Kryptonite Manchester City Itu Bernama Wigan Athletic

Manchester City kini sangat tangguh di ajang Premier Laegue. Mereka sukses meninggalkan pesaing terdekat sekaligus rival sekota mereka, Manchester United, dengan 16 angka. Bahkan The Citizens masih mampu meraih gelar treble musim ini, karena mereka masih beraksi di dua kompetisi lain yakni di Liga Champions menghadapi Basel, dan FA Cup menghadapi Wigan Athletic.

Di atas kertas, Man City akan melangkah mudah, terutama di ajang FA Cup. Soalnya, lawan yang mereka hadapi hanyalah Wigan Athletic yang kini bermain di League One atau kompetisi tingkat ketiga di Inggris. Selain itu, rekor pertemuan antara Manchester City menghadapi Wigan Athletic sendiri memang mencolok. Dari 28 pertemuan, City berhasil memenangi pertandingan sebanyak 15 kali, berbanding 8 milik Wigan dan 5 kali imbang.

Selain rekor pertemuan, anak asuh Pep Guardiola unggul jauh dibanding Wigan dalam hal kualitas skuat. Nama-nama seperti Sergio Aguero, Kevin De Bruyne, David Silva, hingga Raheem Sterling, jauh lebih mentereng dibandingkan Will Grigg, Sam Morsy, atau Jay Fulton.

Setelah mampu mengatasi perlawanan tuan rumah Basel di ajang Liga Champions, City semakin di atas angin. Hal ini ditambah performa Wigan yang menelan kekalahan di dua laga terakhir.

Tapi seperti yang diungkapkan David Moyes bahwa FA Cup punya magisnya sendiri, City justru bertekuk lutut di DW Stadium dengan skor tipis 0-1. Gol tunggal kemenangan Wigan dicetak Will Grigg pada menit ke-78. Hasil tersebut memupus mimpi Guardiola menyapu bersih semua gelar musim ini, dan meneruskan tren buruk Man City setiap kali bertemu dengan Wigan Athletic di ajang FA Cup.

Wigan Athletic sendiri bukanlah klub dengan keuangan yang kuat seperti Manchester City. Sejak promosi ke Premier league tahun 2005, Wigan selalu memberikan anggaran ketat untuk belanja. Namun, dari kebijakan itulah Wigan bertahan.

Pemain pinjaman dari klub-klub lain selalu bermain apik ketika memperkuat Wigan, nama-nama seperti Leighton Baines, Tom Cleverley, berkembang pesat setelah memperkuat Wigan. Wigan juga menjadi klub untuk para pemain yang dianggap telah habis untuk kembali menunjukkan permainan terbaiknya.

Emile Heskey, N’Zogbia, kembali moncer pasca memperkuat Wigan, dan tentu saja Antonio Valencia, yang direkrut oleh Wigan pasca gagal trial dengan 7 klub dari Spanyol sebelumnya.

Dengan segala keterbatasan dana, Wigan mampu bertahan delapan musim sebelum degradasi pada 2013 lalu. Di ajang FA Cup sendiri, Wigan Athletic bukanlah tim yang diperhitungkan. Namun ketika menghadapi Manchester City, Wigan selalu menyulitkan City. Sejak pertandingan pertama mereka di FA Cup berkahir dengan kemenangan tipis 1-0 untuk Man City, setelahnya Wigan digdaya dalam 3 pertemuan terakhir di mana City selalu kalah atas Wigan Athletic.

Yang paling monumental adalah ketika Wigan Athletic mampu mengalahkan City di final FA Cup tahun 2013 lalu, lewat gol tunggal Ben Watson di masa injury time. Setahun setelahnya kedua tim kembali bertemu diajang FA Cup, bermain di Etihad Stadium, Wigan kembali sukses mengalahkan City dengan skor 2-1.

4 tahun setelah pertemuan terkahir kedua kesebelasan, Wigan bertemu kembali dengan Manchester City. Di dalam skuat City, ada nama Sergio Aguero dan David Silva yang 2 kali merasakan getir dikalahkan Wigan Athletic di ajang FA Cup.

Muncul banyak pertanyaan, sekuat apakah Wigan sehingga mereka mampu 3 kali secara beruntun mengalahkan Manchester City di ajang FA Cup?

Pasca pertandingan, Pep menyatakan tim nya bermain sangat baik. Memang, City sangat mendominasi, total 29 tendangan diarahkan ke gawang berbanding 5 milik Wigan. Penguasaan bola pun City masih jauh mendominasi.

Kesulitan utama City setiap bertemu Wigan adalah ketidakmampuan City untuk membuka rapatnya pertahanan Wigan. Pep sebenarnya menyadari hal ini, dengan memasang Delph dan Bernardo Silva untuk membuka pertahanan rapat Wigan. Namun, skema berubah ketika Delph dikartu merah.

Walker yang dimasukkan masih belum memberikan dampak yang signifikan. Permainan City yang melebar untuk membuka rapatnya pertahanan, tidak diimbangi dengan efektivitas eksekusi akhir di kotak penalti.

Kesulitan yang sama dialami pada final FA Cup musim 2013 lalu. City unggul segalanya atas Wigan. Namun, rapatnya lini pertahanan membuat Aguero dan kawan-kawan frustrasi. Mereka justru kecolongan di menit akhir lewat skema tendangan penjuru Maloney yang ditanduk oleh Ben Watson.

Sama seperti 2013 lalu, Wigan memanfaatkan serangan balik. Ketika transisi menyerang ke bertahan City cenderung lambat, Will Grigg mengambil bola dan melepaskan tendangan yang sebenarnya tidak terlalu keras karena Grigg kehilangan keseimbangan. Namun Bravo yang sedikit terlalu maju, kesulitan menepis bola dari Will Grigg yang mengarah ke pojok gawang.

Seperti Superman yang tidak berdaya ketika dekat dengan kryptonite, Wigan adalah kryptonite bagi Manchester City. Sehebat apapun materi skuat Manchester City, mereka selalu kesulitan bertemu Wigan Athletic di ajang FA Cup.

Sebagai gambaran, harga beli Aymeric Laporte sebesar 65 Juta Paun adalah tiga kali harga dari seluruh skuat Wigan Athletic! Namun semua angka statistik, harga pemain hingga bentuk permainan, akan kalah dengan hasil akhir. Wigan menunjukkan itu semua. Mereka hanya butuh satu hingga dua kali kesempatan emas tiap pertandingan bertemu Manchester City untuk mengalahkan mereka.

Editor: Frasetya Vady Aditya