Faktor Menanjaknya Internazionale Milan di Serie-A 2019/2020

Serie-A musim 2019/2020 sangat tidak dapat diprediksi seperti sebelumnya. Niatan Internazionale Milan untuk mencuri scudetto dari tangan Juventus adalah alasannya. Keseriusan Inter untuk merebut puncak klasemen dari Juventus terlihat dari taktik Antonio Conte kepada energi permainan kesebelasannya.

Dampak langsung Conte kepada Inter membuat kesebelasan itu duduk di puncak klasemen sementara Serie-A musim ini. Posisi teratas didapatkan Inter setelah mengoleksi poin yang sama namun unggul selisih gol dari Juventus. Salah satu poin pentingnya adalah Inter merupakan kesebelasan paling sedikit kebobolan di Serie-A sejauh ini.

Mereka cuma kebobolan 20 gol dari 23 pertandingan Serie-A musim ini atas variasi tiga bek yang diterapkan Conte. Ditambah dengan performa terbaik Samir Handanovic di bawah mistar gawang. Ia sudah berhasil menjaga tujuh nirbobol, sehingga membuat Inter mendapatkan gelar pertahanan terbaik di Serie-A.

Penyelamatan terbaiknya adalah menangkis tendangan Joaquin Correa memakai ujung jarinya dan menyelamatkan penalti krusial ketika melawan Atalanta. Sementara lini serang menjadi lebih kuat dengan keberadaan duet Lautaro Martinez dan Romelu Lukaku.

Kesebelasan berjuluk I Nerazzuri itu sangat bergantung kepada keduanya untuk mencetak gol. Serangan Inter sering langsung mengarahkan bola kepada Martinez dan Lukaku. Padahal banyak orang yang bertanya-tanya apakah Lukaku layak ditransfer sejumlah 80 juta euro.

Mempertanyakan apakah dia bisa menjadi pengganti Mauro Icardi yang tepat dan memimpin Inter menuju musim yang sukses. Ternyata Conte tahu persis apa yang dia minta. Sejak tiba, Lukaku selalu luar biasa dan berkembang dari hari ke hari yang sangat cocok dengan taktik conte.

Lukaku sudah mengoleksi 17 gol Serie-A musim ini dan duetnya dengan Martinez terus membaik. Biasanya bola datang dari sayap ketika di antara mereka menemukan ruang kosong. Proses itu terjadi dengan cepat. Seolah kesebelasan yang berdiri sejak 9 Maret 1908 itu tak butuh waktu lama untuk membuat transisi serangan.

Maka dari itu Inter bukanlah kesebelasan yang memiliki penguasaan bola dengan rataan tinggi. Penguasaan bola mereka cuma 51,9 persen per laga sehingga cuma berada di peringkat delapan dalam soal ini. Selain serangan langsung, Conte lebih menciptakan peluang melalui situasi bola mati.

Melalui proses serangan keseluruhan ini, Inter sanggup menciptakan 6,3 tembakan sukses per laganya. Conte selalu memiliki pendapat yang seringkali tidak tergoyahkan. Bagian dari dirinyalah yang membuatnya begitu sukses.

Pelatih berusia 31 Juli 1969 itu hanya percaya kepada dirinya sendiri. Sulit untuk berdebat dengannya tentang penjualan Icardi dan Ivan Perisic. Pada akhirnya, pendapat dan keputusannya itu akhirnya dibenarkan olehnya sendiri. Ruang ganti Inter tampaknya lebih menyatu dan sekarang berada dalam perburuan gelar.

Meski terkadang ada kesalahan defensif, kekuatan serangan Inter tetap saja menghancurkan dan selalu siap menerkam.

Bursa Transfer Januari Sebagai Protagonis Internazionale Milan

Conte sudah menghabiskan 156,6 juta euro pada bursa transfer musim panas lalu. Tapi jangan lupa, bahwa ia adalah tipe pelatih penuntut. Conte akan mengeluh jika ada pelayanan klub yang dirasa kurang. Ingatlah kutipan Conte saat bersama Juventus pada sekitar enam tahun lalu.

Tentang bagaimana ia menganalogikan ambisi Juventus mengejar gelar Liga Champions sama seperti makan di restoran seharga 100 euro dengan uang 10 euro. Mungkin jika ada perlombaan mengeluh transfer pemain, mungkin Conte adalah juaranya.

Ia juga sempat mengatakan kurangnya alternatif pada pasukannya dengan merasa skuatnya kurang dalam. Bagi Conte, itu semua demi kesempurnaan. Memang terkadang para pemain Inter memperlihatkan tanda-tanda kelelahan dan membutuhkan istirahat.

Maka secara realistis, pasar transfer Januari menjadi protagonis pertarungan mereka untuk scudetto. Conte selalu ingin menunjukan kekejaman skutanya dalam persaingan juara Serie-A musim ini. Sebab Nicolo Barella dan Stefano Sensi sempat cedera.

Absensi mereka membuat lubang di lini tengah. Dua pemain itu memulai musim ini dengan luar biasa dengan menjadi kontributor utama permainan Inter. Tapi masalah cedera membuat Inter sempat sulit mencetak gol di beberapa pertandingannya.

Maka dari itu kedatangan Christian Eriksen akan memberikan dinamisme yang Conte cari. Sekarang, Inter memiliki salah satu playmaker terbaik di sepakbola. Ia ditempatkan di belakang pasangan penyerang terbaik di Serie-A musim ini. Tentunya kombinasi ini adalah yang berbahaya untuk kesebelasan mana pun.

Inter juga merekrut Ashley Young dan Victor Moses. Dua pemain sayap tersebut adalah apa yang dibutuhkan kesebelasan berusia 111 tahun ini. Masalah cedera Kwadwo Asamoah adalah kewajiba Conte untuk mendatangkan Young dan Moses.

Keberadaan mereka juga membuat sistem 3-5-2 Inter memiliki jumlah energi yang tak ada habisnya. Young dituntut Conte karena fleksibilitas kemampuannya untuk bermain di kedua sisi sayap. Mantan pemain Manchester United itu akan memberikan kreativitas di sisi lapangan Inter yang terkadang terlihat hampa.

Debut Young pun memberik bukti mengapa Conte membutuhkannya. Sementara Moses adalah bagian penting Conte ketika melatih Chelsea dengan formasi 3-4-3. Kecepatan dan akselerasi Moses mengurangi beban serangan sekaligus menjadi tambahan kekuatan lini belakang Chelsea waktu itu.

Sebab mantan sayap itu adalah pemain pekerja keras. Ini adalah pernyataan niat yang jelas dari Inter. Mereka sedang mendorong perahu besar untuk merebut scudetto dari Juventus. Secara teori, pemain-pemain itu harus membantu Inter memenangkan gelar dalam jangka pendek.

Conte memilih untuk melewatkan rencana Inter tentang pengembangan pemain muda yang membutuhkan waktu lama. Kedatangan Young, Eriksen dan Moses bukanlah pemain muda lagi. Itulah tanggaung jawab Grup Suning ketika memperkerjakan Conte dan Giuseppe Marotta sebagai Direktur Teknik untuk menjadi kesebelasan pemenang.

Inter pun masih punya kesempatan realistis untuk memenangkan Liga Champions atau Coppa Italia musim ini. Di sisi lain, Conte tidak bisa lagi menggerutu tentang kedatangan pemain dari kesebelasan medioker di Serie-A kepada kesebelasan yang dilatihnya.