Mantan penjaga gawang Chelsea, Marcin Bulka mengaku bahwa dirinya sengaja membuat kontraknya di Stamford Bridge habis setelah pihak klub tidak memenuhi janji mereka pada musim 2018/2019. Pada PTV Sport, sosok yang kini resmi berseragam Paris Saint-Germain (PSG) itu menjelaskan bahwa minimnya peluang untuk pemain muda jadi salah satu alasan ia pergi meninggalkan Kota London.
“Sebenarnya bukan semata-mata karena kehadiran Kepa Arrizabalaga. Ada beberapa aspek dari perbincangan saya dan pihak klub pada awal musim [2018/2019] yang tidak dipenuhi. Salah satunya adalah permintaan saya untuk menjalani masa pinjaman. Permintaan itu tak dipenuhi oleh Chelsea,” aku Bulka. “Mereka ingin saya bertahan. Namun saya tidak melihat ada masa depan di sana. Akhirnya saya membiarkan kontrak tersebut habis,” lanjutnya.
Bulka bukanlah pemain pertama yang memberontak kepada Chelsea. Lucas Piazon, Marco van Ginkel, dan beberapa pemain lain juga pernah mengutarakan hal serupa. Tapi bedanya hingga 7 Juli 2019, mereka masih berstatus sebagai pemain Chelsea. Kepergian Bulka tak bisa dihindari lagi. Sejak Mei 2019, dirinya sudah menyepakati pra-kontrak bersama PSG. Padahal dalam dua bulan, kondisi di Stamford Bridge berubah.
Maurizio Sarri sudah tidak lagi menangani klub. Chelsea gagal melihat banding embargo mereka disetujui Pengadilan Abritasi Olahraga (CAS), dan Frank Lampard pulang ke London untuk menangani klub. Penunjukkan Lampard ini sebenarnya dapat dikatakan terburu-buru mengingat pengalaman sebelumnya hanyalah menangani Derby County.
Namun, satu hal positif yang akan didapat the Blues dari kehadiran Lampard, dirinya sadar bahwa talenta di akademi Chelsea tak boleh disia-siakan. Pasalnya, selama mengasuh the Rams, Lampard dibantu dua pemain akademi Chelsea: Mason Mount dan Fiyako Tomori.
Dari Divisi Dua ke Tim Nasional
Foto: Derby Telegraph
Keduanya adalah andalan Lampard bersama Derby County. Mereka membantu the Rams mengakhiri musim 2018/2019 dengan duduk di zona playoff Championship meski akhirnya gagal untuk meraih tiket promosi.
Ketika Lampard resmi menggantikan Sarri, ia langsung meminta Chelsea mengamankan jasa dua pemain itu. Terutama Mount. Mason Mount dilarang untuk masuk daftar pemain yang akan dipinjamkan the Blues pada 2019/2020.
Menurut laporan yang beredar, Lampard bahkan meminta Chelsea untuk menyodorkan kontrak baru kepada Mount. Permintaan tersebut pun dipenuhi oleh pihak klub dengan kontrak berdurasi lima tahun disebut menjadi opsi Mount di Stamford Bridge.
Sikap ini membuat Mount disebut sebagai anak emas Lampard. Namun perlakuan ‘spesial’ yang diberikan kepada Mount juga bukan tanpa alasan. Selama menjalani masa pinjaman bersama Derby County, Mount mencetak sembilan gol dan mengarsiteki lima lainnya untuk the Rams.
Dia mungkin tidak menjadi pemain terbaik Derby County. Dirinya juga tak masuk ke dalam tim terbaik EFL Championship 2018/2019. Apalagi dinominasikan sebagai pemain terbaik liga. Tetapi, ketika bermain untuk Derby, Mount mendapat panggilan ke tim senior Inggris. Untuk seorang pemain yang berlaga di divisi dua Inggris, ini adalah hal yang sangat jarang terjadi.
“Mason [Mount] menjadi pahlawan Derby County saat ia mengeksekusi penalti melawan Manchester United. Ia melesahkan bola ke gawang seperti dirinya sudah terbiasa main di Old Trafford,” kata Kepala Pelatih Inggris Gareth Southgate, menjelaskan keputusannya.
Target Utama Lampard
Foto: Scoopnest
Produktif dari lini kedua, memiliki mobilitas tinggi, dan handal mengeksekusi bola mati, Mount digadang-gadang sebagai ‘the Next Frank Lampard’.
Sebelum diasuh Lampard di Derby County pun, Mount sebenarnya sudah disebut sebagai pemain potensial. Mantan nakhoda Vitesse, Henk Fraser, yang meminjam jasa Mount untuk 2017/2018 menyebut gelandang kelahiran Porstmouth itu main orang gila.
“Mount pernah marah kepada saya selama berminggu-minggu. Tapi dirinya tidak pernah berhenti bekerja di atas lapangan. Ia selalu berjuang dan mempertaruhkan segalanya di atas lapangan. Mount adalah pemain gila yang selalu tahu cara bersenang-senang di atas lapangan,” puji Fraser.
Hal yang sama akhirnya juga dirasakan oleh Lampard dan Derby County. Bahkan mungkin lebih gila lagi. Pasalnya, Mount sendiri mengaku tidak pernah ada nakhoda yang lebih pas bagi dirinya selain Frank Lampard.
“Frank adalah sosok yang luar biasa. Saya sering bicara empat mata dengan dirinya. Ia meluangkan waktu dan memberi tahu saya cara untuk jadi pemain berpengaruh di atas lapangan. Saya tidak bisa melihat ada pelatih yang lebih baik dari dirinya. Saat ini saya hanya bisa belajar sebanyak mungkin dari dia dan Jody [Morris],” kata Mount.
Begitu tingginya potensi Mount diasuh Lampard, jasanya sudah siap dipermanenkan the Rams di Pride Park. Andaikan Lampard tidak hengkang ke Chelsea, Mount adalah target utamanya di bursa transfer musim panas 2019.
“Jody [Morris] mengatakan bahwa dia dan Lampard siap mempermanenkan Mount. Keduanya sadar bawa hal terbaik untuk Mount adalah ada di bawah mereka. Mount memiliki kebiasaan yang sama dengan Lampard dan itu luar biasa,” aku mantan bek Chelsea Frank Sinclair.
Lampard, Morris, dan Mount akan sama-sama menjalani musim 2019/2020 di Chelsea. Dengan embargo transfer yang menghalangi the Blues berbelanja pemain, Lampard telah berjanji akan memaksimalkan pemain-pemain muda di Stamford Bridge. Tapi dari sekian banyak pemain muda, hanya Mount yang bisa mengubah citra klub agar tidak kehilangan pemain seperti Marcin Bulka di masa depan.