Demarai Gray dan Zona Nyaman yang Merugikan

Foto: Leicester Mercury

Musim 2018/2019 jadi kampanye spesial untuk penyerang Leicester City, Demarai Gray. Setelah tiga tahun menggunakan seragam the Foxes, akhirnya pemain keturunan Jamaika itu benar-benar dipercaya menjadi pilihan utama di King Power Stadium.

Gray sebenarnya sudah mulai sering mendapatkan jam terbang bersama Leicester sejak satu musim sebelumnya. Namun, ketika itu posisinya masih terbatas di sisi penyerangan the Foxes. Ia masih harus membagi posisinya dengan Marc Albrighton dan Riyad Mahrez.

Setelah Mahrez pergi, Gray baru benar-benar bersinar. Secara personal, raihannya mungkin masih minim. Hanya mencetak empat gol dan arsitek satu lainnya dari 34 pertandingan di Premier League. Tapi setidaknya di bawah arahan Brendan Rodgers, potensi Gray kembali terlihat.

Ia selalu menjadi pemain yang berbahaya di belakang penyerang tunggal. Entah itu dari kiri, kanan, ataupun tengah. Saat masih ada Mahrez, dirinya lebih sering diminta untuk memeluk garis lapangan. Padahal sejak masih bermain di Birmingham City, Gray akan lebih terang ketika diberi kebebasan bergerak.

Itulah yang dimaksimalkan Rodgers. Mengingat the Foxes kini punya James Maddison yang lebih senang menyisir lapangan meski berposisi sebagai gelandang serang. Peran keduanya ditukar Rodgers dan Leicester bangkit. Lagipula, kemampuan Gray untuk mengirim umpan-umpan lambung bukanlah kekuatan utamanya.

Gray lebih senang menggiring bola, memecah pertahanan lawan, membangun serangan balik, dan sesekali melepaskan tendangan jarak jauh. Dirinya butuh kebebasan. Ketika baru ditunjuk sebagai nakhoda Leicester, Rodgers berjanji mengeluarkan kemampuan terbaik Gray. Janji yang ia penuhi dalam waktu singkat.

Ada di Tempat yang Tepat Sejak Muda

Foto: ESPN

Pertama mendarat di King Power Stadium pada Januari 2016, Demarai Gray sudah dikenal sebagai salah satu talenta paling menjanjikan di Inggris. Lahir dari Cadbury Athletic yang memperkenalkan Daniel Sturridge, Gray sudah ada di tempat yang tepat sejak muda.

Dari Cadbury Athletic, ia kemudian ditempa oleh Birmingham City yang mengorbitkan nama-nama seperti Nathan Redmond, Jack Butland, dan Andy Johnson. Semua berjalan sempurna. Gray adalah wonderkid!

Menjadi bagian penting di masa sulit the Blues, Gray pun mendapat pengakuan dari Premier League. Leicester akhirnya datang dan menebusnya dengan dana kurang dari empat juta Pauns. “Saya sangat senang bisa bergabung dengan Leicester. Bermain di Premier League selalu menjadi impian saya sejak kecil dan Leicester adalah tempat yang tepat untuk berkembang,” kata Gray.

Leicester memang tempat yang tepat. Tapi apakah Gray benar-benar berkembang?

Setelah tiga tahun mengenakan seragam the Foxes, dirinya butuh waktu lama untuk menembus tim utama. Ketika dimaksimalkan oleh Brendan Rodgers, tak ada sebuah kejutan atau senjata baru yang dimiliki Gray. Dirinya tetap sama seperti saat masih di St.Andrews.

Pada musim panas 2018, Tottenham, Liverpool, Lazio sempat dikabarkan berminat pada jasa Gray. Tapi sepertinya bukan karena ia telah jadi pemain yang lebih baik. Lebih karena dirinya baru terpapar lebih jelas di Premier League pada 2017/2018.

Tottenham bahkan sudah melayangkan tawaran kepada Leicester sejak Januari 2017. Tapi tawaran itu ditolak oleh Craig Shakespeare yang ketika itu menangani the Foxes. “Kami berusaha menjauhkan Gray dari kejaran Bournemouth dan Tottenham,” aku Shakespeare. “Kami tahu ia merupakan pemain penuh potensi dan memiliki karier yang menjanjikan,” lanjutnya.

Terlalu Nyaman dengan Status Wonderkid

Foto: Birmingham Mail

‘Penuh potensi dan memiliki karier menjanjikan’ itu sudah terlihat dalam diri Gray sejak ia membela Birmingham. “Gray jelas menjadi bagian dari masa depan Inggris. Ia memiliki keberanian untuk berduel dengan lawan dan bisa mengubah situasi dalam waktu singkat,” puji Gary Rowett, manajer Birmingham yang menjualnya ke Leicester City.

Lee Clark yang memberi kontrak profesional kepada pemain kelahiran 28 Juni 1996 itu bahkan sampai harus bertemu dengan ibu Gray untuk meyakinkan anaknya bertahan di Birmingham City. “Kita sudah kehilangan banyak pemain seperti Nathan Redmond dan Curtis Davies. Tapi kita juga memproduksi beberapa talenta hebat,” kata Clark menjelaskan tindakannya.

Sudah tiga tahun Gray membela Leicester City dan dirinya seperti terperangkap di zona nyaman. Tidak ada peningkatan hanya kesempatan lebih untuk memperlihatkan apa yang ia punya. Gray bahkan menjadi alasan Inggris U21 teringkir dari Piala Eropa 2019.

Meski mencetak gol pembuka the Young Lions ketika bertemu Romania, Gray dan kawan-kawan akhirnya tunduk 2-4 dan resmi tereliminasi dengan satu pertandingan tersisa. Bek Leicester U23 yang membela Romania, Alex Pascanu, mengaku negaranya diremehkan oleh seniornya di King Power Stadium.

“Gray mengatakan Romania akan menjadi pekerjaan mudah [bagi Inggris],” aku Pascanu. Sebuah perkataan singkat itu menjadi daya lecut anak-anak Romania. Akhirnya Gray dan kawan-kawan dipermalukan.

Demarai Gray, pemain jebolan Birmingham City yang hidup dengan motto ‘keep right on‘, selalu berjuang sampai peluit akhir berbunyi, meremehkan lawannya. Secara pribadi, ini adalah pukulan besar. Tapi di sisi lain, ini membuktikan bahwa Gray sudah terperangkap di zona nyaman.

Layak untuk Dibuang

Foto: Foxes of Leicester

Meski pergi meninggalkan Birmingham City untuk level yang lebih tinggi, Premier League, Gray seakan merasa dirinya sudah pasti memiliki masa depan di sepakbola Inggris. Dirinya selalu disebut sebagai pemain bertalenta, penuh potensial, sampai lupa tujuan utamanya ke Leicester City: Berkembang!

Ia merasa terpukul atas kegagalan Inggris U21. Tapi jika dia tak mengubah sikapnya dan terus merasa nyaman dengan label ‘pemain masa depan’, Gray akan gagal mencapai level seharusnya bisa ia capai.

Mungkin akan lebih baik apabila Leicester membuang Gray. Entah itu dengan menjualnya ke kesebelasan yang punya tekanan lebih tinggi seperti Tottenham. Atau meminjamkannya kembali ke Championship. Setidaknya dengan begitu Gray bisa belajar bahwa talenta saja tidak cukup.

Jika the Foxes terlalu mempertahankan dan memanjakan Gray, mereka juga yang akan rugi. Dalam waktu satu tahun, Gray resmi keluar dari kategori pemain muda. Dirinya tak memperlihatkan sebuah perkembangan. Nilai jualnya pun pasti akan ikut turun apabila terus begini.