Liverpool, Steven Gerrard, dan Rasa Percaya Diri Jurgen Klopp

Foto: Belfast Live.

Dianugerahi penghargaan sebagai manajer terbaik versi FIFA 2019, Jurgen Klopp memberi pernyataan mengejutkan tentang masa depannya di Liverpool. Kepada FourFourTwo, Klopp mengatakan bahwa Steven Gerrard dapat masuk sebagai penerusnya jika dia didepak dari Anfield.

“Andai Liverpool memecat saya besok, mereka mungkin akan mempercayakan tim ini ke Kenny Dalglish. Tapi mereka mungkin juga memulangkan Gerrard dari Glasgow. Jika saya bisa memilih, akan lebih baik jika Gerrard yang menjadi pengganti. Saya akan membantu dia sebisa mungkin,” ungkap Klopp.

Sebelum pernyataan itu di bawa keluar konteks, kata-kata tersebut keluar dari mulut Klopp setelah ditanya tentang pengaruh Dalglish sebagai direktur non-eksekutif Liverpool. Mantan nakhoda Borussia Dortmund itu memuji kehadiran Dalglish di balik layar the Reds.

Menurut Klopp, Dalglish merupakan salah satu sosok yang memberikan dukungan penuh pada dirinya sejak hari pertama di Liverpool. Dalglish dan Gerrard. “Kenny [Dalglish] dan Stevie [Gerraerd] mendukung saya sejak pertama ditunjuk jadi nakhoda klub ini. Namun, hal itu tidak menjamin posisi saya sebagai manajer”.

“Kedekatan saya dengan mereka tak mempengaruhi masa depan saya,” kata Klopp. Lalu keluarlah perkataan tentang Gerrard sebagai pengganti yang tepat bagi dirinya. Setelah menyapu bersih enam laga pertama Premier League 2019/2020 dan membawa piala Liga Champions ke Anfield, posisi Klopp jelas aman di Liverpol.

Klopp Mirip Sir Alex Ferguson

Menyebut Gerrard sebagai penerusnya hanyalah bukti dari rasa percaya diri Klopp. Meski belum bisa dibandingkan secara statistik atau raihan piala, posisi Klopp di Liverpool sudah hampir menyerupai Sir Alex Ferguson di Manchester United.

Terlepas dari masa baktinya yang masih tergolong rendah dibanding Ferguson. Terlepas dari gelar Premier League yang belum berhasil disumbangkan. Klopp telah mengubah the Reds. Membawa mereka kembali ke habitatnya di papan atas Liga Inggris. Suka atau tidak, mirip dengan Ferguson.

Sebelum Ferguson menangani Manchester United, mereka sempat terseok-seok di papan tengah divisi tertinggi sepakbola Inggris. Bahkan usai menjuarai divisi dua di 1974/1975, Manchester United hanya sekali menduduki dua besar liga utama (1979/1980). Padahal, ada masanya Manchester United menjadi kekuatan Inggris bersama Sir Matt Busby.

Mendarat di Old Trafford pada 1986, Ferguson mulai merasakan kesuksesan di musim penuh ke-empatnya. Ketika mereka mengakhiri musim di peringkat enam, lolos ke final Piala Liga, dan menjuarai Cup Winners Cup 1990/1991. Semua dimulai dengan keputusan Ferguson merombak Manchester United. Melego 33 pemain termasuk Viv Anderson, Mark Bosnich, dan Jim Leighton.

Sebagai gantinya, Ferguson memperkenalkan Class of ’92, merekrut Peter Schmeichel dan Eric Cantona. Sisanya sejarah, Manchester United kembali jadi kekuatan sepakbola Inggris. Menjuarai berbagai gelar, bahkan melewati rekor juara liga yang lama dipegang Liverpool.

***

Klopp datang dengan situasi yang sama. Menggantikan Brendan Rodgers pada 2015, ia datang di masa sulit Liverpool. Kesebelasan historis yang dikenal sebagai penguasa First Division itu hanya sekali masuk empat besar dalam lima tahun terakhir. Klopp kemudian perlahan mengubah Liverpool. Memperkenalkan gaya main dan filosofi yang jelas, membeli pemain sesuai kebutuhan tim, dan akhirnya menjuarai Liga Champions 2018/2019.

Jika Ferguson memiliki Class of ’92, Klopp juga mulai membentuk akademi Liverpool. Pada musim panas 2019 dirinya bahkan tak mendatangkan pemain senior selain Andy Lonergen dan Adrian San Miguel yang dibutuhkan untuk melapisi Alisson Becker yang cedera. Nama lain seperti Sepp van den Berg, Harvey Elliott, Jakub Ojrzynski, dan Conor Bradley masuk ke akademi. Baik itu tim U18 ataupun U23.

Steven ‘The Chosen One’ Gerrard

FOTO: Scottish Sun

Keputusan Klopp untuk menyebut Gerrard sebagai calon penggantinya tidak jauh beda dengan saat Ferguson memilih David Moyes. Meskipun Ferguson mengaku bahwa Moyes bukanlah pilihan utama Manchester United untuk mengisi pos yang ia tinggalkan, banyak yang sudah mengetahui bahwa Fergie -sapaan Ferguson- akan menunjuk kompatriotnya tersebut.

Bukan hanya karena sesama warga negara Skotlandia, tapi Moyes sudah membuktikan diri bahwa ia bisa mengurus kesebelasan selevel Everton meski sebelumnya hanya berbekalkan pengalaman dari Preston North End.

Ferguson punya hubungan baik dengan Moyes. Manchester United sering kali melepas pemain mereka ke sisi Biru Mersyside. Bahkan Phil Neville yang merupakan bagian dari Class of ’92 menjadi asisten Moyes di Goodison Park. Meski gagal mengisi sepatu yang ditinggalkan Ferguson, Moyes adalah ‘the Chosen One‘.

Setelah Kloop menyebut nama Gerrard, Stevie G juga bisa disebut ‘the Chosen One’. Jauh sebelum disebut Klopp, Gerrard bahkan sudah membuka diri untuk kembali ke Anfield di masa depan. “Saya bahagia di Rangers. Tidak tahu apa yang akan terjadi, namun Liverpool jelas tepat spesial bagi saya. Kita lihat saja, mungkin itu akan terjadi. Mungkin juga tidak”.

Menanangani Rangers, Gerrard dipercaya untuk membentuk beberapa pemain muda Liverpool. Mulai dari Ovie Ejaria dan Ryan Kent di 2018/2019. Hingga Sheyi Ojo yang menyusul Kent pada 2019/2020. Ini bisa menjadi jembatan Gerrard. Sama seperti apa yang dilakukan Frank Lampard bersama Mason Mount dan Fiyako Tomori di Derby County sebelum menangani Chelsea.

Tapi hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Untuk sementara, Gerrard bahagia di Rangers. Sementara Klopp juga aman di Liverpool. Ia bahkan berpeluang memberi gelar Premier League pertama dalam sejarah Liverpool.