AC Milan dan Masalahan yang Tak Kunjung Pergi

AC Milan punya sejarah panjang dalam persepakbolaan Italia. Peraih tujuh gelar juara Liga Champions ini melahirkan banyak pemain kelas dunia, sebut saja Paolo Maldini, Franco Baresi, hingga Gianluigi Donnarumma.

AC Milan sukses merengkuh 18 gelar Serie A dan secara konsisten klub yang berdiri sejak 1899 ini adalah penantang serius gelar juara. Kini nasib AC Milan bahkan terombang-ambing dan terlempar ke posisi kedelapan klasemen sementara Serie A. Pos ini jelas bukan habitat bagi klub sebesar Milan.

Musim sebelumnya, Milan juga cuma duduk di peringkat keenam klasemen akhir. Apa sebenarnya yang terjadi? Padahal, di awal musim, Milan terbilang gila-gilaan di bursa transfer dengan 200 juta Euro digelontorkan oleh pemilik baru mereka.

Kepemilikan klub yang meninggalkan masalah

Silvio Berlusconi sukses membawa AC Milan berjaya di persepakbolaan Italia dan Eropa selama kurang lebih dua dekade. Ia melepas kepemilikannya kepada grup konsorium yang dipimpin oleh Yonghong Li, dengan harga 720 Juta Euro plus tambahan utang sebesar 220 Juta Euro.

Berlusconi yang selama beberapa musim kerap dikambinghitamkan atas penurunan performa AC Milan, memilih fokus di karier politiknya. Sayangnya, sang pemilik baru ini tidak otomatis menyelesaikan masalah AC Milan.

200 juta Euro bukan angka yang kecil untuk membeli pemain, tapi akuisisi Li menyisakan masalah. Li dikabarkan berutang kepada perusahaan saham asal Amerika Serikat, Elliot Group, sebesar 300 juta Euro untuk membeli AC Milan.

Mario Gerevini dari Corierre Della Serra, mempertanyakan peminjaman Li kepada perusahaan saham bukan kepada Bank Internasional. Bunga yang diberikan pun cukup besar yakni 11%.

“Kalau ada orang yang membeli sebuah klub seharga 720 juta euro termasuk utang 220 juta euro, lalu meminjam uang dengan bunga 11 persen, itu berarti orang itu tidak punya uang. Kalau ada seseorang yang meminjami kita uang dengan bunga 11%, itu berarti kita sudah mempertimbangkan risiko yang besar. Kenyataannya, Yonghong Li tidak mendapatkan uang itu dari sumber yang lazim, seperti dari bank internasional misalnya,” tulis Gerevini.

Gerevini juga meragukan apakah Li benar-benar punya uang untuk membeli AC Milan, karena memang tidak pernah secara resmi dipublikasikan peresmian harga beli Li untuk AC Milan. Benar saja, belum satu musim penuh, Li kemudian mengungkapkan di The Guardian, bahwa ia akan menjual kembali AC Milan dengan harga yang pantas.

AC Milan kini dalam masalah besar, karena pihak klub harus mendapatkan 350 juta Euro pada Oktober 2018 nanti, sebagai bagian dari kesepakatan Li dengan Elliot Group. UEFA bahkan turun tangan untuk melakukan investigasi terhadap pembelian klub AC Milan.

Ini tak lepas dari pemberitaan NY Times yang mempublikasikan artikel bahwa Li tidak memilik uang sebanyak itu untuk membeli AC Milan. Bahkan ditulis bahwa perusahaan Li sudah dua kali berpindah tangan, estimasi untuk melunasi hutang Li pada 2023. AC Milan harus memnghasilkan 50-70 Juta Euro per tahun untuk bunga sebesar 11%. AC Milan kini bersiap apabila memang terjadi akusisi kepemilikan di akhir musim nanti.

Masa transisi yang terus menerus

Dalam beberapa musim terakhir, AC Milan kesulitan mencari konsistensi permainan, permasalahan yang coba diatasi dengan mengganti manajer. Sejak 2014 lalu, total AC Milan berganti manajer sebanyak delapan kali mulai dari Mauro Tassoti hingga Gennaro Gattuso. Akan tetapi, pergantian tersebut masih belum mampu membawa AC Milan ke posisi lebih baik.

Pergantian ini justru membuat Milan semakin kesulitan. Para pelatih datang dengan visi dan taktiknya masing-masing. Jeleknya, si pemain harus terus melakukan penyesuaian dan transisi terhadap taktik baru. Hal ini merugikan karena pemain tidak bisa memberikan permainan terbaiknya karena melakukan penyesuaian terlebih dahulu.

Sebenarnya pada awal musim, Vincenzo Montella diberikan kepercayaan penuh untuk menangani Il Diavolo Rosso. Namun pada akhir November lalu Montella dicopot dari jabatannya, pasca hasil imbang 0-0 melawan Torino yang membuat mereka menempati posisi kedelapan. Tidak perlu waktu lama, manajemen pun menunjuk Gattuso yang bertahan hingga saat ini. Kini Gattuso punya beban cukup berat untuk memperbaiki posisi Milan di klasemen, sekaligus melanjutkan langkah mereka diajang Europa League.

Masalah Psikologis pemain

Banyaknya masalah internal klub, memengaruhi mentalitas pemain yang berlaga di lapangan. Masalah psikologis AC Milan ini pernah dibahas oleh Blair Newman di Bleacher Report.

Semua masalah bermula dari transisi kepelatihan yang terus menerus, sehingga ada keragu-raguan dalam diri tiap pemain AC Milan. Hal ini terjadi sejak akhir musim 2014-2015. Sebelum investasi 200 Juta Euro untuk membeli pemain pada awal musim ini, Milan dalam beberapa musim terakhir jarang membeli pemain. Menurut Newman, kualitas pemain yang dimiliki AC Milan sangat amat kurang untuk klub yang telah menjuarai 18 gelar Liga Italia.

“Taktik yang berubah dan kualitas pemain yang hadir merupakan masalah bagi AC Milan, 2 hal yang memberikan elemen negatif ke dalam klub,” tulis Newman.

Lalu apakah masalah itu selesai musim ini? Jawabannya belum. Gattuso mengungkapkan masalah psikologis yang melanda pemainnya, pasca hasil imbang 2-2 melawan Benevento, “Banyak hal yang tidak berjalan baik, ketika kami tertinggal sulit bagi kami mengejar. Hari ini, permasalahan Milan bukan fisik. Ini masalah psikologis, kami harus mengurangi kesalahan di lapangan. Ini mengganggu kami. Kami bermain bukan sebagai tim. Kenyataannya kesalahan kami bukanlah kesalahan dari individu.”

Masalah ini semakin buruk dengan tekanan dari pihak suporter sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap klub. Isak Moller dari SempreMilan, mengungkapkan bahwa para suporter frustrasi dengan permainan Milan yang tak kunjung membaik.

“Pihak klub memberikan pemain-pemain yang bagus, tapi pertanyaannya sekarang, kenapa mereka belum memberikan dampak bagi kami? Milan tidak seharusnya bermain seburuk ini.”

Dengan segala masalahnya AC Milan kini menatap sisa kompetisi. Sejak 27 Desember 2017, Milan tak pernah merasakan kekalahan. Baru pada 8 Maret 2018, mereka takluk dari Arsenal dua kali yang membuat mereka gagal melaju jauh di Liga Champions.

Di liga, pos Milan untuk finis di zona Eropa juga masih belum aman. Pasalnya, dengan delapan laga tersisa, mereka amat mungkin dikejar Sampdoria, Atalanta, dan Fiorentina, yang cuma berselisih tiga poin.