Trinidad & Tobago menghancurkan asa USMNT a.k.a. Timnas Amerika untuk berlaga di Piala Dunia 2018. Hasil ini disesali banyak pihak karena sejak 1990, Amerika Serikat tak pernah gagal lolos ke Piala Dunia.
Beberapa pihak menyatakan kegagalan Amerika Serikat kali ini merupakan kegagalan struktural baik dari manajemen tim nasional, maupun USSF sebagai PSSI-nya Amerika Serikat. Namun, menurut sejumlah sumber, berikut beberapa penyebab kegagalan Amerika Serikat.
-
Pemecatan Jurgen Klinsmann
Pemecatan Jurgen Klinsmann akibat kalah dari Kosta Rika dan Meksiko bisa dibilang sebagai salah satu awal dari menurunnya performa Amerika Serikat. Presiden USSF, Sunil Gulati, akhirnya menunjuk Bruce Arena.
Padahal, sebelumnya Klinsmann berhasil membawa Amerika Serikat juara di Gold Cup. Selain itu, laporan keuangan USSF juga menunjukkan pendapatan 44 juta USD. Hal ini tidak lepas dari peran Klinsmann yang menjadi daya tarik bagi warga Amerika Serikat untuk menonton langsung pertandingan.
Klinsmann juga dianggap salah satu pionir dalam pembinaan pemain muda dan struktur kompetisi hingga U-10. Pemcatannya juga disesalkan oleh Landon Donovan, salah satu legenda sepakbola Amerika Serikat yang mengungkapkannya dalam twitternya.
-
Arogansi pelatih tim di Amerika Serikat
Claudio Reyna, Sports Director New York City FC, mengkritisi arogansi pelatih yang ada di MLS (Mayor League Soccer), maupun pelatih di kelompok umur. Menurutnya pelatih tim di Liga Amerika terlalu arogan. Lewat pernyatannya, Reyna menjelaskan, “Mereka (pelatih tim MLS), selalu merasa lebih baik dari yang kualitas mereka sebenarnya, anda pergi ke Argentina, Jerman dan Spanyol, anda melihat hal yang tidak ada di sini.”
“Anda memiliki pelatih U-14, U-15 di Spanyol, yang jauh lebih ramah dibanding pelatih U-14 dan U-15 yang berasal Connecticut, New Jersey, atau New York, yang merasa dirinya sebagai Guardiola atau Patrick Viera, ini sangat menjemukkan, dan semua baru terasadar ketika hal ini (gagal lolos ke Piala Dunia) terjadi.”
-
Terlalu mengandalkan pemain senior
Tim Howard, DaMarcus Beasley, Clint Dempsey, masih memiliki peran yang belum tergoyahkan di skuat Amerika Serikat. Di usia yang tidak lagi muda, belum ditemukan regenarasi yang memilik kemampuan sepadan dengan pemain tersebut.
Posisi yang paling kritis adalah pos yang diisi oleh Tim Howard. Hingga saat ini belum ada pengganti dengan kualitas sepadan pemain berusia 38 tahun tersebut. Brad Guzan yang berusia 5 tahun lebih muda, belum menunjukkan kualitas yang sama dengan Howard. Bahkan, tiga penjaga gawang utama Amerika Serikat saat ini diisi pemain yang berada di usia senja: Howard 38 tahun, Guzan 33 tahun, dan Nick Rimando 38 tahun.
Hal yang sama juga ada di lini pertahanan dan lini depan yang masih mengandalkan muka lama seperti Geoff Cameron (32 tahun), DaMarcus Beasley (35 tahun) Clint Dempsey dan Chris Wondolowski (keduanya 34 tahun).
-
Skema yang terlalu sentris
Menonton pertandingan Amerika Serikat selama kualifikasi Piala Dunia terkesan monoton. Serangan bola hanya menuju satu pemain: Bob Bradley, kapten sekaligus motor serangan.
Bola selalu mengalir dari kaki pemain Toronto FC ini, nyaris tanpa variasi serangan. Ini membuat permainan Amerika Serikat sangat mudah dibaca. Pergerakan tanpa bola untuk membuka ruang nyaris nihil.
Hanya Christian Pulisic yang selalu mencoba membuka ruang lewat dribbling. Selain itu semua serangan selalu dimulai dari Bradley untuk melakukan direct ball ke depan atau memaksa Bradley bekerja keras sendirian untuk melakukan drive ke depan.
-
Tekanan media
Sepakbola di Amerika Serikat masih dipandang sebelah mata dibanding tiga olahraga lain seperti bisbol, bola basket, dan American Football. Ketika Amerika Serikat menjuarai Gold Cup pada Juli lalu, warga Amerika bahkan masih lebih antusias dengan pertandingan MLB antara Chicago Cubs melawan Boston White Sox. Bahkan hanya segelintir media yang menjadikan prestasi Amerika Serikat sebagai highlight.
Namun ketika USMNT gagal lolos ke piala dunia, hampir tidak ada satupun media yang tidak menyoroti kegagalan yang dianggap memalukan dunia olahraga Amerika Serikat.
-
MLS yang menjadi “profit oriented league”
Amerika Serikat resmi ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia 1994. Ini juga menjadi cikal bakal MLS yang tujuan awalnya untuk menyuplai pemain timnas.
Seiring berjalannya waktu, MLS mulai dibangkitkan sisi industrinya. Salah satunya dengan mendatangkan David Beckham saat bergabung dengan LA Galaxy. Namun, industrialisasi MLS dianggap kebablasan. Klinsmann bahkan pernah mengeluhkan kalau klub MLS tak lagi kooperatif dengan timnas. Pemain bintang yang didatangkan juga sekadar pemanis kompetisi, bukan untuk meningkatkan daya saing dan sebagai mentor pemain-pemain muda.