Tempat Pelarian Pemain Top Dunia, dari AS ke China dan kini Arab Saudi

Banyak pemain top dunia melarikan diri ke negara-negara “dunia ketiga” saat sudah memasuki masa senja. Tempat pelarian itu jauh dari Eropa yang jadi pusat karier pesepakbola dunia, ataupun dari Amerika Selatan di mana sebagian besar mereka dilahirkan. Dari Amerika Serikat hingga jauh di Asia, China dan Arab Saudi kini telah jadi tujuan akhir banyak pemain papan atas sebelum gantung sepatu.

Pilihan menyeberang ke negara dengan liga di bawah kualitas atau status para pemain top dunia itu bukan hanya sekadar menambah nafas bagi karier mereka yang sudah hampir sampai di ujung. Bagi sebagian besar pemain, mereka mengambil kesempatan ini juga karena tawaran bernilai fantastis yang sulit dilewatkan. Sementara bagi liganya sendiri, ini menjadi peluang untuk menaikkan pamor.

Amerika Serikat

Major League Soccer (MLS) di AS saat ini sudah cukup dikenal oleh para penggemar sepakbola dunia. Terutama sejak hadirnya sejumlah pemain top seperti David Beckham yang tampil untuk LA Galaxy pada 2007-2012, disusul Steven Gerrard, Frank Lampard dan Andrea Pirlo pada 2015, hingga Robinho dan Gonzalo Higuain. Saat ini pun masih ada Giorgio Chiellini dan Federico Bernardeschi dari Italia.

Tetapi, jauh sebelumnya, di era North American Soccer League (NASL) periode 1968-1984, sejumlah bintang sepak bola dunia sudah mulai bermain di sana. Pada pertengahan 1970-an, tim yang paling menonjol saat itu, New York Cosmos merekrut sejumlah pemain terbaik dunia, termasuk Pele dan Franz Beckenbauer. Lalu, disusul Johan Cruyff, Gerd Muller, Eusebio, Bobby Moore, dan George Best.

Setelah NASL runtuh dan berlalu 12 tahun kemudian, akhirnya AS memiliki liga sendiri bernama MLS. Mereka menerapkan sistem marquee player, diisi selain bintang timnas seperti Alexi Lalas, juga ada pemain asing di antaranya Jorge Campos dari Meksiko dan Carlos Valderrama (Kolombia). Mantan bintang Real Madrid Hugo Sanchez dan gelandang AC Milan Roberto Donadoni juga ikut bergabung.

China

Memasuki era 2010-an, China pun mulai ikut mendatangkan para pemain top dunia yang sudah di usia senja untuk meramaikan kompetisi mereka, China Super League (CSL). Mulai dari Nicolas Anelka dan Frederic Kanoute pada 2012, lalu disusul Alberto Gilardino, Robinho, Mohamed Sissoko, Hulk, Axel Witsel, hingga Carlos Tevez dan Javier Mascherano membuat liga tersebut mulai banyak dikenal.

CSL dimulai sejak 2004, setelah China Jia-A League direformasi karena kasus pengaturan skor. Striker timnas Prancis Nicolas Ouedec dan penyerang timnas Ghana Kwame Ayew direkrut masa itu. Nama pertama yang pernah membela Paris Saint-Germain dan bermain di Liga Spanyol bergabung dengan Shandong Luneng, sedangkan Ayew ke Inter Shanghai bersama gelandang Nigeria Prince Ikpe Ekong.

Pada 2009, Tianjin Teda juga ikut membawa legenda AS Roma dan timnas Italia Damiano Tommasi ke China. Biaya transfer pemain ke CSL mengalami kenaikan pesat sejak peningkatan investasi dimulai pada 2015. Tiga pembelian termahal di liga tersebut hingga kini bahkan tercatat lebih 50 juta Euro, di mana transfer Oscar dari Chelsea ke Shanghai SIPG pada 2017 menjadi yang tertinggi dengan 60 juta Euro.

Arab Saudi

Penandatanganan Cristiano Ronaldo oleh Al Nassr pada akhir 2022 cukup mengejutkan dunia sepakbola. Meski saat itu dia hampir memasuki usia 38 tahun, namun kualitasnya masih layak tampil di liga papan atas Eropa. Tapi kapten timnas Portugal pemilik lima Ballon d’Or itu malah menerima tawaran selangit 177 juta paun per tahun dari Arab Saudi. Nilai itu hampir setara 3,5 juta paun per minggu.

Meski menghabiskan banyak biaya, namun hasilnya luar biasa; Saudi Pro League jadi dikenal banyak orang, sejak liga profesional di Arab Saudi itu direformasi pada 2008. Sejak era baru ini, mereka mulai membawa pemain kelas dunia. Ada eks AS Roma Marquinho yang datang pada 2012 dan gelandang Juventus Sebastian Giovinco pada 2018. Saat ini, setidaknya juga ada Ever Banega dan Luiz Gustavo.

Terutama sejak kedatangan Ronaldo, penonton sepak bola di Arab Saudi meningkat dua kali lipat dari tahun lalu, dilansir The Athletic. Penonton laga Al Nassr naik 143 persen. Bahkan, pengikut mereka di Instagram melonjak hampir 12 juta, dilaporkan Al Jazeera pada 19 Januari 2023. Padahal sebelumnya mereka hanya punya 850 ribu pengikut pada 29 Desember 2022, sehari sebelum peresmian Ronaldo.

“Itu pertumbuhan yang sangat besar dan televisi akan mencoba mengakuisisi semua pertandingan Al Nassr,” kata Sasi Kumar, mantan bek timnas Singapura dan kini CEO perusahaan pemasaran olahraga D+1 Sports yang berbasis di Madrid, Spanyol.

“Di luar Asia, saya rasa tak ada yang pernah mendengar Al Nassr, tetapi kini di Eropa dan Amerika Selatan semua orang pernah mendengarnya,” tambahnya.

Kedatangan Ronaldo telah menunjukkan ambisi Arab Saudi untuk jadi pemain penting di panggung olahraga.

“Penandatanganan ini merupakan indikasi bahwa Arab Saudi serius,” ucap James Dorsey, seorang senior fellow di Middle East Institute, National University of Singapore.

Dan, ini pun sekaligus pertanda bahwa Arab Saudi sekarang akan jadi tempat pelarian baru bagi para pemain top dunia.

Sumber: Wikipedia (1), (2), (3), Aljazeera.