Jika kita menyebut PSM Makassar sebagai salah satu tim besar di Indonesia, saya percaya tidak akan ada yang meragukan hal tersebut.
Di Indonesia, nama PSM menghadirkan sebuah epos tersendiri. Mulai dari epos sebagai tim sepakbola tertua di Nusantara, epos tentang ‘Pasukan Ramang’, sampai epos tentang juara di ajang Liga Indonesia 1999/2000 merupakan epos-epos yang sering dikaitkan dengan tim asal Makassar tersebut. Epos-epos itu juga yang membuat nama PSM harum di jagat sepak bola Indonesia.
Maka, tak heran di setiap musim Liga Indonesia, PSM kerap masuk sebagai salah satu kandidat juara liga. Bahkan, pada ajang Liga 1 2017 kemarin, mereka sukses menampilkan performa apik sampai akhir musim, meski akhirnya gelar juara gagal mereka dapatkan.
Dalam ajang Liga 1 2018 ini, penampilan PSM sebenarnya sempat meragukan. Pada akhir putaran pertama, tim berjuluk ‘Juku Eja’ itu hanya mampu duduk di posisi papan tengah klasemen Liga 1 2018. Mereka kalah saing dengan tim-tim lain macam Persib, Bali United, Bhayangkara FC, maupun Barito Putera.
Namun, memasuki putaran kedua ini, PSM mulai menanjak. Dari sembilan laga terakhir, mereka sama sekali tidak tersentuh kekalahan. Lima kali kemenangan dan empat kali hasil imbang menjadi catatan mereka sejauh ini, membawa mereka menggusur Persib dari puncak klasemen sementara dengan torehan 47 poin.
Sekali lagi, PSM masuk sebagai kandidat juara. Lalu, apa faktor di balik moncernya penampilan PSM ini?
Analisis Permainan PSM Makassar
Secara permainan, sebenarnya PSM tidak melakukan banyak perubahan seperti halnya di Liga 1 2017 silam. Formasi 4-2-3-1 masih menjadi dasar permainan mereka. Steven Paulle, Willem Jan Pluim, serta Marc Anthony Klok adalah tiga pemain asing yang masih menjadi poros permainan PSM.
Robert Rene Alberts selaku pelatih pun tidak banyak mengutak-ngatik permainan PSM. Ciri khas dari permainan PSM yang ngotot dan penuh determinasi masih terlihat. Namun, di putaran kedua Liga 1 2018 ini, ada modifikasi yang sedikit dilakukan oleh Rene Alberts.
Di putaran pertama, PSM tampak bermain grasa-grusu, terburu-buru, dan kerap kali meninggalkan ruang yang lebar di lini pertahanan mereka. Hal ini acap dimanfaatkan oleh para lawan PSM, ditambah lagi koordinasi antar bek PSM juga kacau dan tidak terlalu baik. Dalam empat laga awal putaran kedua saat menghadapi PSIS, Perseru, Persela, dan Barito Putera, hal ini juga masih tampak.
Namun, memasuki laga kelima putaran kedua menghadapi PS Tira, ada sedikit perubahan yang dilakukan oleh Robert Alberts. Determinasi dari PSM masih ada, tapi sikap grasa-grusu yang sempat mereka tunjukkan, perlahan mulai menghilang. PSM mulai bisa bermain dengan lebih tenang dan taktikal.
Ketika bertahan, formasi 4-2-3-1 PSM ini akan berubah menjadi 4-4-2. Dua sayap mereka akan mundur merapatkan jarak dengan dua gelandang tengah, dan Pluim akan mengambil posisi di lini depan sebagai pengalir bola saat serangan balik dilakukan. Dengan sistem seperti ini, pertahanan PSM menjadi lebih rapat dan sulit ditembus lawan.
PSM di Putaran Kedua
Hal ini terlihat dari catatan kebobolan PSM dalam sembilan laga terakhir. Dari sembilan laga, mereka hanya kebobolan 9 gol saja. Kebobolan terbanyak mereka pun hanya dua gol, dan itu terjadi saat mereka ditahan imbang Perseru. Sisanya, mereka hanya kebobolan 1 gol saja per laga, bahkan ketika lawan Sriwijaya FC, mereka sukses catatkan nirbobol.
Pendekatan berbeda diterapkan oleh PSM ketika menyerang. Saat mereka menyerang, terutama ketika menyeran balik, formasi 4-4-2 tersebut akan langsung berubah menjadi 4-2-1-3. Pluim sedikit mundur ke area sepertiga akhir, dan dua sayap mereka, biasanya M. Rahmat bersama Reva Adi Utama atau Zulham Zamrun, akan melesat naik.
Kecepatan kedua sayap, ditambah dengan distribusi apik Pluim yang masih menjalani peran “free role” di area sepertiga akhir dan kotak penalti lawan, menjadi kunci dari serangan PSM ini. Sejauh ini, mereka mampu bersinkronisasi dengan baik ketika menyerang. Dalam dua laga terakhir, M. Rahmat bahkan mampu menyumbang dua gol.
Serangan PSM ini juga ditopang oleh penyerang mereka, biasanya Guy Junior, yang rajin mengacak-ngacak pertahanan lawan dengan pergerakan liarnya. Guy kerap membuat konsentrasi bek terpecah, sehingga para pemain sayap PSM punya ruang untuk menembus masuk ke pertahanan lawan. Marc Klok, saat ada kesempatan, juga tak ragu untuk maju.
Hal inilah yang menjadikan PSM tampak tetap gahar dan pemuh dengan determinasi, tapi di sisi lain mereka juga lebih seimbang karena mulai memerhatikan aspek pertahanan. Tak heran, lima kemenangan di lima laga terakhir sukses mereka raih.
Mampukan PSM Makassar Juarai Liga Indonesia?
Liga 1 2018 masih menyisakan delapan laga lagi bagi PSM Makassar. Masih ada lawan-lawan berat yang akan mengadang mereka di depan, bahkan di tujuh laga ke depan, mereka berturur-turut akan menghadapi lawan berat, yaitu Persib, Madura United, Persipura, Persebaya, Persija, Bali United, dan Bhayangkara FC.
Konsistensi permainan tentu diperlukan oleh skuat asuhan Robert Alberts ini. Lagi pula, jika mereka memang ingin menjadi juara, tujuh laga ke depan ini akan menjadi ujian dari kepantasan mereka, apakah mereka layak dapat gelar Liga 1 atau tidak musim ini? Seharusnya, dengan permainan penuh determinasi seperti itu, mereka bisa melakukannya.