Analisis Naik-Turun Performa Everton

Sebelum akhir November, seperti ada energi negatif yang terpancar dari Goodison Park. Dalam 20 pertandingan terakhir di semua ajang, mereka mencatatkan 12 kekalahan dengan lima hasil seri. Apa yang sebenarnya terjadi? Analisis Naik-Turun Performa Everton

Musim lalu, sejatinya Everton bermain cukup menjanjikan dengan menempati peringkat ketujuh klasemen akhir. Di awal musim, neraca belanja mereka kian berat yang menunjukkan ambisi mereka untuk lebih baik pada musim ini. Meskipun begitu, sejumlah pemain juga dilepas seperti Romelu Lukaku, Gerard Deulofeu, dan Tom Cleverley.

Beberapa pemain didatangkan dengan total 142 juta paun seperti Gylfi Sigurdsson, Michael Keane, Jordan Pickford, Sandro Ramirez, hingga Davy Klaassen. Nama-nama di atas jelas bukan pemain kelas dua, karena juga menjadi incaran banyak kesebelasan besar. Namun, mengapa performa mereka sempat menurun, bahkan gagal lolos ke fase gugur Europa League setelah hanya mengemas satu poin?

Berikut kami sajikan alasan naik-turun performa Everton.

  1. Lini belakang yang rapuh

Michael Keane Everton
Michael Keane yang belum padu di lini belakang Everton –
Analisis Naik-Turun Performa Everton

Hingga pekan ke-13, Everton telah kemasukan 28 gol atau 2,6 gol per pertandingan. Trio bek Michael Keane, Ashley Williams, dan Phil Jagielka, belum memberikan kenyamanan bagi lini pertahanan Everton.

Dengan skema empat maupun tiga pemain bertahan, Everton belum menermukan komposisi lini belakang yang pas. Blunder juga seringkali dilakukan lini belakang Everton, salah satunya blunder Ashley Williams ketika menghadapi Manchester United di Old Trafford.

Dalam skema empat pemain bertahan 2 full-back mereka, Leighton Baines dan Jonjoe Kenny, di kanan kerap kali terlambat turun ketika terjadi serangan balik. Di skema 3 bek, 3 pemain bertahan Everton seringkali kesulitan mengantisipasi pergerakan pemain lawan yang memiliki kemampuan membuka ruang.

Saat melawan Southampton, kecepatan Dusan Tadic dan Charlie Austin diiringi kreativitas pergerakan Steven Davies, sukses memporak porandakan lini belakang Everton. Belum kembalinya Seamus Coleman yang merupakan full-back kanan mereka juga dianggap sebagai kehilangan cukup besar di lini bertahan.

  1. Belum adanya striker yang mumpuni

Wayne Rooney Everton
Analisis Naik-Turun Performa Everton

Hengkangnya Romelu Lukaku, coba ditambal dengan mendatangkan pemain sekelas Sandro Ramirez, Wayne Rooney, dan dimanjakan dengan kehadiran gelandang sering kreatif seperti Gylfi Sigurdsson dan Davy Klaassen.

Namun hingga pekan ke-13, Everton baru mengemas 13 gol. Ramirez belum menujukkan tajinya seperti yang ia lakukan bersama Malaga musim lalu. Wayne Rooney sendiri sudah mencetak empat gol, namun masih tampak kesulitan untuk mencari konsistensi permainannya.

Kemudian muncul nama Oumar Niasse yang sempat dicampakkan oleh Ronald Koeman. Bahkan musim lalu, dengan tegas Koeman tidak akan memberikannya kesempatan bermain.

Kini, Niasse justru menjadi pemain tersubur bagi Everton dengan torehan 5 gol di liga (hingga pekan ke-13). Namun hal tersebut tidak lantas membuat Niasse terus dipasang sebagai starting line up. Di beberapa kesempatan, winger Kevin Mirallas bahkan ditempatkan menjadi striker tunggal, seperti yang dilakukan ketika kalah 1-2 dikandang menghadapi Lyon di ajang Europa League.

Catatan redaksi: Hingga pekan ke-18, top skorer Everton adalah Wayne Rooney dengan 10 gol di Premier League.

  1. Inkonsistensi permainan

David Moyes Everton
Analisis Naik-Turun Performa Everton

David Moyes, mantan menejer Everton turut mengomentari buruknya penampilan Everton dibandingkan dengan West Ham musim ini, “Anda akan mendapatkan sebuah perasaaan bagus di sini (West Ham). Anda harus memiliki konsistensi dan kestabilan untuk maju, sulit apabila Everton tidak mencapai itu, seperti musim ini.”

Inkonsistensi memang kerap terjadi dalam permainan Everton. Mengawali musim dengan mengalahkan Stoke City di kandang dan menahan imbang Manchester City di Etihad Stadium, permainan Everton seolah terjun bebas pasca dikalahkan Chelsea 2-0, dilibas Tottenham 0-3 di kandang sendiri, dan kalah 0-4 melawan Manchester United.

Grafik penampilan sempat sedikit meningkat menghadapi AFC Bournemouth dengan kemenangan 2-1, sebelum kembali kalah melawan Burnley di kandang sendiri. Inkonsistensi ini diduga disebabkan belum adanya pakem formasi yang tepat dari Everton sendiri.

Di era Ronald Koeman, susunan starting line up cukup sering mengalami pergantian tiap pekan. Formasi pun kerap berganti, dari skema tiga pemain bertahan yang digunakan dalam tiga pertandingan pertama, berubah menjadi empat pemain belakang pasca kekalahan melawan Manchester United.

Susunan bek tengah juga masih sering diganti. Pun dengan lini tengah. Sejauh ini, baru Gylfi Sigurdsson adalah pemain yang cukup konsisten dan sering dimainkan di lini tengah. Sedangkan di lini depan, Everton masih mencari performa terbaik dari Sandro Ramirez, Wayne Rooney, dan kestabilan dari Niasse.

  1. Mentalitas pemain Everton

Unsworth Everton
Analisis Naik-Turun Performa Everton

Pasca dipecatnya Ronald Koeman, David Unsworth ditunjuk sebagai caretaker. Baru 37 hari menjabat, Unsworth, pasca kekalahan dari Southampton, mempertanyakan mentalitas dari pemain Everton sendiri.

“Saya pikir kami ada dalam situasi yang cukup sulit, kami kehilangan mentalitas untuk bersaing di level ini,” tegas Unsworth. “Beberapa pemain seperti tidak mengetahui tanggung jawabnya, beberapa menganggap remeh dan bermain cukup buruk.”

Unsworth juga mengeluhkan perbedaan performa ketika latihan dan bertanding, “Kami memiliki sesi latihan yang cukup baik, beberapa pemain bahkan nampak menonjol, namun semua berubah ketika pertandingan dimulai, kami butuh pemain yang siap untuk pertandingan, bukan hanya untuk latihan.”

 

***

Saat ini, Sam Allardyce yang ditunjuk sebagai manajer Everton. Di tangannya, Everton dikembalikan ke peringkat kesembilan di pekan ke-18. Bersama Allardyce, Everton meraih empat kemenangan dan satu hasil seri dari 5 pertandingan terakhir. Menarik untuk menyaksikan bagaimana performa Everton selanjutnya.