Ketika Grzegorz Krychowiak dan Renato Sanches Kehilangan Magisnya

grzegorz krychowiak

Mungkin ketiga hal tersebut yang saat ini dialami oleh pemain baru bursa transfer musim panas 2017 yang direkrut West Bromwich Albion dan Swansea City. Kedua pemain itu adalah Grzegorz Krychowiak dan Renato Sanches, yang sempat diperkirakan akan bersinar di Premier League. Namun mereka justru berubah menjadi harapan dengan bukti yang mengecewakan.

Itu adalah bukti nyata untuk menggambarkan betapa buruknya penampilan mereka di musim ini. Berkat penampilan buruk mereka juga, West Brom dan Swansea berada di ambang degradasi. Kedua klub tersebut juga memiliki dua opsi untuk segera memperbaiki posisi klasemen mereka. Namun sepertinya Krychowiak dan Sanches akan dikembalikkan ke klub asal mereka dalam waktu dekat.

Di sisi lain, kedua klub dan kedua pemain pun sepertinya sama-sama bertanya, apakah mereka telah membuat kesalahan besar atau tidak? Pasalnya, Krychowiak dan Sanches, yang datang ke Liga Primer sebagai pemain pinjaman dari klub terkemuka Eropa (Sanches dari Bayern Munich dan Krychowiak dari Paris Saint-Germain), keduanya sempat berharap bisa menggunakan prestasi mereka selama ini untuk membuktikan diri. Tapi bukti yang ditunjukkan mereka sejauh ini justru menunjukkan hasil yang negatif.

Di luar label mereka sebagai pemain dari klub elit, ada sebuah perbedaan yang mencolok di antara kedua pemain ini.

Kesalahan Krychowiak dalam memilih pinangan klub

Krychowiak (27 tahun), tujuh tahun lebih tua dari Sanches (20 tahun), tiba di West Brom dengan keyakinan bahwa ia akan memenuhi tuntutannya. Ia tidak berada pada kondisi puncak, dan wajar mengingat betapa jarangnya pemain asal Polandia itu bermain untuk PSG. Namun, tidak ada tanda-tanda moralitasnya yang rusak akibat keterasingannya oleh Unai Emery.

Unai Emery sendiri sebelumnya memenangi piala Europa League bersama Krychowiak saat masih berada di Sevilla. Beberapa bulan setelah menandatangani kontrak dengan PSG, Emery lalu membeli Krychowiak seharga 34 juta euro dari Sevilla. Namun pada akhirnya, Emery terus-terusan mengeluhkan permainan pemain tengah kesayangannya itu dan justru membuatnya tidak mampu masuk ke tim utama PSG.

Ketika debutnya untuk West Brom pada September lalu, Krychowiak tampak percaya diri. Ia dengan tegas menunjukkan diri secara teknis dengan bola di kakinya dan meneriakkan instruksi kepada rekan satu tim guna meluncurkan serangan.

Pada satu momen, ia pun sempat dengan keras memarahi Allan Nyom karena tidak lari saat diperintahkan. Satu umpan 40 yard darinya yang indah pun mungkin telah mengarah pada gol pembuka permainan jika Matt Phillips tidak salah mengendalikannya.

Namun, Krychowiak memudar di babak kedua, dan tidak hanya memudar, mungkin lebih terlihat seperti kebugarannya yang menurun drastis. Parahnya, West Brom justru secara konsisten terus memakainya di tim utama dengan peran yang salah. Terlepas dari itu semua, bagi PSG, Sevilla dan Polandia, Krychowiak memainkan gaya menyerang dimana timnya memiliki banyak kepemilikan bola dan pilihan passing yang melimpah.

West Brom justru bermain dengan sebaliknya, ketika mereka hanya memiliki rata-rata kepemilikan bola terendah dari tim manapun di Premier League musim ini dengan jumlah persentase 37,7%.

Di bawah asuhan Tony Pulis, Krychowiak sering ditempatkan di lini tengah diantara tiga gelandang bertahan lainnya. Pulis pun menemukan fakta bahwa ketika Krychowiak mendapat bola, ia memiliki lebih sedikit kesempatan untuk digiring ke depan dan melakukan umpan. Itu semua terbukti ketika West Brom berhadapan dengan Brighton, ketika Krychowiak berhasil mencatatkan 59 passing.

Namun, penghitungan tersebut belum didapatkannya kembali dalam sembilan penampilan terakhirnya di Premier League. Seperti yang diketahui, sebenarnya Krychowiak merasa kecewa karena menyadari bahwa ia telah memilih klub yang salah untuk mengembangkan bakat permainannya. Karena nyatannya, ia justru bergabung dengan tim yang tidak sesuai dengan visi bermainnya selama ini.

Tony Pulis, seperti Emery. Kedua pelatih kawakan itu juga tampaknya menyimpulkan bahwa pemain seperti Krychowiak tidak cukup baik untuk menegaskan visi bermainnya. Dan setelah Pulis pergi dari West Brom, manajer sementara, Gary Megson, justru memperkenalkan Sam Field yang berusia 19 tahun sebagai pemain lini tengah utama dan memanggilnya sebagai pemain terbaik di klub tersebut.

Secara tidak langsung Krychowiak mulai dilupakan. Pun ketika tim berjuluk The Baggies itu ditangani Alan Pardew, Krychowiak dengan raut muka kecewa hanya bisa duduk menghiasi bangku cadangan. Sementara Jake Livermore bermain di lapangan tengah lapangan bersama dengan pemain senior Inggris berusia 36 tahun, Gareth Barry. Alan Pardew juga terlihat bermain lebih terbuka daripada Pulis, tapi Krychowiak, tidak bisa berharap lebih untuk kembali menunjukkan tajinya.

Label Golden Boy 2016 yang sia-sia untuk Sanches

Renato Sanches mungkin sangat bingung tentang situasi lingkungan baru yang dirasakannya saat ini. Namun, satu hal yang krusial sepertinya harus ditanyakan kepada Swansea. ‘Bagaimana bisa pemain yang memenangkan penghargaan Golden Boy 2016 sebagai pemain muda paling menjanjikan di Eropa (penghargaan yang juga sebelumnya dimenangkan Lionel Messi, Cesc Fàbregas dan Paul Pogba), justru menjadi pemain yang buruk penampilannya di musim ini?’

Manajer Swansea, Paul Clement, sempat bekerja sama dengan Sanches di Bayern. Namun, sejauh mana kepercayaan Clement pada pemain muda asal Portugal tersebut bisa bertahan? Pasalnya, penampilan Sanches di Swansea benar-benar menyedihkan. Ia terlihat lemah lembut dan kerap melakukan kesalahan fatal. Sanches pun tidak mampu menunjukkan kekuatan, kemahiran dan antisipasi yang ditunjukannya ketika masih bermain di Benfica dan Bayern Munich.

Sempat menjadi sebuah hal magis ketika seorang remaja berusia 18 tahun bermitra di lini tengah bersama pemain sekelas Xabi Alonso, Thiago Alcatel dan Arturo Vidal saat berlaga di Liga Champions. Tapi semua itu hanyalah sebuah kenangan manis yang sulit didapatkan kembali. Pasalnya, hanya sebuah momen ‘gila’ saja yang bisa diingat dari Sanches musim ini ketika sebuah umpan buruk diarahkannya menuju ke papan iklan saat Swansea berhadapan melawan Chelsea di Stamford Bridge.

Sanches belum bisa mengisi kekhawatiran skuat buruk Swansea di musim ini, sehingga kadang-kadang ia diminta mengisi kekosongan peran playmaker yang ditinggalkan Gylfi Sigurdsson. Namun, ia justru tidak bisa mengisi kekosongan peran tersebut. Sanches juga tidak bisa menambal celah yang ditinggalkan Jack Cork yang pindah ke Burnley. Clement telah bersumpah untuk mengembalikan potensi Sanches yang terkubur, namun setelah tampil melawan Chelsea, ia sepertinya tidak punya banyak pilihan selain mencadangkannya.

***

Terlepas dari semua itu, baik Krychowiak ataupun Sanches, mereka berdua sama-sama belum menjadi pemain yang berhasil menempatkan diri dengan baik di klubnya masing-masing sejauh musim ini. Dan melihat bursa transfer musim dingin yang akan di buka pada Januari 2018 nanti, patut dinantikan, apakah Krychowiak dan Sanches akan bertahan, atau justru akan dikembalikan ke klub asalnya?