Nicolas Pepe resmi menandatangani kontrak lima tahun dengan Arsenal. Akhirnya, satu lagi saga di musim panas 2019 telah mencapai konklusi. The Gunners harus memecahkan rekor transfer mereka untuk mendatangkan Pepe. Mengirim 72 juta Pauns kepada Lille OSC, tak hanya membuat Pepe lebih mahal dibanding pemegang rekor transfer Arsenal sebelumnya, Pierre-Emerick Aubameyang, tapi dia juga menjadi pemain Afrika termahal di dunia.
Arsenal lebih boros dibandingkan peserta Chinese Super League (CSL), Beijing Guoan, saat mereka mendaratkan Cedric Bakambu dari Villarreal dengan dana 65 juta Pauns. Padahal, alokasi dana belanja Arsenal di musim 2019/2020 kabarnya tidak mencapai 72 juta Pauns. Tapi setelah melepas Krystian Bielik, David Ospina, dan Takuma Asano, Unai Emery dapat tambahan uang jajan sebesar 16 juta Pauns untuk memboyong Pepe.
“Pepe adalah pemain yang bertalenta dan digadang-gadang akan menjadi pemain besar. Ia dikejar berbagai kesebelasan ternama Eropa. Saya sangat senang ia bergabung ke Arsenal. Mendapatkan penyerang sayap yang berkualitas merupakan salah satu target utama kami,” kata Emery.
“Pepe bisa memberikan suntikan kreativitas dan tenaga untuk membantu tim mencetak gol. Dia mungkin satu-satunya pemain yang benar-benar bisa mengangkat kualitas tim ini,” lanjut nakhoda asal Spanyol tersebut.
Kualitas Pepe memang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Kepala Pelatih Paris Saint-Germain (PSG) Thomas Tuchel bahkan mengaku terpukau melihat kemampuan pemain kewarganegaraan Pantai Gading tersebut.
“Dia pemain yang berbahaya. Cepat dan kuat. Dirinya dapat mencetak gol dan kita semua tahu itu. Pepe bisa menjadi pemain besar di masa depan. Jika dirinya ingin bermain di PSG, saya tidak akan keberatan,” kata Tuchel yang sebenarnya sudah memiliki Neymar, Edison Cavani, dan Kylian Mbappe di lini depannya.
Terlibat dalam 33 gol dari 38 pertandingan Ligue 1, Pepe adalah pemain paling produktif kedua di divisi sepakbola tertinggi Prancis 2018/2019. Dengan memberikan kontribusi gol setiap 100 menit, Pepe hanya kalah dengan Mbappe yang terlibat dalam 42 gol sepanjang musim.
Berperan Bagaikan Hazard di Chelsea?
Foto: SkySports
Kehadiran Pepe di Premier League bertepatan dengan perginya Eden Hazard ke La Liga. ini membuat berbagai pihak mengatakan bahwa Pepe bisa efek magis serupa dengan Hazard mengingat keduanya merupakan mantan pemain Lille. Mulai dari situs khusus the Gooners, Arsenal Core, Sportskeeda, hingga Coach’s Voice mengatakan hal serupa. Apalagi Pepe jadi pemain pertama yang berhasil mencetak 20 gol atau lebih untuk Lille sejak era Hazard.
Pengaruh Hazard di Chelsea sudah terbukti krusial. Nahkoda the Blues pada 2018/2019, Maurizio Sarri, bahkan tidak keberatan memiliki penyerang yang kurang produktif seperti Olivier Giroud dan Alvaro Morata karena dirinya percaya Hazard memiliki potensi mencetak 40 gol dalam satu musim. Sesuatu yang gagal jadi kenyataan sampai-sampai Sarri harus meminjam Gonzalo Higuain.
Hazard adalah pembelian terbaik Chelsea pasca periode pertama Jose Mourinho di Stamford Bridge. Siapapun yang menangani Chelsea, Hazard selalu berhasil menjadi andalan klub. Entah itu Roberto Di Matteo ataupun sekelas Guus Hiddink dan Rafael Benitez, Hazard selalu berperan krusial.
Selama tujuh tahun di Chelsea, dirinya terlibat dalam 202 gol. Mencetak 110 di antaranya dengan nama sendiri, Hazard masuk ke dalam 10 pemain paling produktif yang pernah dimiliki oleh Chelsea. Bagaimana dirinya kemudian mendarat di Santiago Bernabeu dan mengenakan seragam Real Madrid adalah sebuah pembuktian tersendiri. Tak sembarang pemain bisa membela Los Blancos.
Masih di Level Gervinho
Foto: The Hard Tackle
Menurut Jose Fonte, rekan satu tim Pepe yang pernah mengangkat Piala Eropa pada 2016, penyerang kelahiran 29 Mei 1994 itu sebenarnya juga bisa seperti Hazard. “Pepe memiliki kesempatan untuk bermain di mana saja dan tetap tampil impresif. Entah itu Manchester City, FC Barcelona, Real Madrid, dia akan bisa membuktikan dirinya”.
Namun, komentator LOSC TV, Mickael Foor, berharap Pepe tidak dibayang-bayangi oleh Hazard selama di Premier League. Pasalnya, menurut Foor kualitas Pepe belum sebagus Hazard. “Dia pemain yang berbahaya dan pintar. Sangat efisien di depan gawang,” buka Foor.
“Dalam sejarah klub [Lille], kami punya banyak pemain hebat. Menurut saya, Pepe masih ada di level Gervinho. Dia punya peluang menjadi besar namun perkembangannya belum berakhir. Untuk saat ini, Hazard masih ada di atas pemain-pemain Lille lainnya,” jelasnya.
“Ada di level Gervinho” seharusnya tidak diterima sebagai hinaan oleh suporter Arsenal. Sekalipun sering membuat frustasi para penghuni tribun Emirates Stadium, Gervinho juga rajin menyelamatkan klub di situasi genting.
Selama dua musim di London Utara, Gervinho memberikan kontribusi dalam 23 gol dari 63 laga. Meski minim mencetak gol, ia rajin membantu pertahanan dan pas untuk melengkapi karakteristik Robin van Persie, Giroud, Theo Walcott, dan Andriy Arshavin.
Menjalani Peran Sadio Mane di Liverpool
Foto: Joe.co.uk
Masih ‘ada di level Gervinho’ membuat Pepe tidak mungkin bisa menjadi seperti Hazard. Ia tidak akan menjadi tumpuan utama di lini depan Arsenal. Tidak seperti Hazard di Chelsea. Namun, bukan berarti itu buruk. Melihat lini depan yang dimiliki Emery, mungkin lebih pas apabila membandingkannya dengan Liverpool.
The Reds memiliki Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino sebagai trisula maut. Memecahkan rekor transfer mereka di musim panas 2019, Arsenal memiliki Aubameyang, Lacazette, dan Pepe untuk membombardir gawang lawan. Jika Jurgen Klopp punya Salah sebagai poster utamanya, Emery mungkin menggunakan Aubameyang untuk hal serupa. Sementara Pepe akan menjadi Mane.
Mane selalu dilihat sebagai pendamping Salah meski tak kalah berbahaya dan produktif di depan gawang lawan. Pada musim pertama Mane main dengan Salah (2017/2018), dirinya hanya terlibat dalam 17 gol di Premier League. Mencetak 10 gol dengan namanya sendiri, Mane kalah produktif dibandingkan Firmino (15) dan Salah (32). Pada musim 2018/2019, produktivitas Salah dan Firmino menurun. Tapi Mane yang ada di luar lampu sorot berhasil menggandakan jumlah gol miliknya. Liverpool pun tetap kompetitif dan berbahaya.
Hal serupa juga bisa dilakukan Arsenal dengan kombinasi Aubameyang-Pepe. Biarkan Pepe lebih fokus menghidupkan Aubameyang dan Lacazette tanpa terlalu banyak mencetak gol di musim pertamanya. Ketika fokus sudah beralih ke dua pemain itu, barulah ia menggila di depan gawang lawan. Mengimbangi Aubameyang dan Lacazette.
Tidak mencapai ‘level Hazard’ bukanlah hal buruk untuk Pepe. Justru itu mungkin akan lebih baik untuk dirinya dan juga Arsenal secara keseluruhan.