Kenapa di Chelsea, Sarri Memilih Jorginho?

Maurizio Sarri mungkin masuk ke dalam daftar pelatih yang memiliki tebusan paling mahal di Eropa. Bagaimana tidak? Chelsea memberikan dana 65 juta Euro ke Napoli untuk mendatangkan Sarri dan Jorginho. Sebagian besar dari uang tersebut dikeluarkan Roman Abramovich demi membuat Jorginho ikut dengan Sarri.

Padahal Jorginho juga mendapat tawaran dari Manchester City asuhan Pep Guardiola dan dana transfer yang ditawarkan tidak berbeda jauh. Namun, gelandang berpaspor ganda -Brasil dan Italia- itu memilih masuk ke dalam kesepakatan Sarri. Menurut laporan La Repubblica, dengan memboyong Jorginho, Chelsea dilarang membeli pemain lain dari Napoli.

“Dengan dana 65 juta Euro, Chelsea akan mendapatkan Sarri dan Jorginho. Namun, Napoli juga meminta Chelsea untuk tidak berusaha mengaktifkan klausul pelepasan pemain lain. Entah itu Elsaid Hysaj, Jose Callejon, atau siapapun,” tulis La Repubblica.

Tidak diizinkan mengaktifkan klausul pelepasan pemain lain sama saja dilarang untuk membeli mereka. Logikanya, klausul pelepasan adalah harga tertinggi yang dipasang oleh sebuah klub untuk melindungi pemain mereka dari tim lain.

Andai kata, ada klub yang bisa menebus dana yang dipatok, tim pemilik dilarang menolak tawaran tersebut dan menyerahkan segalanya ke pemain. Jika Chelsea dilarang menebus klausul pelepasan berarti Napoli tak ingin melepas mereka.

Ini berarti Jorginho berpeluang jadi satu-satunya pemain Napoli yang ikut ke Stamford Bridge di musim pertama Sarri. Pertanyaannya kenapa Jorginho?

Jika melihat catatan impresif Napoli musim lalu, Lorenzo Insigne akan menjadi pilihan paling masuk akal untuk Sarri. Insigne tercatat sebagai pemain yang paling banyak membuat peluang di sepertiga akhir lapangan atau melepas operan kunci untuk Napoli.

Dia juga arsitek paling handal dengan mengkreasikan 11 gol untuk para rekannya. Belum lagi ditambah jumlah tendangan ke arah gawang Insigne (67) lebih banyak dibandingkan semua pemain Serie-A.

Musim lalu, Napoli tercatat sebagai tim yang paling banyak melepaskan tendangan ke arah gawang di Serie-A (257). Mereka juga jadi tim yang paling sering memenangkan bola di sepertiga akhir lapangan (225). Ini merupakan hasil dari keaktifan pemain-pemain Napoli untuk menekan lawan mereka, dan siapa yang memiliki catatan paling bagus dalam kedua hal tersebut? Insigne.

Insigne mungkin tidak memiliki klausul pelepasan seperti Jorginho. Menurut laporan Daily Mail, Arsenal sempat menawarkan 70 juta Poundsterling ke Napoli untuk jasa Insigne di 2014. Namun tawaran itu ditolak. Padahal performanya saat itu jauh di bawah catatan dia saat ini.

Insigne mungkin terlalu mahal untuk Chelsea. Lalu, kenapa Sarri tidak memilih Jose Callejon saja? Menurut statistik yang diberikan Opta, Callejon adalah terbaik kedua di Napoli untuk urusan membuat peluang di sepertiga akhir lapangan. Klausul pelepasan Callejon juga lebih murah dari Jorginho (23 juta Euro).

Mungkin alasannya sederhana dan bukan masalah angka. Penyerangan Napoli yang sangat berbahaya di bawah arahan Maurizio Sarri tak lepas dari sosok penopang lini tengah dan dia adalah Jorginho.

Ada di Balik Layar

Sarri menggunakan 4-3-3 saat menangani Napoli. Tapi saat bertahan, skema tersebut berubah menjadi 4-1-4-1 dengan Jorginho sebagai pemain yang berada di antara bek dan gelandang tengah. Hal ini membuat Napoli bisa menekan tim lawan dari lini depan, memaksa mereka untuk melakukan kesalahan atau mengembalikan bola ke belakang.

Jorginho bertugas untuk mengamankan bola hasil tekanan teman-temannya tersebut dan langsung melepaskan operan berbahaya yang bisa dijadikan peluang oleh Insigne, Hamsik, ataupun Mertens. Situs resmi Liga Premier menyebut Jorginho sebagai pemain dengan sentuhan terbanyak di lima liga top Eropa (Liga Premier, La Liga, 1.Bundesliga, Serie-A, dan Ligue 1).

Secara garis besar, Jorginho ada lem yang merekatkan Napoli hingga mereka dikenal sebagai salah satu tim dengan permainan paling indah di dunia sepak bola. Predikat pemain dengan sentuhan terbanyak mengartikan bahwa Jorginho adalah pusat dari permainan tim. Semua orang memberikan bola ke dirinya, karena dialah yang bisa membangun serangan ataupun mempertahankan dominasi Napoli di lapangan.

Apabila kalian gemar membaca komik atau menonton animasi Jepang, anggap saja Jorginho sebagai Kuroko Tetsuya dari Kuroko no Basket. Tidak ada yang mengenal dia sebagai anggota generasi ajaib SMP Teikou. Akan tetapi, dirinyalah yang menjaga tim itu hingga bisa dikenal banyak pihak.

Begitulah Jorginho di Napoli, dia tidak terlalu menonjol seperti Callejon, Insigne, Mertens, dan Hamsik. Namun peran Jorginho di lapangan menjadi alasan mereka bisa bersinar.

Rajin Berbagi

Jika harus kembali ke angka, Jorginho tercatat sebagai pemain akurasi operan terbaik di Serie-A 2017/18. Hampir 90% operan Jorginho sampai ke kaki temannya, dengan rata-rata 86.7% per pertandingan. Jorginho melepaskan 3.198 operan selama musim lalu di Serie-A. Terbanyak di Serie-A dengan Kalidou Koulibaly menjadi pesaing terdekatnya (2.981).

Napoli memang mendominasi statistik operan Serie-A musim lalu. Mereka tim yang paling banyak membagi bola dan enam pemainnya mengisi 10 besar dari daftar individu dengan operan terbanyak.

Menurut data Whoscored, Jorginho adalah pemain inti Napoli dengan tingkat kegagalan teredah keempat menyoal penerimaan bola. Hanya Koulibaly, Pepe Reina, serta Raul Albiol yang memiliki catatan lebih baik. Mereka juga lebih jarang menerima bola dibandingkan Jorginho. Sementara Insigne, meskipun dia tercatat sebagai pemain yang paling sering menciptakan peluang, dirinya merupakan pemain dengan tingkat kegagalan tertinggi terkait hal ini.

Sesuai Kebutuhan Chelsea

Maurizio Sarri dikenal sebagai manajer yang gemar meminta anak-anak asuhnya untuk menekan dan menyerang. Namun hal itu mustahil dilakukan jika mereka tidak bermain sebagai tim. Inilah kelemahan Chelsea musim lalu.

Pada musim terakhir Antonio Conte di Stamford Bridge, Chelsea kalah dari Manchester United, Tottenham, Arsenal, dan Manchester City dalam hal mengoper bola. Hal serupa juga terjadi saat The Blues menjadi juara liga di 2016/17. Dari empat tim di atas, hanya Tottenham yang saat itu lebih buruk dari Chelsea.

Hal inilah yang mungkin ingin diubah oleh Sarri. Pasalnya, ia tak bisa bergantung pada Cesar Azpilicueta untuk menjadi distributor utama tim. Musim lalu bek asal Spanyol itu tercatat sebagai satu-satunya wakil Chelsea yang ada di daftar 10 besar pemain dengan operan terbanyak Liga Premier. Musim lalu, Sarri punya enam pemain yang masuk dalam 10 besar untuk hal ini. Jelas ia ingin memberikan suntikan tersebut ke Chelsea.

Chelsea tidak bisa mengandalkan Azpilicueta sebagai tulang punggung mereka. Lihat apa yang terjadi pada Jerman di Piala Dunia 2018 saat Joachim Loew meminta Joshua Kimmich jadi motor serangan tim. Apalagi bek sayap juga akan memiliki peran penting dalam skema permainan Sarri, seperti Hysaj dan Faouzi Ghoulam di Napoli.

Sebelum Chelsea bisa bermain sesuai gaya Sarri, mereka butuh sosok yang handal dalam membagikan bola dan jadi pusat aliran tim. Jorginho adalah sosok tersebut.