Akhir Jose Mourinho di Manchester United yang Melegakan

Foto: Theguardian.com

Menjadi Jose Mourinho mungkin bukan hal yang Anda inginkan saat ini. Sejak awal musim ini, pelatih asal Portugal tersebut dibuat pusing oleh banyaknya kritik, protes, dan mungkin caci maki yang ditujukan kepadanya.

Apa sebabnya? Jelas yakni penampilan Manchester United yang buruk, terutama di Liga Inggris. Bukan rahasia lagi jika saat ini Setan Merah tengah terseok-seok. Buktinya hingga pekan ke-17, United masih tertahan di peringkat keenam klasemen.

Bagaikan tak bisa lepas dari awan mendung, usai ditaklukan oleh Valencia di laga terakhir Liga Champions, United akhir pekan kemarin kembali menelan kekalahan. Kali ini terasa lebih meyakitkan karena Liverpool-lah yang menghantam mereka.

Anfield bersorak usai 3 gol bersarang di gawang David De Gea, kiper yang disebut-sebut sebagai yang terbaik saat ini di dunia. United hanya mampu membalasnya dengan 1 gol saja, sumbangsih Jesse Lingard, yang “dibantu” oleh Alisson Becker.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana bisa sosok pelatih yang dilabeli kelas atas tersebut terlihat bagaikan macan ompong? Mengapa sosok yang pernah membawa Inter Milan meraih treble winners tersebut begitu “miskin” kreativitas sebagai seorang juru taktik?

Mungkin ada beberapa penyebab. Pertama adalah kemalasan Mourinho untuk meng-eksplor taktik. Pada sepakbola modern saat ini, banyak pelatih yang tidak terpaku pada satu formasi saja. Bahkan, penerapan mikro taktik, melakukan perubahan taktik pada saat match berlangsung, seringkali dilakukan pelatih dewasa ini.

Seperti diketahui, Mourinho memang begitu terpaku pada pola 4-2-3-1. Sesekali ia mengubahnya ke 4-3-3, atau 3-5-2. Begitu dominannya menggunakan formasi 4-2-3-1, bahkan sejak ia datang di United, begitu mudah dibaca dan diantisipasi oleh lawan.

Ditambah dengan taktik bertahan yang ia terapkan, membuat permainan United tidak tajam secara serangan, dan berantakan secara bertahan. Intinya jauh dari kata atraktif dan efektif. Buktinya di Liga Inggris United kini sudah kebobolan 29 kali, jumlah tersebut satu kali lebih banyak disbanding seluruh total kebobolan United musim lalu. Sekaligus jadi yang terbanyak sejak musim 1962-1963.

Buktinya memasuki musimnya yang ketiga bersama United, betapa rapuhnya Setan Merah jika berhadapan dengan lawan-lawan yang menghuni 6 besar (ya, 6 besar). Bahkan formasi yang sama tidak bekerja sama sekali ketika United dipermalukan Derby County di babak ketiga EFL Cup.

Dari 17 laga terakhir di seluruh kompetisi, United hanya menang di 6 pertandingan. Sebuah catatan yang jauh dari kata memuaskan. Bahkan mungkin, memalukan. Penyebab kedua adalah tidak tersedianya pemain yang tepat yang bisa dimanfaatkan Mourinho.

Seperti diketahui di bursa transfer musim panas, United hanya memboyong Fred dan Diogo Dalot. Padahal, mantan pelatih Real Madrid dan Chelsea tersebut sudah memberikan list pemain-pemain yang ingin didatangkan untuk memperkuat musim ini.

Sempat dikabarkan United begitu ngebet untuk merekrut Jan Vertonghen. Namun hingga detik akhir tak ada langkah konkret dari United untuk merekrut sang pemain. Bahkan mereka sempat menawar Diego Godin di menit-menit akhir. Namun hasilnya nihil.

Mourinho sebenarnya sadar bahwa lini pertahanan jadi masalah yang harusnya dibenahi dengan mendatangkan beberapa pemain, yang menurutnya capable untuk mengisi pos tersebut. Kegagalan di bursa transfer tersebut berimbas pada buruknya pertahanan United di musim ini.

Chris Smalling, Phil Jones, atau Eric Bailly sejatinya merupakan pemain bertahan yang cukup solid. Namun, inkonsistensi dan cedera jadi masalah. Smalling performanya naik-turun, Jones kerap kali blunder, sementara Bailly rentan dihantam cedera. Pemain bertahan lain: Victor Lindelof, Luke Shaw, hingga Antonio Valencia belum mencapai level performa yang diharapkan musim ini.

Lini serang United pun begitu tumpul musim ini. Romelu Lukaku yang diharapkan bisa jadi mesin gol malah melempem. Pada laga melawan Liverpool, eks pemain Everton hanya menciptakan 20 sentuhan saja. Lini tengah pun miskin kreativitas. Kendati memiliki Paul Pogba, Mourinho buktinya malah memilih untuk membiarkan Pogba duduk di bench selama 90 menit kala melawan Liverpool. Sebuah keputusan yang membuat banyak pihak mengrenyitkan dahi.

“United dulu punya Cantona yang mampu mengonversi setiap peluang yang terlihat tak mungkin jadi mungkin. Sekarang United punya Lukaku, yang melakukan sebaliknya,” kritik Giggs.

Kekalahan atas The Reds membuat United total mengumpulkan 26 poin. 11 poin di bawah Chelsea yang berada di tempat keempat klasemen, 19 poin dari pemuncak klasemen Liverpool, dan hanya satu poin unggul dari Wolverhampton di posisi 7. Mourinho kini telah resmi didepak oleh United, jika berkaca pada performa dan besar dana yang dikeluarkan selama ia menduduki kursi manajer, maka keputusan untuk memecat Mourinho menjadi masuk akal.

Catatan redaksi: Manchester United secara resmi memecat Jose Mourinho pada Selasa (18/12) sore waktu Indonesia.