Dalam idiom Italia “In bocca al lupo” berarti “semoga beruntung” dalam bahasa Indonesia. Sebuah keberuntungan yang harus dimiliki oleh pemain Italia yang memperkuat Boca Juniors, Daniel De Rossi.
Pemain asli binaan AS Roma tersebut memutuskan melanjutkan kariernya dan hengkang dari klub asal Ibukota Italia tersebut. Spekulasi banyak bermunculan. Beberapa tim asal Tiongkok dan Amerika Serikat sempat dikaitkan dengan kepindahannya. Namun De Rossi memilih Boca Juniors sebagai pelabuhan barunya.
Tersiar kabar bahwa banyak yang menyayangkan kepindahan De Rossi ke Boca Juniors. Dengan nama besar dan usia yang cukup senior (36 tahun), secara logis akan sulit berkompetisi dengan intensitas tinggi. Tentu lebih baik apabila hengkang ke Liga Super China atau MLS untuk mendapatkan gaji besar atau fasilitas bak selebriti.
Namun De Rossi bukanlah sosok seperti itu, penuturannya di laman resmi Boca Juniors menunjukkan statement yang cukup kuat: “Saya masih ingin bermain sepakbola, saya tidak bisa berhenti saat ini.”
Pernyataan De Rossi tadi cukup menjelaskan bahwa passion dan tekadnya untuk bermain sepakbola secara kompetitif masih menggelora. Transformasi De Rossi memang menunjukkan kecintaannya kepada sepakbola. Bersama Totti ia menjadi dua orang ikonik di kubu Serigala Roma atau sepakbola Italia. Semasa bermain untuk akademi, De Rossi adalah sosok striker, pun dengan debutnya saat itu pada 2001. Fabio Cappelo adalah pelatih yang memberikan kesempatan baginya kala Roma berhadapan dengan wakil Belgia, Anderlecht di Liga Champions.
Pada musim 2003 posisinya berubah menjadi holding midfield. Tidak butuh lama bagi De Rossi untuk menempati posisi barunya ini. Insting mencetak golnya tidak serta merta mati. Tendangan keras yang menjadi ciri khasnya, kerap membantu Roma memecah kebuntuan.
Pernyataan tegas diungkapkan De Rossi mengenai pilihannya ke Boca Juniors. Dalam sebuah wawancara, De Rossi diberikan pertanyaan “kenapa memilih Boca Juniors?” Jawaban De Rossi: “Kenapa berkata tidak untuk Boca,” pernyataan yang sangat tegas mengenai pilihannya. “Saya datang ke sini untuk berkompetisi dalam sepakbola. Saya masih berhasrat untuk bisa menampilkan yang terbaik,” tutupnya.
Lalu apakah Boca Juniors membutuhkan De Rossi? Pertanyaan yang mungkin akan mengudara, mengingat usia De Rossi yang hampir menginjak kepala empat, dan permainan Boca Juniors yang cukup cepat di bawah asuhan Gustavo Alfaro, mungkin akan sulit bagi De Rossi mengimbangi permainan Boca, ataukah demikian?
Skema Boca Juniors tepat bagi De Rossi
Boca Juniors sangat akrab dengan 4-4-2. Dalam dua laga awal Superliga Argentina, dua pivot dengan fungsi berbeda, mirip dengan Manchester United era Ferguson pada 2000-an. Dengan Agustin Almendra dan Jorgan Campunazo sebagai duo di lini tengah. De Rossi memang belum bermain dalam dua laga.
Namun yang harus diingat, Boca Juniors juga menghadapi jadwal padat. Mereka masih bermain di ajang Copa Libertadores yang memasuki babak perempat final dan laga Copa Argentina. Jadwal padat mereka ada di bulan Agustus dan pada tanggal 1 September nanti, Boca akan menghadapi rival abadi mereka, River Plate.
Jadwal padat tersebut tentu membuat De Rossi dibutuhkan, segudang pengalaman, kepimipinannya di atas lapangan, dan kemampuan adaptasi dari pemain bernomor punggung 16 ini cukup cepat, sehingga bukan tidak mungkin De Rossi akan dimainkan di laga-laga krusial.
Selain itu, Gustavo Alfaro gemar mengubah formasi menjadi 4-4-1-1 dengan menggunakan satu holding midfielder dan satu gelandang kreatif. Posisi yang sangat tepat bagi De Rossi untuk bisa langsung “nyetel” dengan Boca Juniors, dengan menempati pos holding midfielder sedangkan untuk menambah daya gedor, Boca biasanya akan memainkan Mauro Zarate yang didatangkan sejak musim lalu.
Nuansa Buenos Aires
Selalu ada pro-kontra dari kedatangan De Rossi ke Boca Juniors. Satu hal yang pasti, adaptasi bukanlah masalah bagi De Rossi. Boca Juniors sangatlah kental dengan nuansa Italia dan sudah mandarah daging.
La Boca adalah distrik kelas pekerja, mayoritas adalah pendatang dari Italia miskin di abad 17, berbeda dengan Rio de Plata yang merupakan asal dari River Plate yang berisi kaum borjuis Spanyol. Nuansa Italia sangat kental, bisa dilihat dalam beberapa pertandingan Boca, lagu atau chants supporter beberapa kali menggunakan Bahasa Italia. “Genoveses,” julukan lain dari Boca Juniors juga diambil dari salah satu pelabuhan di Italia.
Kultur Buenos Aires yang merupakan kota dengan basis supporter yang argresif, mirip dengan Roma dimana De Rossi menghabiskan 2 dekade berseragam AS Roma. Rivalitas pun tersaji : River Plate dengan Boca Juniors bisa dikatakan mirip dengan rivalitas Boca Juniors dan River Plate.
Apatisme pendukung tuan rumah
Namun tidak semua menyambut baik kedatangan De Rossi. Para pendukung Boca juga menganggap kedatangan De Rossi tidak terlalu membantu tim untuk jangka panjang, mereka justru menganggap kedatangan De Rossi hanya sebagai bagian dari pemasaran bukan secara taktikal.
Anggapan yang bisa juga dibenarkan. De Rossi bukanlah rekomendasi dari Gustavo Alfaro melainkan dari direktur olahraga Boca, Nicolas Burdisso. Burdisso merupakan pemain belakang Argentina yang sudah sangat lama bermain di Serie-A, dan sempat memperkuat AS Roma. Saat memperkuat Roma-lah hubungan De Rossi dan Burdisso terjalin.
Suara sumbang langsung menggema dari suporter Boca, selain kedekatan Burdisso dan De Rossi, supporter Boca Juniors juga menganggap kehadiran De Rossi sama seperti kedatangan Daniel Osvaldo ke Boca. Saat itu, pada tahun 2015, Osvaldo memperkuat Boca dari Southampton namun gagal menampilkan permainan terbaik. Selain usia, permainan Osvaldo tidak bisa diakomodir oleh para pemain Boca lainnya.
Pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone juga mengingatkan De Rossi, bahwa tidak mudah bermain di Boca Juniors dengan fanatisme dan tekanan dari para supporter, pun dengan taktikal permainan Argentina yang sangat berbeda dari Italia.
“Itu tidak akan mudah bagi De Rossi,” ujar Simeone di laman ESPN. “Dia berasal dari budaya Italia yang sangat taktis. Celah yang sempit, dengan garis-garis tim berdekatan. Dalam sepakbola Argentina tim-tim jauh lebih terbuka, dan ini rumit bagi mereka yang tidak terbiasa dengan itu,” lanju Simeone yang permain bermain bagi Boca pada 2005.
“Kesulitan tersebut terjadi pada saya ketika saya kembali dari Spanyol, ruang di lapangan di Argentina jauh lebih terbuka, dan saya menemukan ini sangat sulit. ” tutup Simeone.
Pun dengan para pemain dari Italia yang bermain bagi klub Amerika latin seperti Seedorf yang karirnya buntu kala bermain di Brasil, tentu ini alarm bahaya bagi De Rossi.
Namun De Rossi tetap memiliki peluang menunjukkan penampilan terbaik, apa yang kurang dari De Rossi untuk memperkuat Boca Juniors? Gairah yang masih sangat menyala dan tidak berubah seperti satu dekade silam bagi sepak bola, adalah modal penting baginya menunjukkan diri sebagai pemain penting dan masih sangat kompetitif bagi Boca Juniors.
In bocca al lupo!, De Rossi!