Skotlandia hanya berjarak 631 km atau 6 jam perjalanan darat dari Inggris. Namun di tengah kegemerlapan Premier League, Liga Skotlandia tampak sangat jauh kualitas maupun intensitas dari kesebelasan yang bertanding.
Dalam satu dekade terakhir, kompetisi tingkat tertinggi sepakbola Skotlandia tersebut hanya didominasi dua kesebelasan asal Glasgow: Celtic dan Rangers. Meskipun di kancah Eropa keduanya belum mampu berbicara banyak, dominasi Celtic dan Rangers tidak bisa ditandingi klub lain di kompetisi domestik. Bahkan, musim lalu Celtic mampu treble dengan meraih tiga gelar di tingkat domestik, dengan catatan tidak pernah kalah dan mencetak total 134 gol di seluruh penampilan domestik.
Lalu apa yang menyebabkan dominasi Celtic dan Rangers sulit ditandingi klub lain?
Kesenjangan Finansial
Faktor kesenjangan finansial seringkali disebutkan sebagai faktor utama. Apabila dibandingkan dengan klub lain di Scottish Premiership, pendapatan Celtic dan Rangers amatlah jauh.
Dilansir dari The Guardian, musim lalu Celtic menghabiskan £735.040 per tahun untuk gaji pemain, sedangkan Rangers menghabiskan £329.600. Runner-up musim lalu, Aberdeen, mengeluarkan hanya sekitar £136.382, sedangkan klub yang mengeluarkan biaya paling kecil untuk gaji, adalah Hamilton Academical yang menggaji pemainnya £41.488 per tahun.
Angka di atas sangatlah kecil. Bahkan klub Motherwell menyatakan cukup kesulitan untuk mengeluarkan £500 per pekan untuk menggaji pemain. Bahkan gaji Marcus Rashford per pekan (£25.000), dalam dua minggu cukup untuk menggaji seluruh pemain Hamilton Academical selama satu musim. Padahal, gaji Rashford terbilang kecil untuk ukurang pemain utama Manchester United.
Kontestan Liga Skotlandia cukup kesulitan untuk mencari pemasukan, baik sponsor maupun tiket pertandingan. Rata-rata kapasitas stadion kontestan Scottish Premier (selain Celtic dan Rangers) beriksar antara 5.000 hingga 20.000 penonton, dengan Ross County dan Hamilton Academical adalah klub dengan kapasitas stadion terkecil.
Data dari transfermarkt.com menunjukkan kesulitan menarik penonton juga dialami tim-tim kecil rataan klub seperti Hamlton Academical (3.472 penonton), St. Johnstone FC (4.287) dan Kilmarnock (4.847). Mereka yang tinggal di daerah dengan klub kecil tersebut, lebih memilih untuk mendukung Celtic dan Rangers, dibandingkan klub lokal mereka. Selain karena faktor prestasi, jarak yang tidak terlalu jauh antara kota mereka ke Glasgow, membuat mereka lebih memilih menonton Celtic atau Rangers secara langsung.
Kontrak dengan televisi pun juga tidak bisa diandalkan klub sebagai pemasukan. Di antara seluruh liga yang ada di Eropa, menurut data dari dailyrecord.co.uk, Scottish Premier menduduki posisi paling terakhir dalam kontrak dengan televisi.
Harga kontrak yang sebesar £18,75 juta per musim sangat jauh di bandingkan dengan Premier League (£8 Miliar), Liga Italia (£805 Juta) dan Liga Spanyol (£753 Juta). Pemasukan klub dari televisi pun juga tidak terlalu besar hanya menyumbang sekitar 13% dari total pemasukan klub secara keseluruhan, bandingkan dengan Premier League yang 51% pemasukan dari televisi.
Sedangkan pihak sponsor besar lebih tertarik untuk mensponsori klub besar seperti Celtic, Rangers, dan Abreeden, sehingga klub-klub lain kesulitan untuk mencari sponsor. Dilansir BBC, pihak sponsor kurang tertarik dikarenakan angka penonton yang datang cukup kecil.
Selain itu, beberapa klub dianggap tidak memiliki rencana jangka panjang yang cukup jelas, sehingga ditakutkan akan merugikan pihak sponsor. Praktis klub-klub kecil yang berkiprah di Scottish Premier hanya bisa menarik dari usahawan lokal, dan beberapa perusahaan kecil yang ada di daerah mereka untuk tetap bisa berkompetisi.
Tidak Adanya Hasrat untuk Menang?
Faktor lain yang menyebabkan jurang di kompetisi Scottish Premier adalah hasrat dari tiap klub. Celtic memahami dan ingin terus berkembang.
Celtic yang merupakan gambaran dari imigran Irlandia di Skotlandia. Mereka memperbaiki semua infrastruktur untuk menarik investor. Celtic Park direnovasi dan ditambah kapasitasnya dari 45 ribu penonton menjadi 60 ribu.
Untuk lebih memperkenalkan tim ini, Celtic seringkali melakukan pra musim di luar negeri. Cara ini ampuh untuk menarik investor. Celtic sendiri merupakan klub ke-27 terkaya di dunia saat ini.
Celtic sendiri sadar akan kesenjangan yang terjadi, namun klub memilih fokus untuk mengembangkan Celtic lebih jauh. Musim lalu, Celtic mengakhiri klasemen di Liga Champions sebagai juru kunci. Namun, Brendan Rodgers tidak mempermasalahkan hal itu.
“Kami menghadapi Borussia Mönchengladbach yang memiliki budget transfer sebesar £120 juta, sedangkan kami hanya memiliki budget sebesar £20 juta, dan kami nyaris berada di posisi ketiga (yang berarti melanjutkan di Europa League). Hhal ini cukup membanggakan bagi kami, dan kami akan terus berbenah.
Namun bukan berarti Scottish Premier tidak mengalami kemajuan. Menurut BBC, rataan penonton meningkat hingga 12%. Mmusim ini, beberapa klub juga mulai berbenah dan sadar akan finansial yang mereka butuhkan dengan menarik sponsor.
Beberapa langkah mulai dilakukan. Motherwell misalnya finalis Piala Liga musim lalu kini berencana merombak stadion dan memperbaiki infrastruktur yang dianggap cukup kuno. Abredeen kini mencoba mendekati Sir Alex Ferguson untuk menjadi duta klub, yang diharapkan akan menarik sponsor.
Lantas, mungkinkah Liga Skotlandia akan berkembang ke depannya?