Tentang Gugatan yang Bikin Kerja Sama Liverpool-New Balance Tak Lanjut

Liverpool semestinya bisa langsung mengumumkan hasil kesepakatan dari kerja sama mereka dengan Nike sejak tahun lalu. Akan tetapi, mereka baru bisa mengumumkannya awal tahun ini seiring dengan naiknya masalah yang mendera The Reds dengan New Balance pada akhir tahun lalu.

Lantas, hal apa yang sebenarnya membuat kerja sama Liverpool dengan New Balance sampai harus berakhir di meja hijau?

Sekitar Februari 2015, New Balance mengambil alih pengelolaan jersey Liverpool dari anak perusahaan mereka, Warrior. Tidak tanggung-tanggung. Kerja sama keduanya mencatatkan rekor kit terbesar sepanjang sejarah Liverpool: 45 juta paun setahun!

Buat New Balance, keputusan ini juga tepat karena sejak saat itu, prestasi Liverpool perlahan menanjak. Dua tahun terakhir menjadi era di mana jersey Liverpool laris manis di mana-mana. Bahkan, untuk musim ini pun diprediksi akan kembali memecahkan rekor penjualan jersey terbanyak.

Selain fulus, New Balance juga mendapatkan keuntungan dengan menanjak naiknya nilai saham mereka. Ini tak lepas dari upaya Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp, untuk membenahi anak asuhnya. Puncaknya adalah juara Liga Champions 2019 yang diakhiri dengan juara Piala Dunia Antarklub.

Liverpool, sebagai klub, mungkin tidak begitu peduli dengan jumlah penjualan kostum karena itu hanyalah target jangka pendek. Apalagi, mereka cuma mendapatkan bagian 7 persen dari penjualan merchandise. The Reds mulai berpikir untuk jangka panjang dengan menempatkan mereka sebagai kesebelasan paling penting di dunia olahraga.

Menurut Jonathan Humphries dan Paul Gorst dari Liverpool Echo, sejatinya bukanlah juara Liga Champions tahun lalu yang membuat Liverpool mendorong New Balance untuk meningkatkan nilai kontrak mereka. Namun, kekalahan dari Real Madrid di final Liga Champions setahun sebelumnya, yang bikin New Balance dibikin tidak nyaman.

Saat ini, Manchester United menjadi kesebelasan dengan kerja sama tertinggi dengan perusahaan apparel. Mereka mendapatkan 75 juta paun dari Adidas setiap tahunnya. Kegagalan Liverpool menjuarai Liga Champions 2018 bikin manajemen tim menginginkan adanya dukungan finansial baru buat klub, yang salah satunya bisa dimaksimalkan dari penjualan kostum dan merchandise.

Liverpool punya daya tawar tinggi. Lini serang mereka merupakan salah satu yang terbaik di dunia. The Reds juga punya Jurgen Klopp yang merupakan salah satu manajer yang disukai oleh banyak penggemar sepakbola. Apalagi, Klopp juga selalu memakai New Balance baik di dalam maupun di luar lapangan saat disorot kamera televisi.

Liverpool pantas gusar. Pasalnya, nilai kontrak mereka masih lebih rendah ketimbang Arsenal (Adidas, £50 juta per tahun), Manchester City (Puma, £50 juta per tahun) dan Chelsea (Nike, £60 juga pertahun). Liverpool merasa kalau kontrak apparel mereka mestinya sama atau lebih tinggi dari mereka semua.

Liverpool pun mulai membuka negosiasi dengan New Balance terkait kontrak baru ini. Namun, permintaan The Reds terbilang sulit untuk dinegosiasikan. Mereka ingin angka yang mendekati dengan apa yang diterima Manchester United dari Adidas.

Di sisi lain, ada Nike yang punya toko jauh lebih banyak ketimbang New Balance. Fans Liverpool sejatinya banyak tersebar di Asia Selatan, Amerika Utara, dan Australia. Namun, The Reds juga ingin menjajaki pasar Cina yang potensinya dianggap belum tergarap dengan baik, dan Nike dianggap bisa melakukannya. Ini terlihat dari penjualan Nike di China yang tahun lalu naik sekitar 27 persen, dan ini menjadi salah satu penilaian Liverpool mengapa memilih Nike.

New Balance sejatinya punya klausul untuk memperpanjang kontrak setiap tahunnya. Klausul tersebut adalah melebihi atau menyamai nilai kontrak yang diberikan rival mereka. New Balance merasa kalau mereka sudah melampaui kontrak Liverpool dengan Nike yang hanya 30 juta paun. Akan tetapi, hitung-hitungannya sejatinya tak sesederhana itu.

Salah satu yang bikin Liverpool begitu tertarik adalah janji Nike soal distribusi. Mereka menjanjikan akan menjual produk LFC di minimal 6000 outlet secara global. Angka ini, jelas tak mungkin disamai oleh New Balance.

New Balance menganggap Liverpool tak punya itikad baik. Sementara pengacara liverpool, mengklaim kalau setidaknya terdapat lima kesalahan serius dari New Balance dalam penjualan produknya. Mulai dari kesalahan di pasar Asia Pasifik, sampai masalah dari kostum yang diproduksi pabrik lokal di Brasil.

Yang bikin Liverpool menang di pengadilan adalah bagaimana mereka akan didukung oleh nama besar di luar sepakbola macam LeBron James, Serena Williams, sampai Drake, yang juga masuk ke dalam biaya marketing Nike. Ini yang lagi-lagi tak bisa dipenuhi New Balance.

 

Sumber: Sean bradbury dari Liverpool Echo

 

https://www.bbc.com/news/uk-england-merseyside-50181334