Ultras Juventus: Adu Kuasa Dapatkan Pengaruh di Tribun

Setuju jika mengatakan Juventus adalah Manchester United dari Italia. Juventus merupakan klub tertua ketiga di Italia dan memiliki dukungan tingkat nasional karena ketertarikan dari seluruh Italia. Menurut penelitian pada September 2016 yang dikerjakan lembaga riset bernama Demos & Pi, Juventus punya lebih dari 12 juta pendukung yang mewakili 34 persen di Italia.

Juventus pun secara luas dan sangat populer di seluruh daratan Italia bagian selatan seperti di Sisilia dan Malta. Tidak hanya di Italia, Juventus merupakan sebagai salah satu kesebelasan sepakbola yang paling didukung di dunia dengan lebih dari 300 juta pendukung. Di Eropa saja, jumlah pendukung Juventus ada sekitar 41 jutaan.

Terutama di negara-negara Mediterania di mana sejumlah diaspora Italia telah beremigrasi. Maka dari itu Juventus tetap mendapatkan dukungan yang besar di setiap pertandingan tandangnya. Sejarah dan kesuksesan besar membuat Juventus memiliki basis penggemar terbesar di Italia.

Saking banyaknya, sebagian pendukung garis keras Juventus berlomba-lomba membuat berbagai kelompok ultras di sana. Maka dari itu kelompok-kelompok ultras di Juventus lebih eklektik daripada kebanyakan kesebelasan Italia lainnya. Itulah yang membuat kisah ultras Juventus seperti naskah The Borgias yang membingungkan tentang perpecahan, reformasi dan perang sipil.

Perebutan Kekuasaan di Tribun Selatan

Kelompok-kelompok pendukung Juventus yang terkordinasi mulai muncul pada pertengahan 1970-an. Di antaranya dua kelompok pertama yang bernama Venceromos dan Autonomia Bianconera. Kedua kelompok itu berada di sisi kiri dalam ideologi politiknya. Venceromos dan Autnonomia Bianconera itu kurang terorganisir meskipun sudah menjadi sebuah kelompok pada waktu itu.

Kemudian munculah dua kelompok yang lebih terorganisir bernama Fossa dei Campioni dan Pangthers pada 1976. Kemudian muncul kelompok bernama Fighters pada satu tahun berikutnya. Kelompok itu diciptakan oleh Beppe Rossi yang kemudian menjadi kelompok paling penting di sudut selatan Stadion Dele Alpi (bekas kandang Juventus) pada waktu itu sampai 1980-an.

Di sisi lain, muncul juga kelompok-kelompok lain seperti Viking dan Nucleo Armato Bianconero. Fighters dibubarkan setelah adanya insiden di Fiorenttina pada 1987. Sebagian besar anggotanya memutuskan untuk membuat kelompok baru bernama Arancia Meccanica (Clockwork Orange) yang terinspirasi dari film Stanley Kubrick. Kemudian nama itu terpaksa berubah karena terkesan berbau kekerasan seperti film tersebut.

Drughi merupakan nama yang diberikan di dalam film Kubrick kepada sebuah geng yang diikuti peran bernama Alex. Drughi pun berkembang besar. Sudah sekitar 10 ribu anggota bergabung dalam kurun waktu 1988 sampai 1996. Alhasil, Drughi perlahan kian menggerus kelompok Fighter yang masih tersisa.

Kelompok Fighters pun menjadi terusir ke sebelah kanan tribun curva sud (Kurva Selatan) karena bagian tengah telah diambil alih Drughi. Tapi rekonsiliasi terjadi pada 1997 setelah Juventus memenangkan Liga Champions 1995/1996. Drughi bersama pendukung Juventus lain di curva sud termasuk Fighters memutuskan bergabung menjadi Black and White Fighters Gruppo Storico 1977.

Sampai saat ini, Curva Sud di Stadion Juventus adalah area utama para ultras yang terorganisir. Terutama setelah rekonsiliasi juga dengan Arditi, Nucleo 1985, 06 Clan, Noi Soli, Gruppo Marche 1944, Bruxelles Bianconera, Gruppo Homer, Assiduo Sostengo dan Bravi Ragazzi.

Tapi penyatuan perlahan memudar dan pada 2005 semakin mengikis sisa-sisa anggota Fihgters. Perang perebutan kekuasaan curva sud memuncak ketika sebelum melawan Alessandria pada pertandingan pra-musim 2006. Kelompok ultras Juventus yang beraneka ragam itu bentrok termasuk Drughi. Sebanyak dua orang tertikam dan 50 lainnya ditangkap.

Sementara di Curva Nord (Kurva Utara), muncul pendukung besar lainnya yaitu Irriducibili Valette sejak 1990. Sebelumnya, area tribun itu didominasi oleh Viking. Namun Irriducibili Valette sering mendapatkan banyak masalah dengan klub. Salah satunya tentang performa kesebelasan yang buruk sehingga Juventus enggan memberikan tiket tandang kepada Irriducibili.

Sampai pada akhirnya nama Irriducibili tidak terlihat lagi sejak musim 2001/2002. Bagian utara di Stadion Dele Alpi itu pun sepi karena tidak ada kelompok ultras sejak bubarnya Irriducibili. Kemudian sebagian mantan anggota Fighters yang pindah menonton ke curva nord membuat kelompok baru di sana bernama Tradizione Bianconera sejak 2005 bersama kelompok Viking yang semakin menipis.

Dilatarbelakangi Pegunungan Alpen dan mengitari Sungai Po, Turin sering disebut sebagai pusat industri di Italia. Mulai dari gudang senjata, fiat, artefak Mesir kuno, segudang seni kontemporer dan coklat terbaik di Italia terdapat di Turin. Tapi bagi Juventini, Turin adalah tempat yang paling penting sebagai raksasa sepakbola. Perkembangan ultras di sana berada di dalam pengetahuan bahwa Juventus yang dicintai bukan sekadar Si Nyonya Tua, melainkan Ratu Italia.