100 Juta Euro Belum Selesaikan Masalah Dortmund

Foto: Bundesliga.com

Jendela transfer Eropa belum resmi dibuka, Borussia Dortmund sudah mengeluarkan dana hampir 100 juta euro untuk memperkuat tim mereka. Jumlah dana yang dikeluarkan BVB tentu masih tergolong kecil apabila melihat pergerakan Real Madrid dalam periode yang sama. Atau jika mengingat bahwa 100 juta euro di era sepakbola saat ini bisa digunakan untuk memboyong satu pemain saja.

Dortmund menggunakan dana itu untuk empat pemain: Paco Alcacer, Julian Brandt, Nico Schultz, dan Thorgan Hazard. Semua adalah pemain kelas dunia. Paco yang merupakan pemain buangan FC Barcelona sekalipun dapat dikatakan pemain kelas dunia.

Ia adalah penyerang paling efektif di Eropa di 2018/2019. Mencetak satu gol setiap 67 menit. Mencatatkan diri sebagai topskorer Dortmund di 1.Bundesliga Wajar jika dirinya dipertahankan di Signal Iduna Park.

Dortmund mengeluarkan dengan 21 juta euro untuk mempermanenkan Paco. Ia menjadi pembelian paling murah Dortmund di musim panas 2019. Setidaknya hingga 15 Juni 2019 atau sekitar dua pekan sebelum jendela transfer Jerman resmi dibuka oleh FIFA.

Bersama tiga pemain lainnya, Paco memperkuat amunisi Dortmund setelah gagal meraih gelar juara di 2018/2019. Terpaut dua poin dari Bayern Munchen meskipun memuncaki klasemen selama mayoritas kompetisi.

Paco Jadi Bukti Kelemahan Dortmund

Foto: AS

Bayern baru merasakan peringkat pertama pada pekan ke-25. Sempat didepak BVB dua pekan kemudian, namun tak tersentuh setelah memenangkan Der Klassiker 5-0.

Rasa nyaman Dortmund di puncak klasemen mulai hilang setelah mereka kalah 1-2 dari Augsburg. Hanya satu bulan dari Der Klassiker, BVB justru gagal menjaga jarak mereka dengan Die Roten. Poin Dortmund dan Bayern menjadi sama karena kekalahan itu.

“Kita harusnya bisa menang di pertandingan itu. Kita punya lima sampai enam peluang bagus yang terbuang percaya. Unggul 1-0, kita bukannya merasanya nyaman tapi panik. Kemudian rasa panik itu membuat kita melakukan kesalahan,” kata Lucien Favre, geram poinnya disamakan dengan Bayern.

Gol kemudian menjadi faktor pembeda antara keduanya. Saat kalah dari Augsburg, Paco sebagai ujung tombak Dortmund mencetak satu gol ke gawang Gregor Kobel. Namun ia masuk sebagai pemain pengganti di menit ke-66.

Salah satu alasan mengapa nama Paco menjadi penyerang paling efektif di Eropa adalah karena jam terbangnya yang lebih sedikit ketimbang pemain lain. Ia hanya tampil 1.204 menit di 1.Bundesliga. Lebih sedikit dibandingkan Kingsley Coman yang cedera dan tidak masuk bagian tim inti Bayern di putaran pertama liga (1.387′).

Paco memang tercatat sebagai topskorer Dortmund di 2018/2019. Namun, status dia di tim asuhan Favre tidak lebih dari seorang ‘super sub’. Dari 26 pertandingan 1.Bundesliga yang ia jalani sepanjang 2018/2019, hanya 10 laga namanya tecatat sejak menit pertama. Dari 10 laga itu, Paco hanya dua kali bermain 90 menit penuh dan mencetak empat gol.

Bandingkan dengan topskorer Bayern Munchen, Robert Lewandowski. Selisih gol Paco dan Lewandowski di liga tidaklah jauh (18:22). Tapi Lewandowski mendapatkan tempat utama di Bayern. Ia terlibat dalam 32 gol Bayern. Itu sama dengan 36% dari total gol Die Roten. Bahkan 25% dari 88 gol Bayern sepanjang musim dicetak langsung oleh Lewandowski.

Mencari Mbappe

https://www.youtube.com/watch?v=BRqeqkjMqME

Sementara Paco Alcacer dengan status topskorer klub, hanya terlibat dalam 22% gol BVB sepanjang musim. Kegagalannya membayar kepercayaan Favre saat dipasang sejak awal membuat Dortmund harus menjadikan Mario Gotze dan Marco Reus sebagai ujung tombak. Padahal keduanya lebih suka bermain di belakang penyerang dibandingkan mengisi pos itu.

Dortmund belum melepas satupun pemain mereka dari musim lalu. Aleksander Ishak yang dilego ke Real Sociedad tidak termasuk ke dalam skuad Favre di 2018/2019. Jadi kepergian penyerang Swedia itu tidak mempengaruhi tim.

Mereka aktif berbelanja. Hampir 100 juta pauns dikeluarkan Favre untuk empat pemain. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang mengatasi masalah ini. Hazard dan Brandt sama seperti Sancho, Reus, ataupun Gotze. Meski memiliki insting mencetak gol, mereka adalah kreator. Bukan predator.

Urusan mencetak gol mungkin bukan tugas penyerang semata. Semua pemain bisa cetak gol dan memberi kontribusi untuk tim mereka di klasemen. Akan tetapi, seorang penyerang adalah pemain yang paling dekat dengan gawang lawan. Dengan begitu, dia punya peluang lebih besar untuk mencetak atau mengkreasikan gol.

Favre juga sadar soal hal ini. Ketika ditanya soal siapa pembelian ideal yang ia inginkan, dia menyebutkan nama penyerang. “Kylian Mbappe. Dia muda, pintar, dan bisa menjadi pembeda di atas lapangan,” aku Favre.

Mungkin mustahil melihat Mbappe mendarat di Signal Iduna Park. Tapi pemain seperti Mbappe yang selalu terlibat dalam 20 gol lebih adalah sosok yang dibutuhkan Dortmund untuk mengobati luka musim lalu (2018/2019). Sebanyak apapun uang yang mau mereka keluarkan di musim panas 2019, jika Favre tidak mendapatkan penyerang seperti itu, BVB akan tetap tertinggal dari Bayern.