Thailand dan Vietnam yang Mampu Bicara Banyak di Piala Asia

Foto: the-afc.com

Keraguan sempat melanda wakil Asia Tenggara di Piala Asia 2019. Di laga perdana fase grup, empat negara Asia Tenggara menderita kekalahan. Namun, siapa sangka itu adalah awal menuju sesuatu yang baik.

Di ajang Piala Asia 2019 ini, ada Thailand, Vietnam, Filipina, dan Australia (saya sebenarnya tidak setuju negara ini masuk Asia Tenggara, tapi, ya, mau bagaimana lagi) sebagai perwakilan dari Asia Tenggara. Keempat negara ini bersaing dengan kekuatan-kekuatan sepakbola Asia macam Jepang, Korea Selatan, Iran, maupun Arab Saudi.

Namun, di laga awal, keempatnya sempat menorehkan hasil buruk. Australia ditumbangkan Yordania. Thailand dihancurkan India. Filipina kalah dari Korea Selatan. Vietnam kalah tipis dari Irak. Kekalahan di awal ini sempat menyiratkan ketakutan jika wakil Asia Tenggara tak akan bicara banyak di Piala Asia 2019.

Memasuki laga kedua dan ketiga fase grup, kekhawatiran ini perlahan sirna. Terkecuali Filipina yang gugur, tiga wakil lain, yakni Vietnam, Thailand, dan Australia menunjukkan peningkatan grafik permainan. Akhirnya, ketiganya memastikan diri lolos ke babak 16 besar, meski Vietnam harus lolos mengandalkan aturan poin kedisiplinan.

Tak perlu membahas Australia selaku juara bertahan–juga mereka bukan bagian dari Asia Tenggara, kok, secara geografis–, mari membahas Thailand dan Vietnam, serta sebab peningkatan grafik permainan mereka di ajang Piala Asia 2019 ini, beserta di ajang-ajang yang lain.

Timnas Thailand

Kaget adalah perasaan yang tergambar ketika di laga perdana, Thailand ditumbangkan India dengan skor telak 1-4. Berbekal pemain-pemain matang, termasuk dua pemain yang main di J-League, yakni Chanathip Songkrasin dan Theerathon Bunmathan, Thailand justru kesulitan menghadapi India yang main efektif.

Tapi, Thailand tidak larut dalam duka. Dua laga sisa di fase grup sukses mereka akhiri dengan hasil positif. Bahrain mereka gebuk 1-0. Sedangkan Uni Emirat Arab selaku tuan rumah sukses mereka tahan imbang 1-1. Raihan 4 poin membawa mereka lolos ke fase gugur sebagai runner-up Grup A.

Apa kunci kebangkitan Thailand ini? Apa yang membuat mereka kini mampu bersaing dengan negara Asia lain?

Salah satu jawaban pasti yang bisa didapat adalah karena mereka sukses mengelola kompetisi dengan baik. Thai League 1 (T1) selaku kompetisi level tertinggi sepak bola Thailand rutin memasok pemain-pemain berkualitas ke Timnas. Dalam skuat Piala Asia 2019 saja, hampir semuanya, kecuali Chanathip dan Theerathon, adalah pemain produkan T1.

T1 sendiri merupakan bagian dari lima level kompetisi sepakbola yang ada di Thailand, selain T2, T3, T4, dan T5. Pembagian level ini sudah diberlakukan Thailand sejak 2017 silam, dengan tim yang berkompetisi di T1 merupakan tim-tim terpilih, dan pada 2019 atau 2020 mendatang, diperkirakan akan mengalami penyusutan.

Dengan kompetisi yang matang, disertai dengan aturan pemain muda yang apik (pemain muda tidak dipaksa main, melainkan dipaksa merasakan atmosfer kompetisi), membuat sinergi pembinaan di Thailand berjalan lancar. Pemain muda sudah merasakan atmosfer profesional, tapi tidak dipaksakan untuk turun. Semua tergantung pelatih.

Selain itu, tim-tim T1 juga sudah mampu menunjukkan taring di ajang Liga Champions Asia. Pada 2017 silam, Muangthong United mampu menembus babak 16 besar Liga Champions Asia 2017. Buriram United juga melakukan hal yang sama pada ajang Liga Champions Asia 2018. Para pemain Thailand pun sudah mengenal atmosfer sepakbola Asia dengan baik berkat ini.

Maka, tak heran liga Thailand masuk 10 besar liga terbaik di Asia. Saat ini, mereka duduk di peringkat 8 kompetisi sepakbola Asia, dan menduduki peringkat 1 di ASEAN. Kualitas liga yang baik, maka pasokan pemain berkualitas untuk Timnas pun akan baik dan melimpah. Jangan lupa, meski tanpa pemain kunci di Piala AFF 2018, Thailand tetap mampu menjejak partai semifinal.

Jangan lupa pula, mereka sampai tembus babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Asia.

Timnas Vietnam

Sama seperti Thailand, Vietnam juga menunjukkan progres yang baik di Piala Asia 2019 ini. Kalah dua kali dari Irak dan Iran di fase grup, kemenangan di laga terakhir atas Yaman membawa mereka lolos ke babak 16 besar, meski hanya berstatus sebagai peringkat ketiga terbaik (itu pun cuma unggul poin kedisiplinan atas Lebanon).

Meski bisa dibilang sebuah keberuntungan, Vietnam tetap mampu lolos dan mewakili Asia Tenggara di babak 16 besar. Sama seperti Thailand, ada peningkatan kualitas yang terjadi di Vietnam, dan itu merupakan muara dari rapinya kompetisi sepakbola yang ada di Thailand.

Semula, kompetisi Vietnam sama seperti Indonesia: kurang rapi dalam berbagai aspek. Belum lagi, sepak bola mereka juga sempat dihinggapi oleh korupsi. Namun, mereka bisa mengubsh hal tersebut. Tahun 2011 menjadi tahun pertama mereka menempatkan generasi emas. Hasilnya bisa mereka petik sekarang.

Nama-nama macam Nguyen Van Toan, Nguyen Trong Hoang, Vu Van Thanh, Nguyen Chong Phuong, serta Luong Xuan Truong, generasi 2011 yang sekarang sudah jadi andalan. Ditopang kompetisi yang benar, maka kemampuan mereka terjaga dengan semestinya. Liga mereka pun menduduki peringkat 19 liga terbaik Asia. Di ASEAN? Mereka menduduki peringkat 4.

Jangan lupa juga bahwa Vietnam adalah peraih gelar juara Piala AFF 2018.

***

Peningkatan kualitas yang dialami Vietnam dan Thailand semestinya menjadi cermin bagi Indonesia. Selaku negara tetangga, Indonesia seharusnya malu melihat raihan keduanya. Saat mereka maju, Indonesia justru belum ke mana-mana.

Kini, peringkat Liga Indonesia maasih berada di peringkat 27 liga terhaik Asia, dan menduduki peringkat 7 ASEAN. Jangan heran untuk berkompetisi di ajang internasional, Timnas Indonesia belum mampu. Toh, kualitas liganya juga belum baik-baik amat.

Dengan kualitas liga yang masih jalan di tempat, serta kompetisi Thai League dan Vietnam League yang semakin baik, selamat melihati Vietnam dan Thailand yang sudah mampu bicara banyak di Asia.