Degradasi Karier Si Egois, James Rodriguez

Di Piala Dunia 2014, Kolombia lolos hingga perempat-final untuk pertama kalinya sepanjang serajah mereka. Dibela Carlos Bacca, Cristian Zapata, dan Fredy Guarin yang sudah diakui kualitasnya di Eropa, justru nama James Rodriguez yang bersinar dalam tim asuhan Jose Pekerman. Mencetak enam gol dari lima pertandingan membuatnya menjadi pemain paling subur di Brasil. Mengalahkan Neymar dan Thomas Muller.

Tajam dan memiliki keahlian sebagai pengatur serangan, James akhirnya menarik minat Real Madrid. “Dia tampil luar biasa selama Piala Dunia. Raihan golnya adalah bukti bahwa dirinya layak disebut sebagai salah satu pemain terbaik dunia,” puji Florentino Perez usai menggelontorkan 71 juta pauns untuk jasa James.

Seperti pemain-pemain lainnya yang mendarat di Real Madrid, James mengaku kepindahan dari AS Monaco adalah ke Real Madrid telah mengubah mimpinya jadi realita. Pada musim pertama di Santiago Bernabeu, James membuktikan bahwa dirinya adalah pemain krusial bagi Los Blancos. Terlibat dalam 26 gol dari 29 pertandingan yang ia jalani di La Liga.

Namun lama-kelamaan dirinya tersingkir ke bangku cadangan. Zinedine Zidane lebih suka memainkan Marco Asensio ketimbang James. Membuat James terasingkan di Madrid. “Saya tidak mau dia pergi. Tapi dirinya ingin bermain lebih sering lagi. Jika itu masalahnya, saya tidak keberatan untuk memenuhinya,” kata Zidane.

“Orang-orang mengatakan Saya memiliki masalah dengan James. Hal itu tidak benar. Dia pemain yang hebat. Namun sebagai pelatih, sangat sulit untuk memilih pemain. Semoga saja ini menjadi motivasi bagi dirinya untuk membuktikan diri,” lanjutnya.

James kemudian dipinjamkan ke Bayern Munchen oleh Los Blancos. Bukan hanya untuk satu musim, tapi dua tahun sekaligus (2017-2019). Sempat kesulitan di Allianz Arena, ia perlahan bangkit. “Kami senang dan menikmati permainan James. Ia adalah pemain yang penuh imijinasi dan memiliki pikiran terbuka,” puji Jupp Heynckes.

“Awalnya saat datang ke sini, ia sempat mengalami frustasi. Tapi perlahan-lahan dia mulai nyaman di Munchen. Itu sangat penting untuk mengembangkan permainannya,” ungkap mantan nakhoda Bayern tersebut.

Gerah di Bangku Cadangan

Foto: AS

James mengaku senang di Bayern. Namun sama seperti nasibnya di Real Madrid, perlahan ia tersingkir ke bangku cadangan. Rasa frustasi kembali muncul dalam diri James. “Dirinya merasa tidak mendapat kepercayaan penuh di Bayern. Hal itu membuat dirinya kecewa dan ingin pergi dari Allianz Arena,” klaim Marca.

Masalahnya Real Madrid juga seperti tidak memiliki tempat untuk James. Reuni dengan Carlo Ancelotti disebut menjadi opsi. Namun menurut AS, hal itu sedikit mustahil apabila mengingat status Napoli yang sudah diakui sebagai salah satu kesebelasan terbaik dunia.

“Napoli sekarang disebut sebagai kesebelasan terbaik dunia. Mereka bisa mendatangkan Mauro Icardi atau Diego Costa jika mau menggantikan Arkadiusz Milik. Sementara James sudah sedikit mustahil,” tulis AS.

Legenda Kolombia, Rene Higuita, sempat mengatakan bahwa James bisa membela klub apapun di dunia. Melihat penampilan di Piala Dunia 2014, hal itu mungkin masuk akal. Namun lima tahun kemudian, potensi James untuk bisa menghidupkan kesebelasan apapun hilang. Bukan karena minim kesempatan. Melainkan karena sikapnya sendiri.

Saat di Real Madrid, ia kesal hanya menjadi pemain cadangan. Ketika di Bayern, ia disebut terlalu egois dan tidak mempedulikan klub. “Sekarang terlalu banyak pemain yang peduli hanya pada diri mereka sendiri. Merasa dirinya terlalu penting dan harus bermain,” kritik legenda Bayern dan Jerman Lothar Matthaus.

“Sikap James memperlihatkan betapa egoisnya dia. Marah kepada Niko Kovac dan teman-temannya hanya karena kekurangan jam terbang,” lanjut Matthaus.

Degradasi Karier

Foto: FourFourTwo

James Rodriguez memang pemain hebat. Itu sudah ia buktikan sejak Piala Dunia 2014. Tapi ia tidak bisa bermain di kesebelasan seperti Real Madrid dan Bayern Munchen. Die Roten dan Los Blancos bisa dibilang kesebelasan bertabur bintang. Meski label ‘Galacticos’ hanya dimiliki oleh Real Madrid, bukan Bayern.

Sedangkan James tidak bisa menjadi gugusan bintang atau salah satu planet di galaksi. Ia harus menjadi matahari agar bisa kembali bersinar seperti di Brasil. Melihat sikap yang dia diperlihatkan selama membela Real Madrid dan Barcelona, James mau mendapat perlakuan seperti Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo.

Bagaimana mereka menjadi poros permainan tim. Bahkan skuad yang dibangun harus sesuai dengan gaya permainan mereka. Jika hal itu tidak terjadi, James akan tergusur menjadi penghangat bangku cadangan dan kembali frutasi.

Masalahnya kini hanya satu; Seperti yang diutarakan oleh AS, kesebelasan ternama Eropa sudah tidak membutuhkan pemain egois seperti James. Entah itu karena mereka memilih untuk lebih kolektif, atau sudah memiliki pemain yang bertipikal sama dengan James.

Pada akhirnya, hal paling mungkin adalah melihat James menjadi tulang punggung klub seperti Olympique Lyon atau OGC Nice. Seperti Memphis Depay, Mario Balotelli, ataupun Hatem Ben Arfa. Itu bukan hal buruk, tapi tentu sebuah penurunan dari level Real Madrid dan Bayern Munchen.