Tentang Pesepakbola yang Pensiun dan Pekerjaan Setelahnya

Eric Cantona pensiun di usia emasnya, 30 tahun. Sementara Kazuyoshi Miura, di usianya yang sudah 54 tahun, masih bermain mengenakan kostum Yokohama FC.

Setiap pesepakbola daya tahannya berbeda. Namun, usia 35 tahun seolah menjadi alarm bagi mereka untuk memantaskan diri. Apakah akan mengakhiri karier di liga top Eropa, atau bermain lebih santai di timur jauh atau Amerika.

Lantas, sebenarnya kapan pesepakbola semestinya pensiun?

Dua hal utama yang biasanya menjadi alasan pesepakbola pensiun adalah usia dan cedera. Namun, ujung-ujungnya sama: kondisi tubuh. Ketika tubuh sudah tidak bisa lagi menanggung rutinitas fisikal, istirahat adalah satu-satunya obat.

Sepakbola adalah olahraga yang mengandalkan fisik. Hal ini diperparah dengan adu fisik yang berakhir dengan cedera. Tentu, tidak masuk akal untuk mencederai pemain lawan. Akan tetapi, risiko itu akan selalu ada mengingat sepakbola itu sendiri yang mengandalkan fisik. Artinya, cedera bisa datang kapan saja pada siapa saja.

Dokter yang menangani pemain cedera biasanya memberikan pandangannya apakah cedera tersebut bisa ditangani, atau meminta sang pemain untuk berhenti. Namun, pada akhirnya, keputusan ada di si pesepakbola itu sendiri. Karena sembuh saja tidak cukup. Masih ada mental yang mesti diobati.

Contohnya Luke Shaw yang kakinya patah. Selain pemulihannya yang bisa lebih dari setahun, hal yang sulit dikembalikan adalah performa sang pemain. Usai patah kaki, Shaw tidak dalam performa terbaik. Penampilannya baru kembali lima tahun kemudian, yang mengganjarnya dengan panggilan ke Euro 2020 ini.

Sementara soal usia, pemain akan merasa kalau dirinya tidak bisa lagi mengimbangi permainan. Bisa jadi dalam kecepatan dan stamina. Namun, tidak sedikit juga yang merasa lelah secara mental karena rutinitas bermain bola sudah dilakukan setiap hari selama 30 tahun hidupnya.

Posisi pemain juga berpengaruh. Kiper biasanya bertahan paling lama. Edwin van der Sar tampil prima di usianya yang 40 tahun ketika membela Manchester United. Pun dengan Gianluigi Buffon. Di usianya yang 43 tahun, ia kembali ke Parma untuk menjadi kiper utama.

Seorang bek bisa lebih tua ketimbang gelandang karena kecepatan bukanlah atribut nomor satu. Sementara untuk posisi penyerang, pemain yang lebih muda biasanya mengandalkan kecepatan. Pemain yang lebih tua mengutamakan penempatan posisi, pengalaman, dan kekuatan. Di sisi lain, gelandang biasanya bekerja lebih ekstra. Ia harus punya stamina buat berlari dari satu kotak penalti ke kotak penalti lain.

Di Eropa, kontrak pertama pesepakbola dilakukan di usia 17 tahun, sementara rata-rata pesepakbola pensiun di usia 35 tahun. Angka ini bisa menjadi awalan yang pas sebelum pesepakbola memutuskan memilih peran lain dalam hidupnya.

Karier dan Pekerjaan Setelah Pensiun

Pesepakbola papan atas biasanya memikirkan pekerjaan apa setelah mereka pensiun dari sepakbola. Sementara pesepakbola dari divisi yang lebih rendah, biasanya tidak menjadikan sepakbola sebagai pekerjaan utama. Sehingga ketika mereka pensiun, mereka tinggal melanjutkan pekerjaan mereka yang sebelumnya.

Ada beberapa pekerjaan yang bisa ditekuni pesepakbola setelah pensiun, yang masih ada hubungannya dengan sepakbola:

Manajer/Pelatih

Pekerjaan sebagai manajer atau pelatih merupakan pekerjaan yang paling masih berhubungan dengan rutinitas sang pesepakbola. Pekerjaan ini cocok bagi pesepakbola yang gairahnya masih menggebu-gebu di atas lapangan.

Di sisi lain, pekerjaan ini tak cocok bagi pesepakbola yang sudah bosan dengan rutinitas yang itu-itu terus.

Bekerja di Klub

Mantan pemain biasanya mendapatkan akses ketika akan bekerja di klub. Ia bisa mengemban peran sebagai duta klub seperti Park Ji-sung di Manchester United, atau kalau memang punya kemampuan, ia bisa menjadi CEO seperti Edwin van der Sar di Ajax Amsterdam.

Pundit di Televisi

Satu yang membuat pesepakbola punya nilai lebih sebagai analis sepakbola adalah pengalaman mereka. Namun, tentu saja pekerjaan ini membutuhkan kemampuan berbicara di depan publik yang baik.

Pekerjaan ini juga cocok bagi pesepakbola yang senang mengkritik manajer tapi sepertinya bakal sulit kalau dia yang mengerjakan langsung. Contohnya? Paul Scholes dan Gary Neville.

Jurnalis Sepakbola

Pesepakbola biasanya direkrut media untuk mengisi kolom dengan pendapat mereka. Pengalaman mereka menjadi penting. Akan tetapi, kemampuan mengungkapkan gagasan menjadi penting di sini. Karena percuma gagasannya bagus, tapi kalau pengejawantahannya buruk, ia tidak cocok dengan pekerjaan ini.

Contoh bagusnya? Juan Mata yang sering menulis kolom di beberapa media di Inggris.

Sumber: Football-Stadiums.