Melejitnya karier Serge Gnabry di Bayern Munchen memberi rasa pahit di lidah suporter Arsenal. Meski Gnabry sendiri merasa Arsenal adalah bagian besar dalam dirinya, Gooners –julukan pendukung Arsenal- merasa mereka telah membuang talenta berharga dari akademinya.
Selama membela the Gunners, Gnabry hanya tampil 18 kali. Ia lebih sering membela tim U23 atau pergi sebagai pemain pinjaman. Entah itu West Bromwich Albion ataupun Werder Bremen. Tampil impresif di Bremen, Gnabry pun memutuskan untuk tidak kembali ke London Utara.
Keputusan yang berakhir dengan positif. Dirinya berhasil mewujudkan mimpi membela Bayern dan membuat suporter Die Roten tak merasa rindu dengan Arjen Robben ataupun Franck Ribery. Setelah melihat penampilan Gnabry melawan Tottenham Hotspur di pekan kedua Liga Champions 2019/2020, Gooners pun rindu dengan dirinya.
“Saya kesal melihat Arsenal menyerah dan melepas Gnabry yang benar-benar mematikan. Dibanding membentuk pemain mereka sendiri, the Gunners lebih memilih membeli Nicolas Pepe. Melihat Gnabry di Bayern adalah sebuah ironi pahit,” aku Robert Lusetich, mantan pegawai Fox Sports, suporter Arsenal, sekaligus pengarang buku ‘UNPLAYABLE:An Inside Account of Tiger’s Most Tumultuous Season’.
Akademi Bagian dari Tradisi
FOTO: Daily Mail
Meski demikian, Arsenal sebenarnya tak akan merindukan Gnabry dalam waktu lama. Melihat apa yang bisa ia lakukan ke Tottenham, rival sekota the Gunners, memang menyakitkan. Tapi dalam waktu yang bersamaan, Unai Emery juga sedang membentuk pemain-pemain muda Arsenal. Mulai dari Joe Willock, Reiss Nelson, hingga Miguel Azeez mulai siap membela tim senior.
Emery sadar bahwa dirinya perlu membangun jembatan antara akademi dan tim senior. Dirinya bahkan mengaku nilai akademi adalah hal pertama yang ia pelajari di Arsenal. “Waktu pertama mendarat di sini, saya belajar bahwa akademi merupakan bagian penting dari sejarah klub. Sudah jadi tugas saya untuk melanjutkan tradisi itu. Membangun jembatan pemain-pemain akademi dan senior,” kata Emery.
Arsenal memang terkenal aktif membentuk pemain muda. Bahkan hal itu menjadi salah satu ciri khas Arsene Wenger selama dua dekade lebih mengasuh Arsenal. Entah itu Cesc Fabregas, Jack Wilshere, Aaron Ramsey, Danny Welbeck, semuanya diberi kesempatan bermain untuk tim senior. Bahkan sosok kontroversial seperti Nicklas Bendtner saja mendapatkan peluang.
Jauh sebelum itu, the Gunners juga sudah memproduksi pemain berkualitas. Dari Niall Quinn, Martin Keown, Tony Adams, Paul Merson, Andy Cole, Paul Dickov, hingga Ray Parlour, semua adalah mantan binaan akademi Arsenal. Jadi seperti kata Emery, akademi adalah bagian penting dari sejarah klub.
Mengikuti tradisi itu, Emery tidak takut mengorbitkan pemain-pemain muda. Salah satu dari pemain muda itupun siap membayar rasa kehilangan Gnabry yang dirasakan oleh para suporter. Namanya, Bukayo Saka. Pemain keturunan Ghana yang bersinar di partai Liga Europa 2019/2020 lawan Eintracht Frankfurt dengan mencetak satu gol dan mengarsiteki dua lainnya dalam kemenangan 3-0.
Banjir Pujian
FOTO: Football. London
Emery pun sudah mulai menggunakan jasa Saka di Premier League sejak pekan ke-enam melawan Aston Villa. Dia kemudian masuk dalam susunan utama kontra Manchester United dan Bournemouth. Bahkan jadi arsitek gol Pierre-Emerick Aubameyang ke gawang David De Gea.
Emery pun bangga melihat perkembangan Saka dalam waktu singkat. “Saka telah berkembang pesat. Ia bahkan sudah bisa dibilang menjadi pemain penting dalam tim ini. Namun kami tak boleh terburu-buru. Tetap tenang dan sabar, yang jelas dia sangat membantu kami,” puji Emery.
Pujian bukan hanya didapat dari Emery. Tapi berbagai mantan pemain yang kini aktif menjadi pundit sepakbola di telivisi juga memberi acungan jempol kepada Saka. “Penampilannya sangat bagus. Untuk pemain yang masih remaja, dia bisa bangga dengan performanya,” ungkap mantan bek Liverpool Jamie Carragher.
“Saya tidak bermaksud menghina ataupun memberi beban kepada Nicolas Pepe yang didatangkan the Gunners dari Lille. Tapi penampilan Saka saat melawan Manchester United lebih terlihat sebagai sosok dengan harga 72 juta Pauns,” kata legenda Arsenal Martin Keown. “Melihat penampilan Saka, saya jadi teringat dengan Cristiano Ronaldo. Dia benar-benar ada di level yang berbeda,” aku mantan penyerang Manchester United Michael Owen.
Pengaruh Ljungberg
FOTO: Tribuna
Saka sendiri mengaku bahwa dirinya belajar dari Cristiano Ronaldo di masa mudanya. Tapi, keberhasilan Saka mencuat sebagai bintang baru Arsenal lebih dipengaruhi anggota the Invincible, Freddie Ljungberg. “Dia [Ljungberg] sudah menjadi guru saya sejak lama. Sejak saya berusia 15 tahun dirinya mengajarkan saya banyak hal. Dia yang selalu mengingatkan untuk bekerja keras karena dirinya percaya suatu saat saya akan menjadi pemain besar,” kata Saka.
“Dirinya mengajarkan pemahaman taktik sejak usia dini. Walaupun sebenarnya saya tidak mengingat semuanya. Ljungberg merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam perkembangan saya,” akunya. Begitu berpengaruhnya Ljungberg kepada Saka, pemain kelahiran 5 September 2001 itu pun merasa semua pujian yang ia terima tidak akan terjadi tanpa mantan pemain Swedia tersebut.
Saka sudah berada di jalan yang benar. Meski masih muda, dirinya tidak tertutup oleh nama besar pemain lain seperti Pepe. Nasibnya tidak akan berakhir seperti Serge Gnabry. Tinggal masalah waktu untuk dirinya benar-benar membuat suporter Arsenal tidak lagi menyesali kepergian Gnabry, karena di sisi lain jika the Gunners masih dibela Gnabry, mungkin Saka tak akan muncul.