggul tapi hanya memegang 58 persen penguasaan bola. Lantas, apa yang membuat The Lilywhites bisa menang dengan gol sebanyak itu? Jermaine Jenas punya jawabannya.

Dikutip dari tulisannya di BBC, Jenas terkejut bukan karena skor besar yang diraih mantan timnya, melainkan betapa buruknya permainan Everton. Di sisi lain, permainan Spurs dari pekan ke pekan justru kian membaik.

“Satu-satunya hasil negatif mereka sejak akhir Oktober adalah kekalahan di Derby London Utara, yang datang di akhir pekan yang sulit ketika mereka mengalahkan Chelsea dan Inter Milan,” jelas Jenas.

Sejak saat itu, menurut Jenas, Spurs selalu merespons setiap pertandingan dengan baik. Para pemain juga sudah mengerti bagaimana metode berlatih Mauricio Pochettino dan bagaimana pelatih berkebangsaan Argentina tersebut merotasi timnya. Pochettino kerap mengistirahatkan pemainnya untuk pertandingan penting.

“Mauricio mengerti bahwa terkadang para pemain perlu melakukan itu untuk bisa lebih fit, dan kini ia mendapatkan hasilnya,” kata Jenas.

Menurutnya, kualitas permainan Tottenham dibandingkan dengan Everton merupakan hal terbesar yang membedakan kedua kesebelasan di Goodison Park. Namun, soal kerja keras, itu bisa diperdebatkan. Jenas menyoroti para pemain Spurs yang selalu berlari ketika mengejar bola. Di sisi lain, para pemain Everton cuma berlari-lari kecil. Hal ini yang merupakan salah salah satu alasan mengapa Tottenham bisa menang dengan meyakinkan. Bukan kebetulan pula kalau para pemain Spurs kian kuat setiap pekannya.

Spurs Bukan Favorit Juara Tapi Masih Berpeluang

Papan atas Premier League kini diisi Liverpool dan Manchester City yang cuma berjarak empat poin, sementara dengan Spurs berjarak enam poin. Baik City maupun Liverpool sama-sama merupakan kandidat juara terkuat.

Menurut Jenas, amat mudah untuk terlalu antusias setelah penampilan luar biasa seperti yang ditampilkan di Goodison Park. Jenas sempat berpikir Spurs mungkin saja gagal meraih gelar musim ini. Namun, tak ada yang meragukan kalau Spurs juga berpeluang juara.

Spurs sudah memenangi 11 dari 13 pertandingan terakhir mereka di semua kompetisi. Apabila mereka meraih poin maksimal dari tiga pertandingan selanjutnya, mereka akan semakin bisa mendekati dua kesebelasan di atasnya. Pasalnya, City akan bertemu dengan Liverpool pada 3 Januari di Etihad Stadium. Artinya, apabila Spurs selalu menang dan City kalah dari Liverpool, otomatis mereka akan ada di peringkat kedua. Sementara bila Liverpool kalah, mereka hanya akan berjarak tiga poin dari Liverpool di puncak klasemen.

“Itu adalah pencapaian luar biasa, namun dengan Spurs melakukannya sembari mengumpulkan poin terbaik mereka di era Premier League sambil melaju ke babak 16 besar Liga Champions dan semifinal Carabao Cup, itu menjadi lebih impresif,” tutur Jenas.

Rintangan Spurs di Premier League

Gelar juara tentu yang diinginkan semua penggemar Spurs. Namun, rintangan masih menyita perhatian Jenas. Hal yang paling jelas adalah kedalaman skuat Spurs yang membuat meraih gelar juara Premier League masih di luar jangkauan mereka.

“Cedera apapun pada Harry Kane, Christian Eriksen, atau Dele Alli, selama jangka waktu yang signifikan, akan menjadi tamparan keras buat mereka,” kata Jenas.

Hal ini bisa terlihat pada Januari mendatang di mana Spurs kemungkinan tanpa Son Heung-Min yang akan bermain untuk Korea Selatan di Piala Asia. Gaya bermain Son dan kemampuan mencetak golnya akan menjadi sebuah kehilangan besar buat Spurs apabila ia tak tampil.

“Namun, cuma itu satu-satunya kabar buruk. Dan, di samping tingkat kebugaran dan performa bagus akhir-akhir ini, ada faktor positif lain yang menempatkan mereka dalam tempat yang sangat bagus untuk membangun posisi ini.”

Hal yang paling penting menurut Jenas adalah bagaimana Spurs musim ini bisa menang dengan jelek. “Ketika mereka main seperti ketika yang mereka lakukan melawan Everton, biasanya mereka menang. Ketika mereka bermain seperti itu, aku pikir mereka bisa mengalahkan kesebelasan manapun di planet ini,” jelas Jenas.

Akan tetapi, ketika level permainan mereka turun seperti menghadapi Juventus di Liga Champions dan Piala FA musim lalu, mereka tak bisa apa-apa. Namun, kini berbeda. Di bulan-bulan awal musim ini, Spurs menurut Jenas tak bermain begitu bagus, mungkin cuma dua atau tiga kali. Namun, kini ia melihat tingkat kedewasaan baru di tim di mana mereka bisa mengelola pertandingan dan menggilas hasil akhir.

Para pemain Spurs juga tahu bagaimana rasanya gagal dan dikalahkan kesebelasan seperti Chelsea dan Newcastle pada akhir musim 2015/2016. Namun, saat ini itu semua tak terjadi karena pemain yang sama yang pernah dikalahkan masih di klub, dan mereka tahu bagaimana sakitnya kalah.