Musim panas 2018, Newcastle United mencatatkan sejarah dengan mendaratkan Yoshinori Muto sebagai pemain asal Jepang pertama mereka. Diboyong dari FSV Mainz, Muto punya reputasi positif di Jerman. Terlibat dalam 12 gol Mainz dari 27 pertandingan, Muto sempat diincar juga oleh West Ham United sebelum memilih the Magpies.
“Saya sangat senang dan bangga bisa menjadi pemain Jepang pertama yang dimiliki oleh Newcastle United. Semoga saya bisa memberikan kontribusi positif dengan performa yang baik agar masuk ke dalam sejarah Newcastle United,” kata Muto.
Sekitar 10 bulan kemudian, Muto hanya bermain 15 kali untuk Newcastle. Penampilannya di Premier League bahkan tidak mencapai 500 menit. Hanya mencetak satu gol dari semua kesempatan itu, jelas Muto bisa dikatakan gagal. Apalagi untuk seorang penyerang bernilai lebih dari 9,5 juta paun. Sebagai perbandingan, Watford mendantangkan Gerard Deulofeu hanya tiga juta lebih mahal dari Muto, tapi kontribusinya jauh terasa hingga final Piala FA.
Talenta Jepang memang sering kali mendapat kesulitan di luar Jerman. Tertutama Inggris. Shinji Kagawa, Okazaki dan Junichi Inamoto mungkin bisa diperdebatkan. Tapi melihat Ryo Miyachi, Kazayuki Toda, dan Hidetoshi Nakata, jelas Inggris bukan tempat terbaik talenta Jepang. Jika ada talenta dari Negeri Matahari Terbit yang merasakan karier terbaiknya di Inggris, dia adalah Maya Yoshida seorang.
Namun talenta Muto sebenarnya sudah tercium sejak muda. Ia sempat diincar oleh Chelsea sebelum memilih Mainz. “Saya ingin memikirkannya dengan baik. Kesebelasan mana yang tepat untuk saya berkembang. Kesebelasan mana yang sesuai gaya permainan saya,” kata Muto. Kesebelasan itu bukan Chelsea, tapi Mainz.
Gaya Main dan Bahasa
Foto: The Boot Room
Lewat satu kalimat itu, terdeteksi satu kemungkinan masalah: Gaya main. Apakah gaya main Newcastle United tidak sesuai dengan Muto sehingga dirinya gagal bersinar? Muto dikenal sebagai penyerang yang gemar memaksimalkan bola-bola pendek dan jago dalam duel udara.
Sementara gaya permainan Newcastle dikenal lebih mengandalkan kecepatan. Matt Ritchie dan Ayoze Perez sebagai tumpuan mereka di depan, mengejar umpan-umpan terobosan dari Shelvey. Gaya main itu mungkin jadi salah satu penghalang Muto di Newcastle United. Salah satu, tapi bukan semuanya.
Menurut Manajer Newcastle United, Rafa Benitez, Muto memang belum bisa beradaptasi bersama the Toon Army. Perkembangannya lambat dan kemampuan bersosialisasi dengan Bahasa Inggris masih minim. Ini menjadi penghalang lainnya bagi Muto.
“Tidak ada yang meragukan bahwa Muto adalah pemain yang dinamis. Dirinya juga terus berkembang bersama tim. Namun, dia perlu memahami pemain lain dengan lebih baik lagi. Berkomunikasi dengan Bahasa Inggris,” aku Benitez.
Kebijakan Transfer
Masalah Muto sebagai diperparah setelah the Magpies memboyong Miguel Almiron dari Atlanta United. Posisi murni Muto dan Almiron sejatinya berbeda. Muto adalah penyerang, ujung tombak. Sementara Almiron bermain di belakang penyerang tersebut. Tapi, Benitez sering kali menggunakan Muto di posisi yang sama dengan Almiron. Entah itu menyokong Salomon Rondon ataupun Ayoze Perez.
Alhasil dengan kedatangan Almiron, peluang untuk Muto bermain semakin sedikit. “Sulit untuk memilih satu ketika dua sampai empat pemain menunjukkan kesungguhan mereka saat latihan,” aku Benitez. Salah satu pemain yang berlatih sungguh tapi jarang dipilih itu adalah Muto. Secara terbuka penyerang Jepang itu mengaku depresi membela Newcastle.
“Sejak pulang dari Piala Asia, saya sangat jarang dimainkan. Sangat sulit untuk menembus tim utama apabila Almiron dan Rondon bermain dengan sangat baik. Ini membuat frustasi. Tapi saya tetap harus berlatih dengan keras,” kata Muto.
Muto memang datang di saat yang salah. Ia disebut sebagai pembelian panik oleh suporter Newcastle. Bukti bahaw pemilik klub, Mike Ashley, memiliki kebijakan yang cacat. Muto ke Newcastle, tapi Benitez tidak punya kesempatan untuk memberi kontrak permanen untuk Rondon yang terbukti lebih jitu. Lebih parah lagi, kedatangan Muto mengorbankan Dwight Gayle yang kerap kali menjadi penyelamat the Magpies di situasi genting.
Dicoret Tim Nasional
Foto: Japan Times
Apakah Muto masih punya masa depan bermain di Inggris? Melihat catatan sejarah, jika ia ingin menjadi pilihan utama, hal itu akan sangat sulit terjadi. Setidaknya di level Premier League. Tapi jika bangku cadangan cukup baginya, bisa saja ia bertahan di divisi tertinggi sepakbola Inggris untuk tiga sampai empat tahun lagi.
Masalahnya, dengan penampilan buruk dan minim kesempatan di Newcastle. Muto tidak memiliki peminat baru. Setidaknya dalam satu bulan terakhir tidak ada kesebelasan yang disebut siap menampung jasanya. Padahal pria kelahiran Juli 1992 ini sempat punya masa depan cerah di dunia sepakbola dunia.
Kini, Muto bukan hanya menjadi pilihan ke-sekian di Newcastle, dirinya juga mulai dicoret dari tim nasional Jepang. Selepas Piala Asia 2019, Muto tidak dipanggil lagi untuk uji coba melawan Kolombia dan Bolivia pada Bulan Maret.